Cakra tidak berkata apapun. Dia hanya menatap foto yang dikirimkan oleh anak buahnya. Cakra penasaran kenapa dia ke sana.
"Apa yang dia lakukan di sana?" tanya Cakra pada dirinya sendiri.Cakra masih tidak mengerti Alena wanita yang dia minta untuk diawasi oleh anak buahnya ke rumah sakit dan ke poli kandung. Terbesit di pikirannya kenapa wanita itu berada di sana. Tapi, balik lagi ego mengalahkan semuanya.Cakra tidak banyak bicara dia nonaktifkan ponselnya. Pesawat lepas landas menuju Italia. Italia banyak sekali tempat yang indah dan terkenal salah satu tempat di mana Romeo dan juliet berada yaitu kota Verona. Cakra akan ke kota tersebut dia ingin bertemu dengan salah satu mafia di sana yang juga merupakan salah satu sahabatnya."Bos, Tuan Hansel sudah mengkonfirmasi kalau klan Minamoto saat ini ada di kota yang akan kita datangi. Dari kabar yang saya terima jika dirinya sedang bersama seseorang wanita." Arvin menjelaskan kepada Cakra jika orang yang diincar oleh bosnya ini ada di sana."Awasi terus," jawab Cakra singkat."Baik," sahut Arvin yang segera membalas pesan dari anak buahnya di Italia.Cakra lelah, dia memejamkan matanya untuk sekedar mengistirahatkan pikiran yang menumpuk di kepalanya. Saat matanya terpejam, Cakra terus mengingat wanita tersebut. Senyumnya, tangisannya dan terlebih lagi suara wajahnya yang teduh membuat Cakra kembali membuka matanya."Anda mau minum pil tidur, bos?" tanya Arvin menatap ke arah bosnya yang gelisah."Hmm." Deheman Cakra membuat Arvin segera mengeluarkan obat yang biasa digunakan oleh bosnya tersebut.Cakra segera meminum obatnya dan perlahan matanya mulai tertidur. Arvin tersenyum kecil melihat bosnya yang akhirnya tertidur. Perjalanan menuju Italia memakan waktu yang cukup lama. Akhirnya, perjalanan mereka sampai juga di Bandara Internasional Italia."Bos, kita sudah sampai," ucap Arvin mengatakan kepada Cakra jika mereka sudah sampai di Bandara Internasional di Italia.Cakra membuka matanya dan merapikan jasnya. Setelah pintu pesawat terbuka, barulah Cakra keluar dari pesawat. Cakra berjalan menuju imigrasi untuk pemeriksaan dokumen setelah itu barulah Cakra dan rombongan segera berjalan menuju parkiran di mana, anak buahnya sudah siap untuk membawanya ke kota tujuan."Apa semuanya aman?" tanya Cakra."Aman, kita sudah awasi klan Minamoto. Mereka saat ini tidak mengetahui kedatangan Anda ke sini. Apa kita langsung ke tempat atau Anda mau ke hotel dulu?" tanya Arvin."Langsung saja," jawab Cakra singkat.Cakra tidak mau berlama-lama di Italia. Dia masih terus memikirkan Alena yang berada di Indonesia. Dia ingin segera bertemu dan bertanya kenapa Alena berada di sana.Cakra masuk ke dalam mobil di susul oleh Arvin. Mobil melaju menuju kota tersebut. Perjalanan yang jauh tidak membuat Cakra kelelahan. Dan pada akhirnya keduanya sampai di tempat tersebut."Bos, kita sudah sampai, silahkan." Arvin segera turun dari mobil dan berjalan menuju sahabatnya yang sudah menunggu. Cakra memakai topeng agar tidak ada yang mengenalinya. Walaupun temannya itu sudah tahu dia tapi anggota yang lainnya tidak."Apa kabar sahabatku? Apa kamu nyaman terbang ke sini? Sudah lama tidak ke kota yang romantis ini, apa tidak rindu dengan kisahnya?" tanya sahabat Cakra tersebut."Aku tidak pernah rindu, sekarang kita harus segera ke gudang. Aku mau habisi klan Minamoto itu," jawab Cakra dengan wajah yang datar."Baiklah, nanti malam kita ke sana, aku sudah dapatkan dimana mereka tinggal," ucap sahabatnya tersebut.Cakra menunggu di ruangan khusus, dia disuguhkan makanan dan minuman. Sampai menjelang malam, seluruh rombongan segera pergi ke tempat yang sudah menjadi target mereka."Kita langsung saja ke markas klan Minamoto, mereka menyerang