Share

Bab 3 - Erlandtio Guiliano

Pagi-pagi sekali Erina membawa tas besar dan koper ukuran sedang keluar dari kos.

Ya seperti dugaan Erina memutuskan tidak menggugurkan kandungannya dan memilih keluar dari kosnya tersebut, tidak hanya itu dia akan pergi ke kota lain yang memang lebih besar karena ibu kota negara ini.

Erina semalaman berfikir begitu karena dia terngiang-ngiang dengan mimpi bocah yang memanggilnya Mommy. Jadi karena dia penasaran dengan wajah bocah itu, dia akan melahirkannya, pergi ke kota lain dan mulai menjalani hidup baru.

Mungkin ini juga alasan tuhan memberi cobaan, yakni hikmahnya agar Erina bisa lepas dari ikatan keluarganya yang menyesakkan. Jadi sekarang dia bisa pergi tanpa harus berfikir dua kali.

"Akh,"

Erina agak memekik kencang tanpa sadar, karena dia di senggol oleh seseorang, tidak sampai jatuh, tapi tasnya saja yang terlepas dari tangan juga terpelanting cukup jauh.

Itu karena orang yang menyenggolnya adalah pria bertubuh gempal dan berlari pula, jadi Erina yang kecil macam toples lebaran ini tidak bisa kalau bertubrukan dengan gapura kabupaten.

"Ishh," Erina mengeram kesal sebab pria tubuh gempal itu sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah dan hanya sempat melirik sedikit lalu melanjutkan langkahnya memasuki gerbong kereta.

"Tauk lah," Meski kesal Erina tidak bisa berbuat apa-apa, dia pun langsung melangkahkan kaki untuk mengambil tasnya yang jatuh.

Tapi seseorang mengulurkan tangan lebih dulu memegang tasnya.

"Eh,"

Erina tentu kebingungan karena tangan itu berlanjut mengangkat tasnya.

"Tas saya!" Belum melihat sosok yang memegang tasnya, Erina sudah ikut memegang dan menarik tas itu, panik takut ini adalah orang jahat yang hendak membawa kabur tas.

"Ini tas saya!" sentak Erina lagi, dia mulai melirik si pelaku yang ternyata seorang pria dengan hoodie hitam dan topi, serba hitam pokoknya.

Tapi meski Erina berusaha menarik tas, orang itu sama sekali tidak melepaskan.

"Anda copet ya!" Erina menuduh asal, mendongak sesekali masih tetap menarik tasnya kuat-kuat. Di dalam tas itu tidak ada barang terlalu berharga sih, tapi tetap saja ia akan repot jika sampai hilang.

"Saya bantu bawakan!" ujar pria itu dengan suara bariton khas laki-lakinya.

Tapi Erina langsung memicingkan mata tidak suka, 'Modus pencurian!' warning itu berputar putar di kepalanya.

"Nggak perlu! Saya bisa bawa sendiri!" Erina benar-benar was-was, dia menoleh ke kanan kiri tapi tidak ada yang memerdulikannya, belum lagi kereta yang sebentar lagi akan berangkat.

"Lepas, ini tas saya." Usaha Erina mati-matian menarik tas itu tak ada hasil sedikitpun, yanga ada malah dia takut tali tasnya akan putus jika di paksa di tarik.

Erina menghela nafas berat, dia sudah terllau sabar menahan diri, ia pun memutuskan mendongak untuk melihat wajah pria aneh ini lebih jelas, dan mempertegas untuk segera melepaskan tas.

Mata mereka pun bertemu,

Hng ...

'Ganteng!'

Tapi bukannya melanjutkan niatannya untuk meminat melepaskan tas, Erina malah di buat terdiam kaku fokus menatap wajah yang lebih tinggi darinya itu.

Dari balik topi hitamnya dengan wajah yang sebagian menutupi, Erina sudah bisa melihat wajah tampan pria ini. Benar-benar se tampan itu, bahkan dia berfikir kalau pria ini bukanlah orang Indonesia asli.

Glekk ...

Erina meneguk salivanya susah payah karena itu, dia tidak sanggup di tatap mata warna hazel yang mengintip dari balik topi hitam yang di pakai.

Orang se ganteng ini, tidak mungkin orang jahat kan?

"Ayo!"

