Share

Bab 5. Kenapa Dia

Cakra tidak berkata apapun. Dia hanya menatap foto yang dikirimkan oleh anak buahnya. Cakra penasaran kenapa dia ke sana.

"Apa yang dia lakukan di sana?" tanya Cakra pada dirinya sendiri.

Cakra masih tidak mengerti Alena wanita yang dia minta untuk diawasi oleh anak buahnya ke rumah sakit dan ke poli kandung. Terbesit di pikirannya kenapa wanita itu berada di sana. Tapi, balik lagi ego mengalahkan semuanya.

Cakra tidak banyak bicara dia nonaktifkan ponselnya. Pesawat lepas landas menuju Italia. Italia banyak sekali tempat yang indah dan terkenal salah satu tempat di mana Romeo dan juliet berada yaitu kota Verona. Cakra akan ke kota tersebut dia ingin bertemu dengan salah satu mafia di sana yang juga merupakan salah satu sahabatnya.

"Bos, Tuan Hansel sudah mengkonfirmasi kalau klan Minamoto saat ini ada di kota yang akan kita datangi. Dari kabar yang saya terima jika dirinya sedang bersama seseorang wanita." Arvin menjelaskan kepada Cakra jika orang yang diincar oleh bosnya ini ada di sana.

"Awasi terus," jawab Cakra singkat.

"Baik," sahut Arvin yang segera membalas pesan dari anak buahnya di Italia.

Cakra lelah, dia memejamkan matanya untuk sekedar mengistirahatkan pikiran yang menumpuk di kepalanya. Saat matanya terpejam, Cakra terus mengingat wanita tersebut. Senyumnya, tangisannya dan terlebih lagi suara wajahnya yang teduh membuat Cakra kembali membuka matanya.

"Anda mau minum pil tidur, bos?" tanya Arvin menatap ke arah bosnya yang gelisah.

"Hmm." Deheman Cakra membuat Arvin segera mengeluarkan obat yang biasa digunakan oleh bosnya tersebut.

Cakra segera meminum obatnya dan perlahan matanya mulai tertidur. Arvin tersenyum kecil melihat bosnya yang akhirnya tertidur. Perjalanan menuju Italia memakan waktu yang cukup lama. Akhirnya, perjalanan mereka sampai juga di Bandara Internasional Italia.

"Bos, kita sudah sampai," ucap Arvin mengatakan kepada Cakra jika mereka sudah sampai di Bandara Internasional di Italia.

Cakra membuka matanya dan merapikan jasnya. Setelah pintu pesawat terbuka, barulah Cakra keluar dari pesawat. Cakra berjalan menuju imigrasi untuk pemeriksaan dokumen setelah itu barulah Cakra dan rombongan segera berjalan menuju parkiran di mana, anak buahnya sudah siap untuk membawanya ke kota tujuan.

"Apa semuanya aman?" tanya Cakra.

"Aman, kita sudah awasi klan Minamoto. Mereka saat ini tidak mengetahui kedatangan Anda ke sini. Apa kita langsung ke tempat atau Anda mau ke hotel dulu?" tanya Arvin.

"Langsung saja," jawab Cakra singkat.

Cakra tidak mau berlama-lama di Italia. Dia masih terus memikirkan Alena yang berada di Indonesia. Dia ingin segera bertemu dan bertanya kenapa Alena berada di sana.

Cakra masuk ke dalam mobil di susul oleh Arvin. Mobil melaju menuju kota tersebut. Perjalanan yang jauh tidak membuat Cakra kelelahan. Dan pada akhirnya keduanya sampai di tempat tersebut.

"Bos, kita sudah sampai, silahkan." Arvin segera turun dari mobil dan berjalan menuju sahabatnya yang sudah menunggu. Cakra memakai topeng agar tidak ada yang mengenalinya. Walaupun temannya itu sudah tahu dia tapi anggota yang lainnya tidak.

"Apa kabar sahabatku? Apa kamu nyaman terbang ke sini? Sudah lama tidak ke kota yang romantis ini, apa tidak rindu dengan kisahnya?" tanya sahabat Cakra tersebut.

"Aku tidak pernah rindu, sekarang kita harus segera ke gudang. Aku mau habisi klan Minamoto itu," jawab Cakra dengan wajah yang datar.

