Share

Tiga Bayi Sang Mafia
Tiga Bayi Sang Mafia
Author: ZeeHyung

Bab 1. Kehilangan Kesucian

"S~sakit , Pak. Tolong lepaskan!" teriak Alena.

Alena mencoba untuk menahan sakit di antara kedua pahanya. Alena mendorong tubuh atasannya sekuat tenaga. Tapi, dorongan Alena kalah dengan tenaga Cakra.

"Diam. Aku menginginkanmu, Sayang!" Seru Cakra dengan suara bariton.

Cakra menarik tangan Alena untuk masuk ke ruang pribadinya yang juga ruang kerja Cakra di perusahaannya.

Cakra tidak peduli dengan perlawanan Alena. Dia yang sudah diselimuti gairah menyeret Alena dan melemparnya di ranjang. Alena terhempas dan dengan cepat Cakra mengukung Alena di bawah tubuhnya. Cakra menulikan telinganya saat mendengar tangisan Alena. Cakra merobek pakaian Alena begitu saja dan membuangnya.

"Jangan lakukan itu, aku mohon, Pak Cakra!" Tangis Alena pecah saat melihat Cakra semakin dekat dengannya.

"Shuttt! Diamlah, Sayang. Aku ingin lebih dekat memandangmu," bisik Cakra pelan. Tanpa menunggu lama lagi, Cakra pun melakukan penyatuan

Tangisan Alena tidak dihiraukan oleh Cakra. Sang CEO dingin tersenyum mendengar suara tangis Alena. Malam ini kesuciannya terenggut oleh sang CEO dingin.

Alena menahan sakit saat Cakra merebut kesuciannya yang dia jaga selama ini. Di usia 19 tahun, Alena sudah kehilangan kesucian di tangan pria dingin dan angkuh. Cakra terus menerus melakukannya.

Saat matanya terbuka, Alena segera duduk dan saat itu juga dia melihat ada noda darah di sprei putih. Tubuhnya gemetar, air matanya tumpah saat melihat noda tersebut. Pikirannya mulai mengingat dengan kejadian malam panasnya dengan atasannya tersebut.

"Tidak, ini pasti mimpi. A~aku tidak mungkin tidur dengan Pak Cakra," gumam Alena berusaha untuk menepis semuanya.

Alena menoleh ke samping ada seorang pria yang dia kagumi dan dia khayalkan, tidur tanpa sehelai benang pun. Alena memandang Cakra, Alena segera berdiri, dia tidak peduli dengan rasa sakitnya.

'Aku harus segera keluar. Aku yakin, ini salah. Ini tidak benar, aku tidak mau Pak Cakra mengetahui apa yang terjadi, ibu maafkan aku sudah mengecewakan ibu karena tidak bisa menjaga kehormatan ibu!?' batin Alena segera meninggalkan ruangan tersebut.

Melihat pakaiannya koyak, Alena mengambil pakaian Cakra dan memakainmya setelah itu dia keluar dari ruangan tersebut. Tanpa memperdulikan apa yang terjadi nantinya. Alena yang sudah berada di luar segera berlari ke dalam ruangan OB dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Alena menggosok tubuhnya dengan kasar berkali-kali.

"Akhhhh! Aku kotor! Aku sudah kotor, aku harus secepatnya pergi dari sini, aku tidak mau bertemu dengan, Pak Cakra," ucap Alena yang terus menyesali kesalahannya.

Selesai mandi, Alena segera keluar dari kamar mandi dan masih menggunakan pakaian Cakra. Alena tidak punya pilihan lain, tidak mungkin dia keluar tanpa menggunakan busana. Jadi, dia memilih memakai pakaian Cakra. Baru lah dia berganti pakaian miliknya yang ada di loker.

Sementara itu, Cakra yang baru sadar mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia berusaha bangun dan memusatkan kembali kesadarannya.

"Ehmmm, kepalaku sakit. Sudah jam berapa ini? Dan kenapa aku di sini dan mana pakaianku. Sial, akhirnya perjakaku hilang karena si kunyuk itu," ucap Cakra yang perlahan membuka matanya dan melihat jam di dinding ternyata sudah pukul setengah delapan pagi.

Cakra bersiap untuk mandi, dia tidak sedikitpun melihat jejak darah di sprei putihnya. Cakra membasuh tubuhnya setelah selesai mandi, Cakra bergegas memakai pakaian kerjanya. Cakra segera keluar dari ruangan tersebut dan terlihat asistennya sudah berada di ruangan kerjanya.

"Maaf, Pak Cakra. Tadi malam, sahabat Anda menghubungi saya. Beliau sudah menghubungi Anda tapi, Anda tidak menjawabnya. Sahabat Anda mengatakan, wanita itu tidak bisa masuk ke sini tanpa izin Anda. Jadi, wanita itu pulang." Arvin Delano asisten setia Cakra mengatakan jika wanita pesanan temannya tidak bisa datang ke perusahaan ini.

"Tidak datang? Wanita? Apa maksudmu?" tanya Cakra dengan suara dingin dan datar.

Cakra segera menyalakan komputer, dia ingin melihat CCTV di ruangannya. Dia yakin ada yang salah. Saat melihat CCTV, Cakra tertegun melihat seorang gadis yang dia seret untuk masuk ke ruangan pribadinya dan terlihat jelas jika gadis itu berteriak meminta dilepaskan sedangkan dia tidak menggubrisnya.

Arvin yang melihat bosnya diam dan terus menatap layar komputer mulai curiga. "Apa ada sesuatu yang salah. Anda salah orang, Pak Cakra?" tanya Arvin dengan hati-hati.

"Tidak," jawab Cakra singkat.

Karena penasaran dengan apa yang dia lihat, Cakra berdiri dan berjalan ke arah keluar. Arvin yang melihat bosnya keluar segera mengikutinya. Arvin heran kenapa bosnya ke arah ruangan OB. Apa dia mau buat kopi sendiri? Bukannya bisa melalui telepon pikirnya. Cakra yang tiba di ruangan tersebut segera masuk begitu saja ke dalam ruangan tersebut. Ketua OB terkejut melihat kedatangan bos mereka.

"A~anda cari siapa, Pak Cakra?" tanya Pak Paimin yang ketakutan.

"Bisa keluar sebentar!" Arvin yang tahu raut wajah bosnya, segera meminta ketua OB keluar bersama dengan beberapa OB yang baru datang.

Tanpa menunggu lama mereka pun keluar begitu juga dengan Arvin, dia pun ikut keluar menunggu bosnya menyelesaikan masalahnya. Saat Cakra tiba di pintu ruangan tersebut, Cakra membuka pintu tanpa mengetuk pintu. Cakra melihat wanita yang sedang memeluk kemeja putihnya dengan erat.

"Apa yang terjadi?" tanya Cakra to the point.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arie Widiyanto
nice novel.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status