Share

4. Kisah Ryu Damian dan Aslan Falan

Dahulu Ryu Damian dan Aslan Falan memiliki hubungan yang baik. Sebagaimana abang pada adiknya. Aslan selalu melindungi Ryu. Kemana pun Aslan akan pergi, Ryu selalu mengikutinya. Aslan selalu bersikap ramah dan hangat. Sedangkan Ryu sedingin es dan angkuh.

Suatu hari, Kaisar kerajaan Nirwana Dewa Ares mengatakan akan mencari penerus tahta. Energinya selama ratusan ribu tahun mulai menipis.

"Heris, aku sudah menghabiskan ratusan ribu tahun memimpin para dewa. Kini energiku mulai menyusut. Aku ingin bermeditasi memulihkan energiku." Ujar Kaisar Ares.

"Tapi, yang mulia itu akan memakan waktu puluhan ribu tahun. Jika yang mulia bermeditasi, hamba khawatir para dewa yang lainnya akan leluasa menggunakan kekuatannya." Balas dewa Heris sembari membungkukkan badannya.

"Aku akan mencari penerusku." Ungkap Kaisar Ares.

"Tapi, Yang mulia.." Dewa Heris menyanggah perkataan Kaisar Ares.

"Lihatlah ke atas langit. Kau lihat kilauan cahaya kilat itu? Langit juga ingin memilih kaisar baru." Kaisar Ares memandang ke langit.

Dewa Heris melihat ke arah yang dituju kaisar Ares. "Jika langit menginginkan kaisar baru, hamba akan mengikutinya yang Mulia."

Kabar pencarian kaisar terdengar luas ke seluruh kerajaan Nirwana. Semua para dewa berbondong-bondong datang ke istana awan ingin mengikuti pemilihan itu. Sementara itu, di selatan kerajaan Nirwana dua bersaudara sedang menunggangi hewan kesayangan. Ryu Damian dengan gagahnya mengendarai seekor burung Phoenix merah. Aslan duduk dengan santai di atas seekor Jinx putih. Mereka terlihat sedang beradu kecepatan. Ryu berhasil duluan tiba di tempat yang mereka tandai sebagai garis akhir. Sebenarnya Aslan sedikit mengalah kepada Ryu. Ia tidak ingin Ryu mengoceh sepanjang hari karena kekalahan.

"Aslan, sudah ku katakan aku yang akan menang kali ini." Ujar Ryu berapi-api sembari turun dari burung Phoenix.

Aslan melengkungkan bibirnya hingga membentuk garis di sudut. "Ya..kau yang menang. Aku senang melihatnya." Ungkap Aslan.

Ryu tertawa dengan kemenangannya. "Kudengar istana langit melakukan pemilihan kaisar baru. Sudah banyak dewa yang mengikuti tapi tidak satupun dipilih oleh langit. Bagaimana kita mencobanya saja. Kau mau?" Tanya Ryu.

Aslan yang mendengar ajakan Ryu terdiam sejenak. Dalam hati kecilnya ia juga menginginkan kedudukan kaisar. "Baiklah mari kita coba." Aslan menyetujui ajakan Ryu.

Kemudian mereka membuat lingkaran sihir yang langsung menuju ke istana awan. Dalam sekejap mereka tiba di istana awan. Di sana terlihat para dewa yang sedih karena gagal dipilih langit. Ryu tersenyum angkuh melihat mereka. Dalam batinnya ia berkata. "Dasar cecunguk payah."

Sang kaisar Ares terlihat duduk termenung di singgasananya. Dewa Heris sibuk memilah dewa mana yang layak untuk diangkat menjadi kaisar selanjutnya. Ketika Ryu dan Aslan mendekati singgasana, raut wajah Kaisar Ares berubah lebih cerah. Tentu saja kedua putranya telah kembali dari permainan yang dianggap kekanakan oleh Kaisar.

"Ayah, aku ingin mengikuti pemilihan ini." Ujar Ryu sambil memberi penghormatan kepada Kaisar Ares.

Kaisar Ares sedikit terkejut dengan ucapan Ryu. Namun, sesaat kemudian ia tertawa. "Baiklah putraku, aku mengizinkanmu mengikuti pemilihan ini. Aslan kamu juga boleh ikut bila kamu berniat." Kaisar Ares melirik Aslan.

Aslan membungkukkan badan tanda menerima tawaran sang Kaisar. Kemudian sang Kaisar membawa kedua putranya itu ke atas awan yang paling mendekati langit. Semua para dewa menyaksikan pemilihan itu. Kebanyakan dari mereka mengharapkan Aslan yang menjadi Kaisar terpilih dibandingkan Ryu.

Sang kaisar meninggalkan mereka berdua di awan itu. Kemudian langit mulai bergejolak. Kilatan-kilatan cahaya menari yang disusul suara menggelegar dari guntur. Ryu berteriak histeris. Rupanya langit memilih Ryu Damian sebagai kaisar penerus. Seketika kilatan cahaya yang merasuk ke tubuh Ryu menghilangkan warna rambutnya menjadi putih.

Dewa-dewa yang menyaksikan itu, saling berbisik. Mereka tidak menerima Ryu sebagai Kaisar. Jelas saja siapa juga yang mau diatur dewa yang angkuh dan berhati dingin seperti Ryu. Aslan lebih cocok menjadi kaisar. Tapi, langit sudah memilih mereka hanya bisa pasrah menerima kenyataan yang agak mengerikan itu.

