Share

3. Kericuhan di Istana Awan

Sementara itu jauh dari kerajaan Nirwana, sebuah Puri berdiri diatas gunung Naga. Itu adalah tempat pengasingan bagi dewa yang melakukan kesalahan fatal. Seorang pria terlihat sedang bermain dengan seekor Jinx hewan peliharaannya. Jinx salah satu hewan ajaib menyerupai harimau putih bersayap yang ukurannya setinggi pria itu. Dia adalah sang dewa perang Aslan Falan yang juga saudara dari sang kaisar Ryu Damian. Seorang dewa kecil tiba-tiba menghampirinya yang membuat ia menghentikan kegiatannya.

”Tuan, hamba mendengar kabar sedang ada keributan di istana awan.” Pria itu adalah Reyes dewa kecil yang menjaga gunung Naga.

”Istana awan? Aku tidak peduli apa yang terjadi disana. Aku sudah lama  memutuskan hubungan dengan istana awan. Jangan melaporkan hal yang tidak penting padaku.” Balas Aslan sambil mengusap bulu halus hewan kesayangannya.

Reyes tersenyum menanggapi perkataan Aslan. ”Aku yakin Tuan akan peduli dengan berita ini. Ku dengar si tua Heris kembali dari dunia fana membawa seorang gadis yang mirip dengan peri bunga Sena.” 

Seketika tangan Aslan bergetar. Matanya berkaca-kaca. Setiap kali mengenang tentang Sena hatinya serasa perih.

”Sena.” Ia berbicara lirih menahan kepedihan hatinya. 

Aslan segera menghilang dan muncul di istana awan. Saat menjejakkan kakinya untuk pertama kali setelah ribuan tahun, kenangan yang terlukis dibenaknya kembali menghantui ingatannya. Ia mengamati ke sekitar. Bayangan ia dan Ryu saat berlatih sihir terpampang dihadapannya. Ia tersenyum kecut. Semua tidak akan sama seperti dulu. 

Sebelum ia memasuki istana awan, ia membuat tubuhnya tak terlihat. Ia tidak ingin membuat keributan di antara para dewa lainnya sebab statusnya yang masih dalam hukuman. Aslan berdiri di sudut ruangan memperhatikan Vinia. Jelas saja trik sihir yang ia buat tidak bisa mengelabui mata Ryu Damian. Kaisar Ryu menyadari kehadiran Aslan. Matanya mengawasi sudut ruangan tempat di mana Aslan berdiri.

”Hei, mengapa kau diam saja. Bisakah kau mengembalikan aku pulang?” Tanya Vinia lantang.

Kaisar Ryu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. ”Aku tidak bisa mengembalikanmu begitu saja. Pena emas di tanganmu itu yang membawamu kemari. Jika ingin kembali kau coba saja dengan pena emas itu.” 

Vinia semakin frustrasi. Sorot matanya terlihat sedih mengetahui kenyataan ia akan lama berada di dunia para abadi. Aslan yang sedari tadi memperhatikan Vinia, datang mendekatinya. Tentu saja Vinia tidak bisa melihat Aslan dengan jurus tembus pandannya. Ia perhatikan dari rambut hingga kaki. Rambut panjang berwarna keemasan juga sifat terlalu beraninya sangat mirip dengan Sena. Wanita yang selama ini ia rindukan ada dihadapannya.

***

Dahulu di hutan Bloom Forest hiduplah seorang peri bunga bernama Sena. Ia hidup di hutan dimana semua bunga berwarna-warni bermekaran. Dengan kecantikannya Sena  berhasil menaklukkan Aslan dan Ryu. Jelas saja itu membuat peri-peri lainnya merasa iri dengan Sena.

Cinta Aslan kepada Sena dimulai ketika ia menyelamatkan Sena dari serangan hewan buas, Jinx. Ia menyadari kecantikan Sena yang tak biasa. Rambut panjang keemasan miliknya sangat memikat hati Aslan. Sejak saat itu Aslan sering turun ke bumi sekedar bercerita dengan Sena.

Seiring berjalannya waktu rasa cinta Aslan semakin besar. Begitu juga dengan Sena yang merasa nyaman saat berada di dekatnya. Namun, petaka dimulai ketika Ryu Damian  yang penasaran dengan Aslan yang selalu turun ke bumi.

Suatu ketika Ryu Damian diam-diam mengikuti Aslan turun ke bumi. Ia memperhatikan dari jauh Aslan menemui Sena ditepi danau biru. Entah mengapa saat melihat itu Ryu merasa cemburu. 

Ryu Damian selalu bersikap  dingin terhadap wanita. Ia tidak pernah peduli dengan para Peri atau para Dewi. Baginya mereka hanyalah sepotong kotoran yang mengganggu. Sifat Aslan bertolak belakang dengan Ryu. Aslan memiliki hati yang hangat. Membuat siapa saja di dekatnya akan merasa nyaman.

***

”Heris, antar dia ke kamar di sisi selatan. Selama ia di sini kau yang bertanggung jawab.” Titah Ryu kepada Dewa Heris.

”Baik yang Mulia.” Heris membungkuk memberi hormat.

Vinia menurut saja dengan yang dikatakan Kaisar Ryu. Baginya ia harus bertahan untuk bisa kembali pulang ke dunianya. Aslan terpaku mengamati Vinia yang menjauh hingga hilang dari pandangan. Kemudian Aslan meninggalkan ruang singgasana. Namun, saat di halaman istana ia di cegat Kaisar Ryu.

Aslan terperanjat. Kemudian ia tertawa getir. ”Ternyata aku tidak bisa mengelabuimu.”

Kaisar Ryu mengernyitkan alisnya. ”Aku sangat memahamimu, tentu saja aku menyadari kehadiranmu. Untuk seorang yang sedang dihukum, kau terlalu berani datang ke istana awan.” Kaisar Ryu membelakangi Aslan dan menaruh kedua tangannya di balik pinggangnya. ”Kau jauh-jauh datang kemari pasti karena ingin memastikan wanita itu Sena, bukan?”

Aslan memendam kekesalannya didalam hati. Ia mengepalkan telapak tangannya hingga uratnya menonjol. ”Heh, kau takut aku akan membawanya?” Aslan menyeringai.

Bibir Kaisar Ryu bergetar. Jauh dalam lubuk hatinya ia khawatir Aslan akan membawa Vinia. ”Tentu saja aku tidak mengkhawatirkan itu. Ia berada disini. Tak seorang pun yang bisa membawanya keluar tanpa seizin aku.”

”Kau masih saja bersikap sombong Ryu. Aku heran mengapa langit harus memilihmu menjadi kaisar.” Ujar Aslan.

Ryu tertawa kecil. Kemudian ia membuat lingkaran sihir menuju gunung naga. Ryu menatap tajam Aslan dan menghempaskan Aslan kembali ke gunung naga dengan sekali ayunan tangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status