Share

PART 14

Hana tersentak. Matanya membulat, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Seperti tersengat listrik, tubuhnya langsung menegang, tak bisa bergerak. Kedua tangan yang mulanya bertengger di bahu Jonathan dengan sedikit remasan— kini kehilangan kekuatannya.

Jantungnya berdetak kencang. Kepalanya terasa kosong sesaat lalu perlahan dipenuhi dengan ucapan yang terlontar dari mulut Jonathan barusan. Membuatnya darahnya pun berdesir hebat.

Hana tidak pernah menduga Jonathan akan mengingat hari ulang tahunnya dan melakukan hal seperti ini. Hana semakin berdebar saat Jonathan mengeratkan pelukannya di pinggang sembari menatap dalam manik-manik matanya. Menandakan kalimat yang diucapkannya barusan adalah tulus.

"Selamat ulang tahun, Hana." bisik Jonathan mesra. Dan ketika pria itu tiba-tiba tersenyum tipis, hati Hana langsung mencelos dan kakinya terasa lemas. Ia tidak bisa menahan gejolak bahagia di dalam dadanya. Ia terharu hingga ingin menangis.

"Terima kasih." Hana bersuara parau. Tatapannya penuh syukur. Ia tidak bisa mengukur rasa bahagianya saat ini. Dengan hanya Jonathan mengingatnya saja Hana sudah sangat sebahagia ini. Ditambah dengan hadiah di lehernya, yang diberikan oleh Jonathan sendiri— membuat kebahagiaan Hana semakin tak terkira. Bunga-bunga bermekaran membentuk pola hati yang indah di dalam hatinya.

Jonathan tersenyum sembari mengusap bibir Hana. Ia lalu mendekatkan wajahnya. Hana sontak memejamkan matanya pelan. Bersiap menerima ciuman dari bibir merah Jonathan. Dan ketika bibir mereka saling bertemu, kupu-kupu terus beterbangan di dalam perutnya. Sensasi aneh mulai ia rasakan dikala Jonathan melumat lembut bibirnya. Ciuman Jonathan kali ini sangat lembut dan tidak menuntut seperti biasanya. Dan Hana menikmatinya. Ia memeluk leher Jonathan dan membalas ciuman pria itu.

Hana terbang. Melayang jauh ke angkasa. Perasaan seperti ini kembali lagi ia rasakan. Semakin dalam Jonathan menciumnya, semakin yakin pula Hana bahwa dirinya ... telah jatuh cinta dengan Jonathan.

Hana tidak dapat menyangkal hal ini lagi. Ia benar-benar terjatuh dalam pesona Jonathan. Pria yang ia benci awalnya. Pria yang ia anggap jahat selama ini karena telah menguasai kehidupannya dan keluarganya. Lucu, bukan? Hana juga tidak tahu harus apa dan bagaimana. Ia tidak bisa membenci Jonathan. Hana menginginkan Jonathan. Ia ingin memilikinya sepenuhnya.

Ditengah ciuman yang manis itu, tiba-tiba Jonathan dapat merasakan rasa asin yang mendominasi ciuman. Ia melepaskan ciuman lalu menatap wajah Hana yang tengah menangis.

"Jonathan …," ucap Hana lembut.

"Hm?"

"Kumohon. Jangan pernah meninggalkanku." Akhirnya Hana mengatakannya. Ia tidak bisa menahan lagi gejolak yang menggebu-gebu di dadanya. "Aku tidak tahu bagaimana nasib diriku jika kamu tidak ada bersamaku. Aku mohon. Bawalah aku kemanapun kamu pergi. Aku siap menjadi pemuas nafsumu sampai kapanpun. Aku ingin selalu bersamamu."

Jonathan terdiam. Wajahnya berubah sendu. Sulit untuk ditebak.

"Jonathan?" panggil Hana.

"Aku tidak akan meninggalkanmu," ucap Jonathan kemudian.

Hana tersenyum penuh haru. "Terima kasih." Lalu memeluk Jonathan dan membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu.

***

Pagi itu Jonathan dan Hana kembali pulang ke rumah. Sambil berjalan menuju pintu, sesekali mereka akan bercanda gurau. Dan sesampainya di depan pintu, Hana tak bisa berhenti tertawa mendengar penjelasan Jonathan tentang Hana yang tetap terlelap bahkan saat Jonathan membawanya keluar dari rumah menuju pelabuhan semalam.

Jonathan tak bisa menahan diri untuk ikut tertawa. Hana mempunyai semacam virus ketawa yang mampu menyebar kepada orang-orang di sekitarnya. Ia kemudian memencet bel rumah beberapa kali hingga akhirnya terbuka.

Senyuman di wajah Jonathan tiba-tiba lenyap saat melihat Catherine telah berdiri di ambang pintu. "Cath?"

