On the third day after my death, Eliza Sutton received the call to claim my body. She was resting in another man's arms. She said nonchalantly, "He's dead, huh? Just cremate it and call me afterward." My body was fed to the flames and reduced to ashes. When the staff were done, they contacted Eliza again. Irritation flashed in her eyes as she snapped, "I heard you. I'm on my way."
View MoreKota Biluo, rumah keluarga Gu.
Dia membuka dan mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.Namun saat mata itu sudah terbuka sepenuhnya, dia justru sangat terkejut. Terkejut karena dia sama sekali tak mengenali tempat di mana dia berada saat ini.Sekuat apapun dia mencoba mengingat apa yang terjadi, yang dia ingat hanyalah sebuah kecelakaan maut yang menimpanya. Tapi kenapa kini dia justru berada di tempat ini, tempat yang sangat asing baginya.Di kala dia sedang bingung dengan apa yang terjadi, tiba-tiba saja serangkaian ingatan masuk ke dalam otaknya.Bagh!Bugh!Bruk!Dalam gambaran ingatan itu, terlihat seorang pemuda yang terpelanting dengan keras karena sebuah tendangan di perutnya.Wajah tampannya di penuhi dengan luka dan lebam. Darah mengalir dari setiap luka di tubuhnya, mewarnai salju yang putih menjadi warna merah darah dengan bau anyir yang kentara."Aku akan segera membebaskanmu dari rasa sakit ini, Gu Lang." Pemuda itu menatap Gu Lang yang sudah terkapar tak berdaya dengan tatapan menghina.Dia mencengkram erat kepala Gu Lang dan membenturkannya ke tanah dengan keras, "Matilah kau sampah!" serunya.Boom!!Pukulannya meninggalkan bekas cekungan besar di tanah, dengan tubuh Gu Lang yang sudah tidak bernyawa di atasnya.Pria itu tertawa dengan tangan membentang seperti orang gila, berteriak bahwa dirinyalah yang akan menjadi kepala keluarga Gu di masa depan dan juga menikahi tunangan Gu Lang."Kau tidak bisa menyalahkanku atas kematianmu, Gu Lang. Di dunia ini, yang kuat akan memakan yang lemah! Jadi salahkan saja dirimu sendiri yang terlalu lemah."Setelah ingatan singkat itu, beberapa ingatan lain yang berhubungan dengan dunia ini mulai masuk ke dalam kepalanya.Di dunia ini, kultivasi menentukan segalanya. Bahkan kultivasi juga menentukan takdir dan hidup mati seseorang.Seorang kultivator yang kuat akan di hormati dan disegani. Tapi untuk orang yang lemah, mereka hanya bisa menjadi mangsa bagi yang kuat. Hukum rimba masih benar-benar berlaku di dunia ini.Jika kultivator yang lemah bisa menghancurkan batu besar, maka kultivator yang kuat mampu membelah gunung dan sungai.Ada juga kultivator dewa, yang mampu mengetahui segalanya dan berdiri di puncak menara kultivasi.Dalam dunia kultivasi terdapat 4 macam akar spiritual :Yang pertama adalah akar spiritual alam, seperti : Api, Air, Es, Udara, Petir, dll.Yang kedua adalah akar spiritual hewan, contohnya : Harimau api, Gorila besi, Ular sisik emas, Naga air, dll.Yang ketiga adalah akar spiritual senjata, seperti : Pedang, Golok, Tombak, Panah, dll.Dan yang terakhir adalah akar spiritual spesial yang juga adalah akar spiritual yang langka dan sangat kuat.Namanya Hao Feng. Sebelumnya ini dia hanyalah seorang pelajar biasa, di SMA Harvey. Dia tewas tertabrak mobil, saat berusaha menyelamatkan seorang anak kecil.Mungkin karena karma baik itulah, dia tidak mati melainkan bereinkarnasi dan masuk ke tubuh seorang tuan muda dari keluarga Gu, yang bernama Gu Lang.Tuan muda pemilik tubuh ini sebelumnya, selalu mengalami penindasan dan penghinaan. Karena dia hanya di anggap sebagai sampah dan aib di keluarganya.Bahkan saudaranya sendirilah yang sudah menindas dia sampai mati, dan di saat itulah jiwa Hao Feng masuk ke tubuh Gu Lang.Akhirnya Hao Feng pun memahami segalanya. Dirinya kini sudah bukan lagi Hao Feng, melainkan Gu Lang. Dia melintasi ruang dan waktu, mendapatkan kesempatan hidup untuk yang kedua kalinya.Dunia kultivator? Benar-benar hebat. Itulah yang Hao Feng pikirkan saat dia mulai memahami dunia itu, dari ingatan Gu lang yang asli.Gu Lang pun berusaha untuk duduk. Dia membuka telapak tangannya, dan mendapati akar spiritual pedang usang yang bahkan sudah patah dan cacat."Pantas saja Gu Lang selalu ditindas. Tubuh ini benar-benar lemah. Tapi karena aku sudah menjadi dirimu, maka aku tidak akan membiarkan kejadian itu terulang