markas kita dan merampok gudang kita, jadi inilah saatnya kita mengambil balik apa yang kita punya." Sahabat Cakra bernama Luiz Alfonso mengatakan ke Cakra untuk menyerang markas milik Minamoto."Aku ikut saja, karena lebih cepat lebih baik, aku tidak ingin mereka berkuasa di daerahku," jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya ini.Luiz pun memerintahkan kepada anggotanya untuk ke tempat dimana Klan Minamoto berada. Mereka segera melaju dan saat tiba di tempat tersebut, tanpa menunggu lama, Cakra memerintahkan kepada Luiz dan yang lainnya untuk segera menyerang.Bommm!Suara ledakkan terdengar dan itu bom ynag dilempar oleh anak buah Luiz ke markas milik Minamoto. Seluruh anggota klan Minamoto berhamburan dan berlari keluar. Kobaran api mulai terlihat. Sebagai dari anggota Luiz sudah lebih dulu memindahkan barang ke truk."Kita diserang Master. Bagaimana ini?" tanya anak buah klan Minamoto kepada ketua Klan."Siapa yang berani menyerang kita? Apa dia yang menyerang kita?" tanya Ketua tersebut.Anak buah Klan Minamoto menganggukkan kepala mengiyakan apa yang terjadi. Ketuanya segera berdiri dari tempat duduknya dan segera pergi. Untuk saat ini dia tidak akan melawan karena dia pasti kalah, lebih dia mencari kelemahan dari pria tersebut.Hampir dua jam pertempuran tersebut terjadi. Cakra bisa menguasai daerah tersebut tapi target yang ingin dia habisi lebih dulu kabur."Awasi dia, jangan sampai dia mendekati markas kita dan untuk mata-mata kita di sana jangan sampai ketahuan, kalian mengerti!" Cakra memberikan intruksi kepada Luiz agar mengawasi musuhnya dan melindungi mata-mata mereka yang bekerja dengan Klan Minamoto."Baik, aku akan mengawasinya. Apa kamu tidak mau ke bar atau keliling kota yang penuh cinta ini?" tanya Luiz."Tidak, aku ada keperluan lain. Aku akan kembali ke Indonesia. Jika ada sesuatu kabari saja melalui Arvin," ucap Cakra yang menolak untuk pergi keliling kota tersebut.Luiz tidak bisa menolak dan dirinya paham betul bagaimana sahabatnya yang gila kerja. Jadi, dia mengantar Cakra sampai ke bandara. Sesampainya di bandara Cakra segera melangkahkan kaki menuju pesawat dan masuk ke pesawat."Bos, saya baru dapat pesan. Asisten Tuan besar meminta Anda untuk menemui Tuan besar segera," ucap Arvin."Atur jadwalku, jika ada yang kosong aku akan temui jika tidak katakan aku sibuk," jawab Cakra.Arvin hanya bisa menghela nafas, jadwal bosnya ini semuanya padat sampai tidak ada hari libur sama sekali bagaimana dia ada jadwal kosong. Pesawat segera lepas landas, Cakra menerima pesan lagi dari anak buah yang terus mengikuti kegiatan dari Alena.'Apa yang dia lakukan di sana. Apa dia tidak ke kantor!?' gumam Cakra saat melihat beberapa foto yang dikirim kepadanya.Cakra hanya bisa termenung dia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dirinya sudah menolak keberadaan Alena tapi dia terus mengikuti wanita itu dan dia juga miris melihat tempat tinggal dari wanita tersebut."Bos, saya baru dapat kabar kalau dia sudah tidak lagi dikantor kita," ucap Arvin dengan raut wajah serius."Maksudmu, dia siapa?" tanya Cakra singkat.Melihat bosnya bertanya dia siapa, Arvin segera mengatakan siapa dia. Dan saat ini, tidak ada yang harus di tutupi lagi. "OB yang bernama Alena, dia memutuskan untuk berhenti. Ini surat pemberhentian yang diberikan oleh ketua OB kepada bagian HRD," jawab Arvin singkat sambil menyerahkan surat pengunduran diri Alena di meja Cakra. Cakra segera mengambilnya, dia membuka kertas tersebut dan membacanya. Dengan amarah memuncak Cakra meremas surat tersebut dan membuangnya. "Apa dia sudah habis kontrak? Maksudku, apa dia masih terikat kontrak dengan kita?" tanya Cakra dengan tatapan bak belati. "Menurut informasi, dia masih masa percobaan selama tiga bulan. Jika dia keluar sebelum tiga bulan dia tidak mendapatkan apapun," jawab Arvin. Cakra semakin gusar, dia tidak mengerti kenapa wanita OB itu pergi dari kantor. Cakra menekukkan tangannya dan memijit keningnya. Tidak mengerti kenapa bisa dia pergi, padahal dia tidak memecatnya. Tapi, lama~lama Cakra mengingat sebelum pergi dia ke Itali
