Share

Tiga Ranjang Suamiku
Tiga Ranjang Suamiku
Author: Celebes

Tugas Mendadak

Author: Celebes
last update Last Updated: 2023-01-18 16:54:32

“Tidak mungkin! Dia lelaki sempurna. Selama ini, pernikahan kami berjalan tanpa ada masalah. Suamiku ... tidak mungkin melakukan itu!”

“Sadarlah Maya. Terimalah keadaanmu saat ini!”

Pikiranku berbelit tidak karuan. Selama ini aku selalu percaya dengan lelaki yang memberikanku kehidupan layaknya seorang ratu dalam negeri dongeng. Tapi, kini aku menghadapi kenyataan pahit.

“Aku ... tidak percaya. Dia adalah ... argh!”

Dengan lemas aku duduk, menundukkan kepala. Berusaha mengingat jelas dua bulan kejadian sebelum aku menemukan tiga ranjang itu. Aku harus mengingatnya!

Saat itu, aku mendapati dirinya menghubungi seseorang.

“Mas, Farus!”

“Maya!”

Sampai di rumah, aku mendapati suamiku menghubungi seseorang di teras depan rumah. Dia sangat terkejut ketika aku menepuk pundaknya. Dia bergegas masuk ke dalam. Aku segera mengikutinya, menuju dapur untuk mengambil minuman. Pekerjaanku sebagai pengacara sangat melelahkan.

“Tadi siapa, Mas? Kok, mendadak ditutup?” tanyaku sangat penasaran.

“Selama satu minggu, aku harus bekerja di luar kota.”

“Apa? Kenapa mendadak sekali?”

Dengan pelan Mas Farus mendekat ke arahku, refleks aku mundur pelan. Langkah mundurku terhenti saat aku berada di ujung tembok. Mas Farus terus melangkah sangat pelan, hingga wajahku dan wajahnya hanya berjarak satu senti saja. Aku dapat merasakan embusan napasnya, bahkan harum tubuhnya menusuk hidungku. Sangat kentara.

Kesempatan itu tidak dilewatkan sedikit pun olehnya. Mas Farus perlahan mengecup bibirku dengan lembut. Hanya beberapa detik saja kemudian melepasku.

“Jaga dirimu. Aku harus menemani para dokter magang. Jangan khawatir. Febri akan ikut denganku,” ucapnya lembut tepat di telingaku kemudian bergegas masuk ke dalam kamar kami.

Entah apa yang ada di dalam pikiranku, saat suamiku yang sangat sempurna itu mencium bibir ini. Walaupun itu sangat cepat, aku selalu terhipnotis pesonanya. Tapi, ini sangat aneh. Tidak biasanya dia akan melakukan tugas selama itu. Selama dua belas tahun pernikahan, baru kali ini Mas Farus akan meninggalkanku selama ini.

“Dokter magangnya ... ada gadisnya tidak?” ucapku bercanda. Aku menyusulnya di dalam kamar. Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku menolak tubuh kekar itu di hadapanku? Kedua mata ini dipenuhi pandangan ketampanannya. Farus Abraham adalah dokter spesialis kandungan tertampan yang pernah aku lihat.

“Ngapain sih, lihatin gitu?” ucapnya pelan sambil terkekeh.

“Aku gak nyangka ternyata suamiku sangat tampan. Hmm, pasti para dokter magang itu akan terpesona sama kamu, Mas.”

“Ah, kamu berburuk sangka saja ama aku, Maya. Dengerin aku ya, kamu boleh merasa curiga sama aku. Tapi, Mas akan menjaga hubungan pernikahan kita dengan sangat baik. Lagi pula, aku kan sama Febri. Mana mungkin mau macam-macam.”

Febri adalah adik kandung suamiku. Dia dokter spesialis penyakit dalam. Mereka berdua sangat pintar, dan bersekolah karena mendapat beasiswa. Hatiku masih cemas. Melepaskan suamiku seperti itu. Tapi, aku harus menerimanya. Ini pekerjaan penting untuknya.