"Eh,"

Tba-tiba saja pria itu memegang pergelangan tangan Erina, menggandeng dan menariknya pergi dari sana.

Erina juga belum semat memproses situasi saat ini, yang jelas dia menuruti saja di bawa pergi menuju kereta. Dengan koper dan tasnya sudah di ambil alih penuh satu tangan pria ini, karena tangan lain pria itu di gunakan untuk menggandeng Erina.

Mereka akan masuk ke dalam kereta.

Hanya saja sampai detik ini, Erina masih mengawang rasanya, dia memegang jantungnya yang berdegup tidak karuan, dengan mata yang menatap wajah pria itu dari belakang agak ke samping. Deg degannya bukan lapar, bukan juga karena jatuh cinta kan .., eh tidak tau, tapi yang pasti pria ini sangat tampan sampai Erina tidak bisa berkutik.

Maklum mata Erina cukup lemah jika berurusan dengan visual dewa.

Barulah setelah sudah masuk, dan hampir menemukan tempat duduk, Erina tersadar sepenuhnya serta buru-buru melepaskan kasar tangan pria itu.

"Anda siapa?" tanya Erina dengan tegas walaupun jantungnya masih dangdutan.

Pria itu pun menoleh terdiam, dia menatap  mata Erina penuh sampai seperti menghipnotis Erina.

Lalu tiba-tiba pria itu mendekatkan wajah ke arah Erina.

Hng ...

Erina melotot lebar.

Pria cabul? Pria tampan ini pria cabul dan mau menciumnya kan?

Pikiran Erina sudah kemana-mana, tapi rupanya pria itu tidak mencium karena melanjutkan wajah dan berhenti di samping kepala Erina.

"Erland, panggil aja Erland."

Glekk ...

'Er .. Erland ya?'

***

Bug ...

Bug ..

Meski pria bertubuh gempal yang sudah terjatuh bersandar dan pingsan itu, dia tetap mendapat pukulan talak dua kali.

Selanjutnya tidak pikir panjang, pelaku pemukulan langsung melucuti semua pakaian yang menempel di tubuh pria tubuh gempal, dan berlanjut membuang pakaian itu melalui jendela kereta. Menyisakan pria tubuh gempal tanpa busana sama sekali di dalam salah satu bilik kamar mandi kereta.

Merasa puas dengan hasil karyanya, si pelaku pergi dan membiarkan pintu kamar mandi terbuka, yang sebelumnya sempat memberi interupsi _menggunakan gerakan tangan dan mata_ pada beberapa pria di sekitarnya yang mengeblok gerbong agar tidak ada yang berani masuk. Dari mulai menyuap para staff atau berakting agar orang-orang yang hendak ke kamar mandi mundur.

Begitulah alur ceritanya, jika seorang mafia yang turun tangan. Ya benar memang the real mafia.

Sebenarnya ada alur cerita lain, yakni alasan di balik semua yang di lakukan, sebab ketertarikannya akan sesuatu, dan jika sudah tertarik mafia itu akan mendapatkan apa yang dia mau! Bahkan jika ada yang mengusik barang sedikit seperti pria tubuh gempal tadi, si mafia siap menyingkirkannya.

Dan Mafia itu adalah Erlandtio Guilino.

Pria dengan wajah tampan, mata hazel yang tajam, dengan perpaduan wajah Asia Eropanya membuat siapa saja akan bertekuk lutut ketika melihat.

Sayangnya Erland jarang-jarang menunjukkan wajahnya itu, karena ya dia adalah seorang mafia. Orang yang lebih suka berada di balik layar.

Penyelundupan, kekerasan, perjudian, penipuan, perdagangan manusia narkoba, dan pencucian uang/penggelapan dana. Itu semua sudah tidak asing bagi Erland.

Dia bisa melakukan semuanya, apalagi jika hanya sekedar mendapatkan apa yang dia mau, itu adalah hal yang sangat gampang di lakukan.

Begitulah aturan jika sudah ada yang membuatnya tertarik. Dia akan mendapatkan hal itu apapun yang terjadi.

Baik menggunakan cara manusia normal, atau cara mafia seperti profesinya.

Dia akan mendapatkan Erina Falistia! Wanita asia yang harusnya tidak terlalu menarik di mata orang-orang, tapi sangat menarik di mata Erland.

Erina, hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa Erland genggam sepenuhnya!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status