"Baik, bos," ucap anak buah Cakra mengiyakan apa yang dikatakan oleh bosnya. Anak buah Cakra yang mengikuti Alena dan saat ini berdiri di belakang Alena, anak buah Cakra segera maju ke depan. Alena melihat pria bertubuh kekar maju sedikit ketakutan dan mencoba bergeser ke samping. "Mas, sini!" Anak buah Cakra segera memanggil pelayan tadi dan membisikkan sesuatu kepada pelayan tersebut. Mendengar apa yang dibisikkin oleh anak buah Cakra, pelayan tersebut terkejut tapi seketika berubah dengan menganggukkan kepala. Anak buah Cakra menepuk pundaknya dan mundur ke belakang. "Maaf ya, saya mendahului, Nona," jawab anak buah Cakra kepada Alena sambil menundukkan kepala. "Tidak apa, Mas," jawabnya dengan lembut. Pelayan tersebut segera menyiapkan apa yang dikatakan oleh anak buah Cakra. Setelah selesai barulah, pelayan tersebut memberikan kepada Alena. "Mbak, ini pesanannya. Kebetulan sekali, kami ada giveaway dan Mbak mendapatkan giveaway itu. Dan giveaway, saya kasih rendang dan b
Cakra yang memangku Alena melakukan pertolongan pertama dengan menepuk-nepuk pipinya untuk membangunkan Alena yang saat ini pingsan di pangkuannya. "Bangun, cepat bangun. Kenapa kamu pingsan, bagaimana ini," ujar Cakra yang tidak tahu harus berbuat apa. Cakra tidak punya pilihan lain, akhirnya dia menggendong Alena untuk membawanya ke rumah sakit. Dia takut jika terjadi apa-apa dengan Alena. Anak buah Cakra yang saat ini berada di luar ikut terkejut melihat bosnya menggendong wanita yang mereka ikuti. "Bos, kenapa dengan dia?" tanya anak buah Cakra bernama Bule. "Jaga di sini, saya mau bawa dia ke rumah sakit," jawab Cakra singkat. Bule dan Bejo mendengar jawaban dari Cakra hanya menganggukkan kepala, dia membiarkan bosnya pergi membawa wanita tersebut. Cakra melangkahkan kaki menuju mobilnya sesampainya di mobil, Cakra sedikit kesulitan untuk membuka pintu mobil. "Sial, bagaimana aku bisa membuka pintu ini, akhh!" Cakra kesal karena dia tidak tahu bagaimana cara mengambil kunci
Cakra semalaman menjaga Alena dia tidak membiarkan Alena sendirian di rumah sakit. Cakra meletakkan kepalanya di samping tangan Alena sambil memegang tangannya. Alena terbangun dari tidurnya, matanya perlahan terbuka. Dia mengerjapkan matanya dan melihat sekeliling ruangan. Bau obat dan bercat putih itu yang dia lihat saat ini. "Dimana aku, apa aku? Kepalaku sakit sekali," ucapnya sambil mencoba memejamkan matanya kembali mencoba menenangkan dirinya. Saat tangannya ingin digerakkan, Alena merasakan ada sesuatu di sampingnya. Dia melihat ada pria yang tidur sambil memegang tangannya. Alena menariknya perlahan, tapi tarikkannya membuat pria tersebut terbangun dan langsung menatapnya. Alena terkejut dengan apa yang dia lihat, pria yang ada di depannya adalah Cakra, CEO sekaligus ayah dari anak-anaknya. Alena menundukkan kepala ke bawah sambil memilin tangannya. Alena takut untuk bertemu Cakra apa lagi dia tidak mau jika Cakra mengetahuinya hamil. Alena tidak mau dihina lagi seperti w