“Kamu itu mikir apa sih?” Mas Farus mendadak memelukku. Rasanya sangat hangat. Aku memang tidak boleh berpikiran buruk.

“Mas mau pakai baju. Sudah, jangan mikir macam-macam,” ucapnya sekali lagi meyakinkan aku. Dengan tersenyum aku memandangnya. Hingga lamunanku teralihkan pada getaran ponselnya.

“Mas, ada yang telefon,” teriakku pelan.

Terburu-buru aku mengambil ponsel itu di saku jaket kesayangan Mas Farus. Aku segera melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini. Tidak ada nama, dan hanya nomor tidak dikenal. Entah kenapa, aku merasa tidak asing dengan dua nomor di belakang. Seperti nomor milik ...

“Maya!”

“Ah, Mas. Kamu ini mengejutkan aku saja.”

Mas Farus merebut ponsel itu dari genggamanku. Dia sejenak memandang ponsel itu, kemudian menutupnya.

“Abaikan saja,” ucapnya kemudian meletakkan ponsel itu kembali di saku jaketnya. Mendadak, dia menarikku ke ranjang. Memandangku dengan tersenyum tampan.

“Sebelum pergi, aku mau jatah,” bisiknya. Kemudian dia menjamah seluruh tubuhku. Malam terjadi sangat panas. Kami berdua akhirnya terlelap setelah melampiaskan hasrat masing-masing.

**

Pagi datang dengan cepat. Seperti biasanya, aku menyiapkan sarapan. Kedua anak kembar kami bernama Ema dan Ana, selalu saja bersemangat tiap hari. Mereka duduk di bangku SMP.

"Kalian jaga Bunda, ya. Ayah akan pergi satu minggu,” ucap Mas Farus. Dia berdiri, mengecup kening kedua anakku yang hanya terdiam menatapnya.

“Ke mana, Yah?” tanya Ema kembar pertama. “Tidak biasanya Ayah pergi selama itu,” lanjutnya sambil melirikku.

“Sudahlah, itu adalah pekerjaan penting Ayah kalian. Lagi pula, Ayah pergi dengan Paman Febri. Ayo, segera habiskan sarapan kalian. Nanti kalian terlambat,” balasku sambil tersenyum.

"Ucapan ibumu benar. Kalian, belajar yang rajin. Baiklah, Ayah pergi dulu," balas Mas Farus, kemudian memeluk anaknya satu persatu.

Kami melepas kepergian Mas Farus dengan cemas. Ah, apa yang aku pikirkan. Selama ini pernikahan kami baik-baik saja. Bahkan, nyaris sempurna. Tidak perlu mencemaskan apa pun.

“Bunda, kami pergi.” Ana memelukku, bergantian dengan Ema. Mereka menuju mobil penjemput. Dengan memaksa senyuman, mereka melambai kepadaku. Aku paham. Mereka pasti juga merasakan hal yang sama denganku.

“Maya!”

Seseorang memanggilku dari luar pagar rumah, keluar dari taxi. Dia berlari menghampiriku. Tentu saja dia Melisa. Sahabatku yang baru saja datang dari Singapura. Aku sangat merindukannya. Dia selalu bersamaku sejak sekolah.

“Ah, kau datang?” ucapku terkejut.

“Kau bercanda, kan?” balasnya sambil menggelengkan kepala. “Seperti melihat hantu saja. Hei, aku ini memang datang,” lanjutnya sambil bersedekap.

“Hahaha. Apa wajahku terlihat bercanda? Tentu saja aku terkejut. Sudah lama sekali kau tidak mengunjungiku. Ayo, masuk.”

Kami masih saling melempar senyuman. Melisa tidak hentinya menatap semua sudut rumahku. Padahal, dia sangat kaya. Keluarganya pengusaha sukses.