lagi!" Gu Lang mengepalkan erat tangannya.Yang kuat memakan yang lemah. Yang kuat di hormati dan yang lemah akan di injak-injak. Maka dia harus menjadi yang terkuat, agar tidak ada lagi yang berani menindasnya.kultivasi membutuhkan bakat. Tapi tekad dan keteguhan hati yang kuat, juga sangat berpengaruh dalam proses kultivasi."Aku berbeda denganmu, aku sudah pernah melewati gerbang kematian, dan juga kerasnya kehidupan yang membuatku menjadi lebih kuat! Aku akan menjadi yang paling kuat dan tak tertandingi!"Setelah Gu Lang menyerukan tekadnya, sesuatu tiba-tiba saja muncul dari dalam tubuhnya. Sebuah giok usang berbentuk naga kini melayang di hadapannya dan membuatnya terkejut."Benda itu bukannya—" Gu Lang ingat betul jika giok usang dihadapannya itu adalah benda yang dia dapat di kehidupan lalu.Tepatnya beberapa hari sebelum kecelakaan yang merenggut nyawanya itu terjadi. Dia mendapatkannya dari seorang pengemis tua misterius, yang dia beri sepotong roti.Giok itu mengeluarkan asap berwarna hitam pekat yang tiba-tiba saja menyelimuti tubuh Gu Lang.Asap itu membentuk sesosok bayangan iblis hitam dengan aura yang begitu menekan dan menakutkan. Itu adalah akar spiritual keduanya! Akar spiritual spesial yang langka dan kuat!Apakah ini hanya kebetulan? Atau ada alasan lain dibalik semua ini?Gu Lang tertawa senang, merasa langit begitu baik padanya. Tak hanya memberinya kehidupan kedua, namun juga memberinya sesuatu yang berharga."Mulai sekarang aku akan memanggilmu, Black Shadow!"Gu Lang memakai bajunya dan beranjak keluar dari ruangan itu. Saat dia membuka pintu, dia melihat halaman yang sangat luas dengan beberapa buah boneka pelatihan yang ada di sana.Boneka itu memiliki sepuluh garis tingkatan, yang akan menunjukkan berapa level yang dicapai oleh seorang kultivator.Gu Lang memusatkan tenaga dan kekuatan akar spiritual pada tinjunya, lalu dia meninju boneka kayu yang di rancang khusus untuk pelatihan itu."Pukulan 9 matahari!"Sinar kuning pun muncul pada boneka kayu itu, perlahan namun pasti sinar itu naik dan terus naik hingga berhenti pada sinar yang ketujuh.Gu Lang tampak sangat senang melihatnya, Sekarang kekuatannya sudah meningkat, dia sudah mencapai tingkat prajurit level 7.Di dunia ini, kultivasi di bagi menjadi 4 tingkatan yang bisa di ukur dengan menggunakan boneka kayu khusus untuk pelatihan, yaitu :Tingkat Prajurit (Sinar warna Kuning)Tingkat Jenderal (Sinar warna Biru)Tingkat Raja (Sinar warna Merah)Tingkat Kaisar (Sinar warna hitam)Dan setiap Tingkatan di bagi menjadi 10 level.Saat Gu Lang tengah merasa senang dengan peningkatan kekuatannya yang sangat pesat itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggilnya dari arah belakang."Xiao Lang," panggil seseorang dari arah belakang.Gu Lang pun menolehkan kepalanya, dan dia mendapati sosok yang sangat familiar dalam ingatan pemilik tubuh asli. Dialah sang ayah, sekaligus kepala keluarga Gu saat ini."Ayah?"Dia menatap Gu Lang dengan heran karena putranya itu terlihat sangat sehat, padahal saat dia dibawa pulang keadaannya sangat menyedihkan."Syukurlah kau sudah sembuh. Ayah kira kali ini, ayah akan Kehilanganmu," ucapnya dengan wajah sendu, "Serangan itu begitu brutal. Katakan pada ayah, siapa pelakunya!" tanyanya dengan tangan terkepal erat."Gu Feng."As Jude's car sped forward, the scenery outside the window was nothing but fleeting shadows.Jude's jaw was clenched, the corners of her mouth trembling. She was far too tense, her eyes fixed unblinkingly on the road ahead.I wanted to tell her she didn't need to drive so fast—that I wasn't in a hurry.As if hearing my thoughts, Jude eased her foot off the accelerator. She smiled faintly. "We're almost there, Gordon. Are you afraid?"There was something in her eyes I couldn't decipher.I shook my head. No.She smiled again, this time with relief. "Good. Don't be afraid. Gordon… in your next life, don't treat yourself so poorly."I froze for a moment, parted my lips, and mouthed silently: Alright.The car finally stopped by the sea.But Jude did not move.Her hands gripped the steering wheel, trembling. We both knew—once we stepped out, it would be a true farewell.I laid my hand over hers. She couldn't feel it, but I wanted to do it anyway.Jude smiled faintly. "Let's go."