Cakra terdiam saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alena. Cakra memandang lekat Alena dan tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya. Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Alena yang gugup segera mengalihkan pandangannya dari Cakra, dia menundukkan kepala sambil memilin jarinya. "Aku sudah katakan. Jika ada yang berbicara denganmu pandang lawan bicaramu bukan malah menunduk," ucap Cakra dengan suara datar yang meminta kepada Alena untuk memandang dirinya. Alena pun mengangkat kepalanya, dia memberanikan diri untuk memandang Cakra. Cakra menghela nafas, dia sudah membuat wanita yang di depannya ini ketakutan. Padahal di awal wanita ini sangat berani untuk memandangnya dan menjawab apa yang dia katakan tapi saat ini Alena malah diam 1000 bahasa. "Kamu ingin bertemu dengan ibumu, kalau begitu keluar dari rumah sakit kita akan ke rumahmu, aku akan mengatakan kepada ibumu jika aku akan melamarmu kalau perlu langsung menikah tidak perlu menunggu lama bagaimana kamu senang?" ta
"Kamu temui Daddy sekarang juga, tidak boleh menolak setengah jam dari sekarang kamu sudah ada di rumah," ucap Tuan Rosario Sastrawinata kepada Cakra. "Ta...." Cakra menghentikan ucapannya karena panggilan karena Tuan Rosario berakhir. Cakra hanya bisa diam dia tidak tahu harus apa saat ini. Tuan Rosario kalau sudah memerintah tidak lihat situasi. Tuan Rosario selalu meminta kepadanya cepat dan tidak boleh membantah sama sekali. Cakra melihat Alena yang masih tidur. Cakra mengirimkan pesan kepada dua anak buahnya yang dia perintahkan untuk mengikuti Alena untuk datang ke rumah sakit dan menjaganya. Cakra menunggu anak buahnya datang. Dia tidak memperdulikan jika dia terlambat datang untuk bertemu Tuan Rosario Daddynya. Anak buah Cakra Bejo dan Bule yang mendapat pesan untuk ke rumah sakit segera pergi. Rumah Alena sudah ditutup oleh keduanya. Mereka pun pergi menemui Cakra di rumah sakit. "Jo, kita ke rumah sakit untuk mengawasi wanita bos Cakra ya?" tanya Bule yang duduk di bonc
Tuan Rosario mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra membolakan matanya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anaknya itu. "Aku tidak pernah berbohong, itu kesalahan semalam. Aku tidak bisa menahannya. Aku melepaskan masa lajangku bersama dia, lagipula tidak ada salahnya, dia juga masih perawan jadi pas," jawab Cakra sekenaknya hingga membuat Tuan Rosario kesal kepadanya dan melemparkan buku ke arah Cakra. Bughhh! Cakra yang tidak bisa mengelak dengan lemparan dari Tuan Rosario harus pasrah. Kepalanya mengenai kening dan membuat keningnya sedikit tergores dan mengeluarkan darah. Cakra mengusap keningnya dan melihat di ujung jarinya ada sedikit darah. Hal yang wajar jika daddynya seperti itu. Tuan Rosario menahan amarahnya, nafasnya naik turun melihat anaknya yang menurutnya sangat kurang ajar. Dulu waktu mendiang istrinya masih hidup dia sangat menghargai dan menyayangi istrinya itu tapi anaknya ini malah berbanding terbalik dengan dirinya. "Anak nakal, anak tidak tah
Kedua orang tua wanita tersebut memandang ke arah anaknya yang sudah rapi dan berdiri depan mereka dengan senyum mengembang dan mengatakan jika dirinya sudah siap bertemu dengan pria yang akan menikahi dirinya. "Kamu ngomong apa? Coba katakan kepada kami berdua?" tanya pria paruh baya bernama Mansyur. "Daddy, kenapa mengatakan itu. Kamu ngomong apa. Ya ngomong kalau aku itu mau ke rumah pria yang menjadi calonku nanti. Apa Daddy lupa, aku kembali ke Indonesia karena apa? Karena perjodohan dengan Cakra. Apa Daddy lupa dengan apa yang Daddy katakan ke aku, atau Daddy sengaja tidak mau menikahi aku dengan dia, anak teman Daddy itu?" tanya wanita seksi yang bernama Della. Iya tapi, kamu tidak boleh seperti itu dandannya. Yang sopan dan kalau kamu seperti ini, kamu akan buat dia malu dan dia akan batalkan perjodohan ini, ganti pakaian kamu. Dan akan temui dia kalau kita sudah dihubungi oleh Tuan Rosario," ucap Tuan Mansyur kepada anaknya. Della yang mendengar perkataan dari Tuan Mansy