“Rumahmu lebih bagus. Ngapain lihat gitu?” ucapku sambil menyodorkan secangkir teh hangat yang sudah disiapkan di atas meja oleh Mbok Sri. Pelayan yang sudah bekerja di rumahku sejak kembar lahir.

“Kamu beruntung. Suamimu tampan, rumahmu bagus, punya anak kembar. Apalagi ... kau sangat hebat. Pengacara sukses dan berprestasi.”

“Untuk apa memuji aku. Kau sendiri, kapan menikah?” balasku sambil menepuk pundak kanannya.

“Aku sudah meni--”

PRANG!

Suara nyaring datang di ruang kerja Mas Farus. Aku segera ke sana. Apa yang terjadi? Semoga saja tidak ada hal serius.

“Mbok, kenapa?” tanyaku sambil melotot. Mbok ternyata memecahkan vas bunga. Hah, untung saja dia tidak terluka. Aku segera membantunya. Tapi, apa itu? Selembar foto seorang wanita muda di bawah meja. Dengan cepat aku mengambilnya. Aku tidak percaya. Kenapa gambar wanita muda dengan busana seksi bisa ada di selipan buku Mas Farus?

“Tidak seharusnya seorang dokter berpakaian terbuka seperti itu. Ih, menyebalkan,” sela Melisa. Dia merebut foto itu dan menatapnya sambil menggeleng.

“Itu mungkin pegawai magang. Lihatlah. Di atas ada nama dan keterangannya,” balasku. Sebenarnya hatiku benar-benar tidak karuan. Sumpah! Aku sangat terkejut. Tapi, tidak mungkin aku membuka aib suamiku. Siapa tahu, ini hanya kebetulan saja.

“Melisa, kau tadi mau mengatakan apa? Hmm, aku mendengar kau akan mengatakan sesuatu.” Aku merebut foto itu dan memasukkannya ke kantong kemejaku. Aku berusaha mengalihkan perhatian Melisa.

“Ah, yang tadi?” ucapnya sedikit tertawa.

“Iya, aku sebenarnya sudah meni--”

Suara ponselku membuat Melisa tidak menyelesaikan perkataannya lagi. Aku tersenyum, dan segera mengangkatnya. Hatiku benar-benar lega. Febri menghubungiku. Pasti dia akan mengatakan keadaan Mas Farus. Aku harus segera mengangkatnya.

“Febri, bagaimana kabar Mas Farus? Apa kalian sudah sampai?” tanyaku dengan bersemangat.

“Mbak, aku mau memberikan titipan Ibu. Minuman kesehatan yang biasa Ibu racik sendiri. Mbak ada di rumah, kan?”

Aku semakin bingung. Bukankah seharusnya Febri bersama Mas Farus? Tapi, kenapa dia malah akan ke rumah?

“Loh, kamu tidak sama Mas Farus?” tanyaku memastikan.

“Hari ini aku ambil cuti, Mbak. Aku segera antar ke rumah ya, Mbak?”

“Febri, tunggu!” Aku mencegah Febri menutup ponsel. Aku semakin tidak mengerti. Ada apa ini?

“Feb, kamu tidak menemani dokter magang bersama Mas Farus?” tanyaku sekali lagi. Hatiku benar-benar sangat berdebar.

“Apa? Tidak ada tugas seperti itu, Mbak. Sudah ya, Mbak. Aku pergi dulu.”

Deg!

'Jadi ... sebenarnya ke mana Mas Farus? Apakah dia berbohong?'

Celebes

Halo, ini novel terbaruku. Ikuti terus kisah perjuangan seorang wanita dalam pernikahannya dalam, "3 Ranjang Suamiku" Jangan lupa komen, dan vote ya. Love author.