Catherine melipat kedua lengannya di dada. "Kemana saja kamu semalam, Jonathan? Aku mencarimu! Aku khawatir kamu tiba-tiba ingin pulang ke rumah disaat kita sedang kencan. Dan kamu beralasan sakit perut. Nyatanya saat aku menyusulmu, kamu tidak ada di rumah."

Jonathan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Uhm, maaf, Cath. Aku ..."

"Sudahlah." Catherine menghela napas. "Yang penting kamu sudah ada di sini. Aku lega."

Jonathan membuang napas lega. Untung saja Catherine berbeda dengan wanita-wanita lainnya. Ia tidak akan meributkan hal sepele menjadi masalah yang berbelit-belit. Catherine adalah wanita idaman. Namun bagi Jonathan, Catherine hanya ia anggap sebagai seorang adik.

Mata Catherine tak sengaja menangkap sosok wanita yang sedang berdiri di belakang Jonathan. Ia kembali menatap Jonathan dengan curiga.

"Siapa dia?"

Jonathan sontak menoleh ke arah Hana lalu kembali bertatapan dengan Catherine. "Ah, aku lupa mengenalkan kalian. Cath, kenalkan ini Hana. Dan Hana, ini Catherine."

Hana melemparkan senyuman manis nan sopannya kepada Chaterine. Catherine membalas senyuman Hana singkat lalu kembali menatap Jonathan. Ia semakin curiga.

"Kalian datang bersama-sama?" tanyanya heran.

Jonathan membelalak. Bingung bagaimana ia akan menjawabnya. "Dia ... kami ..."

"Aku menitipnya dengan Jonathan." Tiba-tiba muncul Billy dari belakang Jonathan dan Hana. Seperti pahlawan kesiangan, kali ini ia kembali menyelamatkan Jonathan dari situasi terdesak.

"Billy?"

"Aku menitipkan Hana kepada Jonathan. Aku harus kembali ke hotel karena ada sesuatu yang mendesak," jelas Billy pada Catherine.

Jonathan menghela napas. Di satu sisi ia lega karena Billy menyelamatkannya, tapi disisi lain ia juga jengkel. Kenapa harus Billy yang menjadi pahlawan kesiangan baginya?

Sementara itu Catherine tampak menaikkan sebelah alisnya. "Kamu menitipkannya? Memangnya kamu siapanya dia?" tanya Catherine.

"Dia pacarku," jawab Billy mantap.

Jonathan memutar kedua matanya jengah. Adik brengseknya ini mulai lagi.

Sementara itu Catherine tampak membelalak. "Benarkah?" Menatap Hana dan menghampirinya. "Wow, ini luar biasa sekali. Aku dan Jonathan, kamu dan Billy. Kita akan menjadi pasangan ipar paling goals di dunia. Kita bisa ke pantai bersama, bermain ke Dubai, liburan bersama di Eropa, Maldives, dan masih banyak lagi. Bukankah ini hebat?" Catherine menyenggol siku Hana.

Hana yang masih terkejut karena Catherine yang tiba-tiba datang, hanya bisa tersenyum kaku.

Catherine tertawa bahagia. "Astaga, aku bahagia sekali. Kita bisa hang out bareng setiap hari," ucapnya berbinar-binar. Hana tak paham, namun hanya bisa merespon dengan senyuman kakunya.

"Ayo merias diri." Catherine tiba-tiba menarik tubuh Hana masuk ke dalam rumah. Hana tak bisa apa-apa selain pasrah.

Jonathan menatap kepergian Hana dengan wajah khawatir.

Terdengar Billy berdecih di sampingnya dan Jonathan menoleh, "Ada apa?" tanyanya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengatakan bahwa … kamu payah!" seru Billy.

Jonathan mengernyit. "Apa maksudmu?"

"Kamu payah, lemah, cemen! Kalau masih berani mengajak Hana keluar semalam, seharusnya kamu juga harus berani mengatakan yang sebenarnya kepada Catherine."

"Bil, masalahnya, aku dan Catherine akan menikah beberapa minggu lagi. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, kamu tahu apa yang akan terjadi? Pernikahan kami batal!”

"Lalu bagaimana dengan Hana? Kamu tidak memikirkan perasaannya? Dia juga terluka, Jonathan. Kamu menggantungnya dan memberi harapan palsu. Jika kamu tidak berani mengenalkannya pada dunia, berhenti melakukan semuanya seperti yang kamu lakukan tadi malam. Dia akan semakin berharap padamu. Kamu pikir sampai kapan sandiwara ini akan berakhir? Sebentar lagi kamu akan menikah jadi cepat pilih dan buat keputusanmu. Hati mana yang akan kamu tinggalkan dan hati mana yang kamu pertahankan. Jangan membuat semuanya semakin rumit. Perasaan bukanlah untuk main-main."

Usai berkata demikian, Billy-pun melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Jonathan sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status