*********

"Hei, pak tua! Menurutmu apa pena emas ini bisa membawa aku kembali ke duniaku?" Vinia menatap lekat-lekat pena itu di depan matanya.

Dewa Heris melirik Vinia, "Kau tahu, dulu pena emas itu milik seorang peri. Benda itu sangat ajaib. Siapa pun tidak bisa menggunakannya. Hanya Sena saja yang dapat melakukannya. Apapun yang ditulis dengan pena itu, akan menjadi kenyataan." Terang Heris sambil mengelus janggutnya yang mulai memutih.

Vinia diam saja menyimak cerita Heris. Lalu Heris melanjutkan ceritanya.

"Bisa dibilang pena itu bisa mengubah nasib. Oleh karena itu banyak dewa yang berniat jahat ingin memiliki pena emas. Takdir tidak dapat diubah tapi nasib bisa." Heris mengakhiri ceritanya begitu meraka tiba di depan sebuah kamar.

"Kau bilang pena emas ini hanya bisa digunakan oleh Sena saja. Lalu, mengapa aku bisa menggunakannya?" Tanya Vinia penasaran.

"Karena ia mengenali pemiliknya." Jawab Heris singkat sambil tersenyum miring.

Vinia semakin kelimpungan tidak mengerti maksud perkataan Heris. "Aku pemiliknya? Aku bukan Sena."

Heris menghela napas panjang. Terlihat sekali ia mulai kesal dengan Vinia yang banyak tanya.

"Kau akan menemukan jawabanya nanti. Penjelasanku sudah cukup. Ah, lain kali bersikap hormat kepada kaisar. Dan jangan bertindak gegabah. Ini bukan dunia yang biasa kau tinggali." Pungkas Heris seraya meninggalkan Vinia sendiri.

Vinia memanyunkan bibirnya dan bersungut-sungut. "Dasar tua bangka. Aku akan memberimu pelajaran nanti. Jika bukan karena kau, aku tidak akan berada disini." Gerutu Vinia.

Vinia mendorong pintu besar itu. Ia membelalakkan bola matanya. "Wah! Ini besar sekali." Vinia merasa takjub.

Ia segera berlari menuju jendela. Setiap sisi jendela ditumbuhi tanaman rose vines yang berwarna merah dan pink. Entah mengapa Vinia merasa sangat dekat tanaman itu. Ia seakan bisa berbicara dengan bunga-bunga itu. Sekilas bayangan seorang wanita yang sedang berbincang-bincang dengan tanaman terlintas dalam ingatan Vinia. Cahaya matahari yang menerpa rambut coklat wanita itu membuat wajahnya samar. Ingatan kecil seperti itu sering menghampiri Vinia. 

Dari balik jendela itu, Vinia bisa melihat gumpalan-gumpalan awan yang berterbangan. Ia tidak pernah membayangkan akan melihat awan sedekat ini. Dipandanginya sekali lagi pena emas itu. Rasa penasarannya selalu menggelitik yang membuatnya semakin frustrasi.

Dipetiknya satu daun dari tanaman rose vines itu, lalu ia tulis di sana sebuah kalimat.

'Aku ingin pulang. Bisakah kau membawaku kembali?'

Setelah menuliskan itu, Vinia memejamkan kedua matanya. Satu detik, dua detik dan lima detik kemudian tidak terjadi apa-apa. Ia membanting pena emas itu ke lantai. Hingga menimbulkan bunyi debam nyaring saat menyentuh lantai pualam itu. Air mukanya tidak sedap dipandang. 

Kejenuhan melanda Vinia. Ia bosan berada di ruangan itu. Dibukanya sedikit pintu kamar, matanya mengawasi lorong yang panjang itu. Tak ada siapapun. Bibirnya mengembang. 

”Mumpung aku disini, sekalian saja berkeliling istana ini. Mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang menarik.” Ia berbicara pelan.

Kemudian Vinia pergi menelusuri bangunan megah itu. Pemandangan yang disajikan sangat menghibur bola matanya. Pohon-pohon yang belum ia pernah temui tumbuh di halaman. Ia menghentikan langkahnya ketika ia sampai di kolam air panas. Vinia tersenyum. Ia hirup aroma dari badannya. Bau keringat yang tajam menusuk hidung. Sedari tadi tubuhnya sudah terasa gatal ingin mandi.

Tanpa pikir panjang Vinia turun ke dalam kolam. Tiba-tiba air dari kolam menggelegar. Seseorang keluar dari dalam sana. Ternyata itu Ryu Damian yang sedang mandi. Sontak Vinia terlonjak kaget yang membuatnya tercebur ke dalam air. 

”Dasar wanita mesum. Berani-beraninya mengintip aku sedang mandi.” Hardik Ryu Damian sembari keluar dari kolam.

Vinia berteriak histeris sambil menutup matanya. Tentu saja Ryu saat itu tidak mengenakan satu benang pun alias bugil yang memperlihatkan miliknya yang besar.

”Kau yang mesum. Mataku sudah tercemar dengan penampakan burung jelek itu.” Vinia menunjuk kebawah selangkangan Ryu Damian.

Ryu melirik ke bawah melihat miliknya yang menjuntai di sana. Lalu ia tersenyum sinis.

”Bilang saja kau menikmatinya saat melihat ini. Kau yang mengintip ku malah menuduhku mesum. Wanita aneh.” Ryu meluruskan tangannya ke samping dan seketika pakaiannya terbang datang melingkupi tubuhnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ROy Hanson
bagus ceritanya. ketagihan. lanjut lagi dong up episodenya 😁
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status