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (22)
goodnovel comment avatar
Heri Susanto
asik ceritanya
goodnovel comment avatar
vitygether
bagus aku suka
goodnovel comment avatar
aulianorma771
ramai amat komen
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tiga Ranjang Suamiku   Akhir Bahagia

    Dengan sangat lantang Febri mengucapkan janji pernikahan itu di depan semua orang. Aku semakin meneteskan air mata ketika penghulu itu mengesahkan pernikahan kami. Sekarang aku sudah resmi menjadi istrinya. "Maya, kau sangat cantik sekali. Maksudku ... istriku," ucapnya dengan pelan sebelum dia mengecup keningku dan memasang cincin itu dijemari manisku.Semua orang bertepuk tangan melihat kebahagiaan kami. Mas Farus dan Maria menatap kami dengan berpelukan. Akhirnya kami memiliki pasangan masing-masing. Mungkin, perceraian itu bukan akhir yang buruk. Tapi, awal dari kehidupan kita untuk memperoleh pasangan yang bisa membahagiakan keluarga yang akan dibangun nantinya.Pesta terjadi dengan sangat meriah. Aku dan Febri selalu saja saling memandang dan berpelukan di depan semua orang tanpa canggung. Ibuku dan ibu mertuaku, serta kembar dan sahabatku Ema yang sekarang sudah bertunangan dengan pasangannya, tak pernah mengalahkan pandangannya sama sekali dariku. Begitu juga dengan orang tu

  • Tiga Ranjang Suamiku   Pernikahan

    Indonesia, Negara yang sangat indah. Kami berempat akhirnya menginjakkan kaki di negara ini. Menuruni pesawat dengan sangat gembira. Tidak ada rasa canggung, dan perasaan dendam.Yang lebih mengejutkan kami semua keluarga sudah menjemput di bandara dan mengetahui kami pasti akan pulang. Keluarga lengkap yang akhirnya dipenuhi tawa."Ibu, Ayah, aku mau menunjukkan sesuatu. Aku akan memperoleh penghargaan dari Pak Walikota. Karena aku sudah memenangkan pertandingan bergengsi dan akan mewakili Indonesia saat berlomba di Singapura nanti." Ema menyodorkan sebuah dokumen. Aku sangat terkejut saat membacanya. Itu adalah sertifikat penghargaan sebagai juara lomba olimpiade sains terbaik di Indonesia. Dan dia bersama Ana akan mewakili Indonesia untuk bertarung melawan negara Asia."Kalian memang benar-benar sangat luar biasa. Ibu dan Ayah sangat bangga kepada kalian. Dan ... ini adalah hadiah terbaik yang Ibu terima." Aku memeluk kembar dengan sangat erat. Febri mendekati mereka kemudian ikut

  • Tiga Ranjang Suamiku   Kembali Bersama

    Aku sangat gugup ketika mengetahui orang tua Melisa menghubungiku. Bahkan aku sangat bergemetar saat akan menerima panggilan itu. Febri menggenggam erat telapak tanganku dan menganggukkan kepala. Dia memberikan semangat agar aku bisa menerima panggilan itu tanpa ada rasa gugup. Perlahan aku menekan tombol hijau yang berarti aku akan berbicara dengannya."Halo, bagaimana kabar kalian? Apa ada hal penting yang harus aku ketahui?" tanyaku dengan pelan. Aku menekan tombol speaker agar Febri juga mendengar apa pun yang akan kami bicarakan.(Aku menghubungimu karena aku ingin membicarakan hal yang sangat penting. Maria, ya ... ini ada hubungannya dengan Maria.)Aku spontan menatap Febri dengan sangat cemas. Aku sebenarnya tidak ingin mengurusi masalah apa pun yang ada hubungannya dengan Maria."Tuan. Apa yang harus aku lakukan? Apakah terjadi sesuatu kepada Maria? Aku sebenarnya tidak mau mengurusi sesuatu yang berhubungan dengannya lagi. Aku tidak mau ada masalah yang membuat aku akan bert

  • Tiga Ranjang Suamiku   Cinta Sejati

    Dia terpaku saat mendengar ucapan ku barusan. Dia ... menekan dadanya. Kemudian berdiri dan berjalan mondar-mandir memutari kamar itu. Aku tidak mengerti apa yang sudah dia lakukan. Aku mengulurkan tangan ke arahnya dan dia segera mendekatiku kembali lalu mencengkeram tanganku itu dengan sangat kuat."Sakit ...," rintihku pelan dan membuat dia segera melepaskannya."Maafkan aku. Aku ... aku benar-benar tidak percaya mendengar ucapan kamu barusan. Aku ... sudah menunggumu selama 1 tahun ini." Dia berkata dengan sangat gugup seperti itu. Dia kembali berjalan mondar-mandir memutari kamar ini kemudian memegang kepalanya dan masih saja terlihat sangat panik."Kamu ini kenapa? Sangat lucu sekali. Apa aku melakukan kesalahan sampai kau seperti itu?" tanyaku dengan tatapan yang sangat serius. Sekali lagi dia mendekatiku dan menarik kursi lalu duduk tepat di sebelah ranjangku."Maafkan aku. Ah, aku tidak percaya. Masih saja tidak percaya mendengar ucapanmu barusan. Apakah kau mau mengulanginya

  • Tiga Ranjang Suamiku   Sangat Bahagia

    Aku merasakan melayang. Aku hanya melihat kabut putih di hadapanku. Namun, ada sosok yang tersenyum ke arahku dan melambaikan tangan. Aku segera mendekati sosok itu. Tidak Aku percaya dia adalah ayahku yang sudah meninggal karena sakit."Ayah ..."Aku memeluknya dengan sangat erat dan menangis. Aku selama ini selalu merindukan sosoknya. Tapi dia meninggalkanku sejak aku kecil. Aku bersama dengan ibuku saja."Kau ... sangat luar biasa. Ayah akan selalu berada di sebelahmu. Kau harus hidup dengan kebahagiaan. Ibumu sangat menyayangimu, dan Ayah juga seperti itu."Dia memandangku dengan sangat tampan. Mengenakan jas putih seperti seorang pengantin. Aku saja menangis dan terus memeluknya. Aku sangat merindukan dirinya."Ayah, aku ingin bersamamu. Aku tidak sanggup hidup sendiri. Ayah, jangan tinggalkan aku.""Kau masih memiliki banyak waktu di dunia. Bangunlah dan sadarlah. Ayah akan selalu berada di sebelahmu.""Ayah!"Aku semakin berteriak ketika dia tiba-tiba menghilang bersama dengan

  • Tiga Ranjang Suamiku   Ingin Bertemu

    Aku semakin tidak mengerti. Ada apa ini? Semua keluargaku berlari menghampiriku. Anehnya, Ema membawa satu koper dan itu adalah milikku."Ibu, untung saja kami menemukanmu. Ah, napasku sangat sesak sekali terus berlari menyusulmu. Untung tadi kami melihat mobilmu dan meminta seseorang untuk membawanya ke sini. Kenapa Ibu naik go-jek?" tanya Ema dengan napas sesak dan berusaha mengaturnya."Aduh Maya, kau ini larinya kaya vampir. Kencang banget. Aku bawa kopermu yang sangat berat ini. Aduh, tanganku rasanya mau patah." Ema memberikan koper itu kepadaku. Aku masih saja tidak mengerti dengan semua ini."Kenapa kalian? Dan ... untuk apa koper ini?" tanyaku sambil melotot ke semua orang yang malah tersenyum menatapku."Mas, ada apa ini? Kau tidak apa-apa? Kau sangat berkeringat." Aku masih kebingungan menatap semua orang yang masih saja tidak menjawab perkataanku. "Ayolah, ada apa ini?" lanjutku sambil bersedekap dan menatap mereka dengan sangat serius."Maya, kami semua ingin kau pergi me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status