"Baiklah, nanti malam kita ke sana, aku sudah dapatkan dimana mereka tinggal," ucap sahabatnya tersebut.

Cakra menunggu di ruangan khusus, dia disuguhkan makanan dan minuman. Sampai menjelang malam, seluruh rombongan segera pergi ke tempat yang sudah menjadi target mereka.

"Kita langsung saja ke markas klan Minamoto, mereka menyerang markas kita dan merampok gudang kita, jadi inilah saatnya kita mengambil balik apa yang kita punya." Sahabat Cakra bernama Luiz Alfonso mengatakan ke Cakra untuk menyerang markas milik Minamoto.

"Aku ikut saja, karena lebih cepat lebih baik, aku tidak ingin mereka berkuasa di daerahku," jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya ini.

Luiz pun memerintahkan kepada anggotanya untuk ke tempat dimana Klan Minamoto berada. Mereka segera melaju dan saat tiba di tempat tersebut, tanpa menunggu lama, Cakra memerintahkan kepada Luiz dan yang lainnya untuk segera menyerang.

Bommm!

Suara ledakkan terdengar dan itu bom ynag dilempar oleh anak buah Luiz ke markas milik Minamoto. Seluruh anggota klan Minamoto berhamburan dan berlari keluar. Kobaran api mulai terlihat. Sebagai dari anggota Luiz sudah lebih dulu memindahkan barang ke truk.

"Kita diserang Master. Bagaimana ini?" tanya anak buah klan Minamoto kepada ketua Klan.

"Siapa yang berani menyerang kita? Apa dia yang menyerang kita?" tanya Ketua tersebut.

Anak buah Klan Minamoto menganggukkan kepala mengiyakan apa yang terjadi. Ketuanya segera berdiri dari tempat duduknya dan segera pergi. Untuk saat ini dia tidak akan melawan karena dia pasti kalah, lebih dia mencari kelemahan dari pria tersebut.

Hampir dua jam pertempuran tersebut terjadi. Cakra bisa menguasai daerah tersebut tapi target yang ingin dia habisi lebih dulu kabur.

"Awasi dia, jangan sampai dia mendekati markas kita dan untuk mata-mata kita di sana jangan sampai ketahuan, kalian mengerti!" Cakra memberikan intruksi kepada Luiz agar mengawasi musuhnya dan melindungi mata-mata mereka yang bekerja dengan Klan Minamoto.

"Baik, aku akan mengawasinya. Apa kamu tidak mau ke bar atau keliling kota yang penuh cinta ini?" tanya Luiz.

"Tidak, aku ada keperluan lain. Aku akan kembali ke Indonesia. Jika ada sesuatu kabari saja melalui Arvin," ucap Cakra yang menolak untuk pergi keliling kota tersebut.

Luiz tidak bisa menolak dan dirinya paham betul bagaimana sahabatnya yang gila kerja. Jadi, dia mengantar Cakra sampai ke bandara. Sesampainya di bandara Cakra segera melangkahkan kaki menuju pesawat dan masuk ke pesawat.

"Bos, saya baru dapat pesan. Asisten Tuan besar meminta Anda untuk menemui Tuan besar segera," ucap Arvin.

"Atur jadwalku, jika ada yang kosong aku akan temui jika tidak katakan aku sibuk," jawab Cakra.

Arvin hanya bisa menghela nafas, jadwal bosnya ini semuanya padat sampai tidak ada hari libur sama sekali bagaimana dia ada jadwal kosong. Pesawat segera lepas landas, Cakra menerima pesan lagi dari anak buah yang terus mengikuti kegiatan dari Alena.

'Apa yang dia lakukan di sana. Apa dia tidak ke kantor!?' gumam Cakra saat melihat beberapa foto yang dikirim kepadanya.

Cakra hanya bisa termenung dia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dirinya sudah menolak keberadaan Alena tapi dia terus mengikuti wanita itu dan dia juga miris melihat tempat tinggal dari wanita tersebut.

"Bos, saya baru dapat kabar kalau dia sudah tidak lagi dikantor kita," ucap Arvin dengan raut wajah serius.

"Maksudmu, dia siapa?" tanya Cakra singkat.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arla
dasar cakra
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status