The wedding hall erupted in chaos.I couldn't stop myself from looking toward the stage.A heartbeat later, the doors burst open and several police officers stormed in.Jude suddenly smiled. "Seems someone still has a shred of conscience left. Gordon, the show is about to begin."I watched her press a button.The massive screen that had once displayed wedding portraits now flickered, revealing surveillance footage.One clip showed my car accident.Another showed Caleb fleeing the Sutton family estate.At last, I understood what Jude's so-called grand gift was—she intended to expose Caleb's true face here and now.The wedding dissolved into an uproar of horrified whispers.Panic seized Caleb. He turned desperately to Eliza for protection.But she shoved him away, her gaze colder than frost, as if she were staring at filth."Caleb, did you really think your crimes could remain hidden forever? You killed my mother. You killed Gordon. You deserve to die."Caleb broke down, sho
The wedding I once longed for, Eliza gave in full—only not to me, but to Caleb.The gown, the rings, the invitations.She abandoned everything else—her company, her responsibilities—throwing herself entirely into preparations for her marriage to him.And yet, in that, there was a silver lining. It meant, perhaps, I could finally leave her.When she went on dates with him, I no longer found myself trailing behind.When they took wedding photos together, I stayed in the car, keeping a distance of miles between us.I tried not to follow her. I tried to pull away.To my surprise, I succeeded.I couldn't wait to run. I fled, far and fast, like a wandering ghost adrift on empty streets."Gordon."The sound of my name stopped me in my tracks. I turned lightly, almost weightlessly.In the dead of the night, under the streetlamp, Jude stood, holding a pack of beer. Her eyes welled up the instant she saw me."Gordon, it really is you."I had nearly forgotten. Jude could see me.She
Just when I was ready to tell Eliza the truth, it struck me—she had already blocked me.She said I was too malicious, that she wanted nothing more to do with me.So I had no choice but to seek her out in person. Yet on my way to find her, I was caught in a car accident and died instantly.Looking back now, I realize it was all nothing but self-delusion.In her eyes, Caleb was pure and untarnished. How could she ever believe he was the one who killed her mother?The shrill ring of a phone snapped me from my thoughts.Eliza, who had been sitting cold and impassive, glanced at the caller ID. A flicker of emotion crossed her face."Eliza, shall we go visit Mom's grave together tomorrow?""Okay. I'll come pick you up.""Alright."Then, after a pause, Caleb said, "And what about Gordon? Is he coming?"Eliza's expression darkened at once. "He's dead."The call ended. Without warning, she turned her car around.I followed her all the way to the crematorium.Even as a ghost, the p
Eliza froze in place, stunned. Jude seized the moment, yanking Eliza's head back by the hair."Ugh—"Rising from the floor, Jude towered over her, eyes cold with contempt."Now take your people and get out of my house."But Eliza shot to her feet instead, shoving Jude aside and charging straight into the study.The desk there was littered with photographs of me. In every single one, my face was drenched in blood, some so mutilated that my features were barely recognizable.I turned away after only a glance. I knew how terrible I had looked in death: one eye dislodged from its socket, a deep depression caved into the left side of my skull. Even the coroner had struggled to confirm my identity.Yet Jude had laid out those gruesome images openly across her desk, as though unafraid of the nightmares they must summon.Now those photographs lay in Eliza's hands. She studied them with an obsessive intensity, refusing to overlook even the smallest detail. Her grip bent one corner of a
Half a month passed before Eliza finally returned to our home.She shoved the door open with violent force, the sharp click of her heels echoing through the hall."Gordon, get out here!"One door after another she flung open, but still, she couldn't find a trace of me.Her already dark expression grew even stormier. While ordering her subordinates to track me down, she muttered under her breath, "Gordon, if you want to run, you'd better run far. Because when I catch you, I'll break your legs myself."But the man whose legs she threatened to break stood right before her eyes.Before long, one of her subordinates sent a location.Her expression twisted into something terrible. Puzzled, I glanced at the screen, only to see it was Jude Lawson's home."Ms. Sutton," a subordinate reported, "Mr. Ford's last call was to Jude Lawson. She claims she never saw him, but we suspect she kidnapped him."Eliza gave a cold laugh. "Kidnapped? Hah. More likely he went willingly. I'll be right th
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments