Share

Lima

Penulis: Lia
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-27 00:08:00

Leewan bergegas keluar dari rumah. Shenling yang berada di dalam masih membeku ketakutan. Tadi Leewan sempat memaksa dan mengancam untuk menunjukkan pintu keluar.

    'Aku telah menolong orang yang salah. Dia hampir saja membuatku celaka," gumam Shenling dalam hati.

    Di luar, justru Leewan yang tertegun bengong. Jalanan dipenuhi benda-benda yang tidak pernah dilihat. Ada besi bergerak dengan orang di dalamnya. Lalu orang-orang juga berpakaian aneh. Pakaian yang sejenis dengan yang dipakai Shenling. Beberapa orang tampak mengamati benda di tangan mereka. Semua itu membuat Leewan menyadari ia berada di dunia asing yang aneh. 

    "Kau masih di sini?" tegur Shenling membuat pemuda itu terperanjat. Ia langsung melompat mundur.

    "Kau ... kau memang penyihir," ujarnya sambil menuding gadis itu.

    "'Kan sudah kubilang. Aku ini penyihir yang sangat hebat. Begitu pula orang-orang di sini. Jadi kau tidak boleh macam-macam. Kau juga tidak boleh mengancamku seperti tadi. Kalau tidak,"

Shenling menjentikkan jari.

"Sangat mudah bagiku untuk melenyapkanmu."

     'Ini sangat berbahaya. Sebaiknya aku berpura-pura menurut dulu, baru setelah itu mencari cara untuk mengalahkan dia,' gumam Leewan dalam hati.

    "Baiklah, aku akan menurut," cetus pemuda itu akhirnya.

    "Bagus," ujar Shenling sambil tersenyum.

'Aku aman selama otaknya masih terganggu. Sekarang yang terpenting membujuk dia pulang ke rumahnya agar segera membayarku.'

***

    Shenling mengeluarkan beberapa lembar pakaian dari lemari dan memilah-milah. Tidak lama dia memberikan setelan baju dan celana panjang kepada Leewan. 

    "Ini," ujarnya.

"Sebaiknya kau ganti pakaianmu dengan ini. Ini adalah milik ayahku. Seharusnya kau merasa terhormat memakainya."

    Leewan hanya tertegun dan mengamati pakaian tersebut dengan cermat.

    "Aku tidak mau melakukannya. Aku tidak mau memakai pakaian penyihir."

    Shenling mendekat serta menatap tajam pemuda itu. 

    "Kau harus melakukannya. Aku tidak suka melihatmu berkeliaran di rumahku dengan pakaian kotor dan penuh darah. Jika kau menolak, aku pastikan akan membuatmu membeku seperti makanan yang ada di lemari itu," ujarnya sambil menunjuk ke arah kulkas.

    "Baiklah, aku akan menurut."

    Leewan membolak-balik pakaian tersebut.

"Aku tidak mengerti cara memakainya. Bisa kau bantu?" tanyanya sambil menatap gadis itu.

    "Enak saja. Pakai saja sendiri," sahut Shenling sambil buru-buru keluar dari kamar dengan wajah bersemu dadu.

    "Hei, tunggu. Bagaimana caranya memakai ini?" tanya Leewan. Namun pintu telah ditutup oleh Shenling.

    Tidak lama, Leewan menyusul keluar sambil menggeleng. Ia masih tetap mengenakan pakaian lamanya dan menaruh setelan di hadapan Shenling yang sedang menonton televisi.

    "Aku tidak tahu bagaimana cara mengenakan semua ini," ucapnya. Shenling berkerut heran. Kelihatannya pemuda yang berdiri di sampingnya itu benar-benar tidak tahu. 

    'Sebenarnya dia ini berasal dari mana sih? Apa mungkin dia bukan manusia atau jangan-jangan alien seperti di drama?' ucapnya bertanya-tanya.

***

    Masalah tersebut akhirnya teratasi setelah Shenling meminta bantuan dari seorang paman tetangga.

    "Ada apa dengan kekasihmu? Dia pasti sangat dimanjakan dengan banyak pelayan sehingga tidak tahu cara berpakaian," ujar lelaki paruh baya itu setelah selesai.

    "Bukan begitu, Paman. Masalahnya dia habis kerampokan dan karena dipukul, otaknya jadi terganggu. Bisa dibilang dia mengalami hilang ingatan yang sangat parah," sahut Shenling.

    "Apa hilsng ingatan bisa sampai separah itu?"

    "Tentu saja. Paman lihat sendiri, 'kan, dia bahkan lupa cara berpakaian."

    Lelaki itu mengangguk.

"Tetapi bagaimanapun tidak baik kalau kalian tinggal bersama. Pria dan wanita yang belum menikah sebaiknya tidak tinggal serumah," tutur beliau.

    "Aku tahu itu, Paman. Sebenarnya dia itu cuma temanku. Aku membawanya kemari karena penyakit yang diderita sangat parah. Di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Jika ditinggal sendirian, dia pasti akan berkeliaran di jalan dan mengganggu orang," bisik gadis itu saat melihat Leewan keluar dari kamar.

    Sang paman kembali mengangguk.

"Baiklah, asal kau bisa menjaga diri saja. Pulangkan dia secepatnya saat kondisi sudah membaik."

    Shenling hanya mengangguk. Leewan menatap curiga.

"Para penyihir, apa yang sedang kalian bicarakan? Apa kalian berencana ingin mencelakakanku dan kerajaan? Kalian tidak akan bisa melakukannya. Meski sedang lemah, aku pasti bisa melawan kalian dan melindungi kerajaan!" serunya keras.

     Lelaki paruh baya di samping Shenling menggeleng.

"Kasihan, ternyata benar katamu. Penyakitnya benar-benar parah. Ya sudah, aku pulang dulu. Rawat saja dia dengan baik," pamitnya sambil bergegas keluar dari rumah.

    "Hei, Paman, tunggu, jangan melarikan diri!" seru Leewan hendak mengejar, tetapi Shenling segera menghalangi.

    "Kau mau ke mana?" tanyanya.

    "Lelaki itu, dia .... Sudahlah, jangan berpura-pura, kalian 'kan satu komplotan. Kau pasti tahu dia hendak melapor kepada raja kalian. Karena itu, kau menghalangiku." 

    Shenling diam dan berusaha keras menahan tawa.

'Sudahlah, biar saja. Yang penting dia tidak berulah macam-macam,' ujarnya dalam hati.

    

***

    Leewan berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Shenling keluar dari kamar. Setelah pemuda itu sembuh, memang Shenling menyuruhnya tidur di ruang tamu dengan berbagai pesan agar pemuda itu tidak sembarangan menyentuh barang. 

    "Ingat, ya, ini semua adalah benda sihir. Jika tidak berhati-hati justru akan menghancurkanmu. Jadi jangan pernah menyentuh apa pun!" ujar gadis itu tegas. Leewan hanya mengangguk dan menatap Shenling yang masuk ke dalam kamar.

    'Gadis yang menarik. Sayangnya, dia adalah seorang penyihir,' gumamnya dalam hati. Pemuda itu lalu menggeleng sambil menghela napas panjang.

'Apa-apaan aku ini? Ini bukan waktu yang tepat untuk tertarik pada seorang gadis.'

    Meski begitu, hal tersebut membuatnya gelisah. Hingga larut malam, matanya tidak jua bisa terpejam.

    "Ada apa lagi? Kenapa kau belum tidur juga? Ini sudah larut, tapi kau justru membuat bising," tegur Shenling sambil duduk dan memeluk bantalan sofa.

    "Banyak hal yang kupikirkan. Aku ingin segera kembali. Orang-orang yang kusayangi -keluarga dan sahabatku- pasti sedang menungguku dengan cemas. Aku harus kembali pada mereka. Istana pasti sedang menantiku. Jangan cemas, aku tidak akan melaporkanmu dan tetap membayarmu. Jadi bisakah kau melepaskan aku?" tanyanya sambil menoleh pada gadis itu. Akan tetapi, yang dilihatnya justru Shenling tengah tertidur nyenyak sambil memeluk bantal.

    Leewan diam menatap gadis itu, lalu menggeleng.

"Nona Penyihir, sebagai penyihir hebat, kau benar-benar tidak waspada. Bagaimana kalau aku mengambil kesempatan dan melukaimu?" ujarnya. Gadis itu terus saja terlelap. Leewan kembali menatap.

    "Tapi mana bisa aku melukaimu? Saat ini wajahmu tampak sangat manis," gumamnya lagi sambil mengulurkan tangan dan menyentuh pipi gadis itu.

    Tiba-tiba Shenling membuka mata dan menatap Leewan yang tangannya masih menyentuh pipinya.

    "Kau sedang apa?" tanya gadis itu. Leewan langsung menjauhkan tangan. Wajahnya tampak bersemu merah. Ia lalu berdehem sejenak.

    "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin membangunkanmu karena kau tidur di tempatku," ujarnya sambil mengarahkan tatapan ke arah lain. Shenling mengangguk dan bergegas bangkit berdiri diikuti tatapan mata Leewan.

    'Penyihir ini pasti menggunakan mantera untuk memikatku,' gumamnya pelan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Time love chronicles   Empat tiga

    Changlan kembali roboh bersimbah darah. Hujaman sejumlah pedang menusuk tubuhnya. Shenling menjerit histeris memanggil nama pria itu. Mendadak tangan Leewan dan Lanzhou seolah terbakar. Cekalan mereka pada Shenling terlepas dan gadis itu kembali berlari menghampiri Changlan. Dipeluknya yang telah diam tersebut erat. Derai air mata mengalir deras di wajah Shenling. Wuyan menatap gadis itu tanpa belas kasihan."Bunuh penyihir itu sekarang!" Beberapa orang mematuhi perintah. Mereka bergegas maju membawa pedang berniat menyerang Shenling. "Shenling!" teriak Leewan. Ia dan Lanzhou hendak bergegas maju. Akan tetapi, sinar putih tiba-tiba memantul dan membuat keduanya kemudian terjatuh. Leewan kembali beringsut untuk maju, tetapi Lanzhou memegang pundaknya dan menggeleng."Kita tidak akan bisa masuk." "Ta

  • Time love chronicles   Empat dua

    "Pasukan kerajaan Wuyan menyerbu perbatasan kerajaan kita," lapor seorang pasukan yang bergegas masuk ke dalam tenda. Leewan dan Lanzhou terperanjat dan bangkit berdiri. Hari ini memang sang pangeran tengah berkunjung ke tempat itu dikawal oleh para pengawal. Ia ingin mencari tahu tentang kabar apakah Shenling sudah ditemukan. Meski tahu cintanya bertepuk sebelah tangan, tetap saja ia tidak bisa tenang dan selalu memikirkan gadis itu. "Apa maksudmu? Ceritakan dengan jelas!" perintah Leewan. Ia tidak menyangka masalah akan datang bersamaan. Sementara Shenling tidak jelas rimbanya, kini malah ada kerajaan Wuyan yang menyerang perbatasan. "Itulah yang hamba tahu. Sebuah surat tiba dari perbatasan baru saja. Mereka meminta bantuan, karena kali ini pasukan Wuyan sangat kuat," jawab pasukan itu lagi. "Kata mereka, ada siluman rubah dan gadis berkemampuan aneh membantu tentara Wuyan," lanjutnya lagi

  • Time love chronicles   Empat satu

    Changlan tertegun diam mendengar perkataan Shenling. Gadis tersebut lalu menjelaskan tentang Yanche dan Chenyang. "Chenyang dulu sahabat baikku. Begitu pula Yanche. Dia cinta pertamaku, tapi semua berakhir saat mereka mengkhianatiku. Bukan hanya itu, mereka juga berusaha menyakitiku, bahkan membunuhku," ucap Shenling dengan mata berkaca-kaca. Changlan segera bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat. Ia kemudian memeluk erat gadis itu. "Maafkan aku. Aku tidak tahu tentang itu. Semua pasti terasa berat bagimu sekarang. Kurasa kita memang harus benar-benar pergi dari sini," ucapnya. Shenling menggeleng."Tidak," tolaknya."Aku akan menghadapi semua itu." "Tapi mereka benar-benar jahat. Apa kau bisa mengatasinya?" Shenling tersenyum kecil."Kau tenang saja. Aku bukanlah gadis yang lemah. Kejadian demi kejadian yang menerpa menemp

  • Time love chronicles   Empat puluh

    Hari sudah beranjak siang. Shenling dan Changlan tengah bersiap untuk pergi. Semalam mereka telah menyusun rencana. Shenling memutuskan untuk tidak jadi pergi dan membantu orang-orang itu hidup merdeka. "Apa kau sudah tidak ragu lagi?" tanya Changlan dalam perjalanan. Mereka hendak menemui pangeran Wuyan untuk bekerja sama. Hal tersebut adalah usul dari nenek Shan yang mengetahui bahwa pangeran dari kerajaan tetangga tersebut memendam amarah dan sakit hati pada kerajaan Lan. "Semua karena putri Lanshang telah menolak menikah dengannya dan memilih bersama jenderal Lee, Pangeran Wuyan merasa sangat dipermalukan," ujar wanita uzur tersebut malam sebelumnya. Shenling diam termangu. Mendengar nama jenderal Lee, membuat hatinya membuncah tidak menentu. Changlan menatap gadis itu sekilas. "Jika kau ragu, kita bisa membatalkannya," ucap pemuda itu. "Kenapa kau selalu membuat dia

  • Time love chronicles   Tiga sembilan

    Semua kedamaian dan kebahagiaan itu kemudian berlalu cepat. Semua berawal dari pemberontakan seorang bawahan raja. Dia ingin berkuasa. Tuduhan sang ratu adalah penyihir tersiar luas. Isu tersebut semakin kuat setelah beberapa orang menteri dan pejabat meninggal secara misterius. Tuduhan tersebut semakin menguat. Raja didesak untuk menurunkan dan menghukum mati ratu yang memang memiliki kemampuan untuk menyihir. Juga untuk membunuh Shenling yang dianggap putri penyihir. Sang raja tentu menolak. Orang-orang yang semula setia berpaling dan mengkhianati kerajaan. Mereka membelot dan memprovokasi kerajaan Lan yang waktu itu hanya kerajaan kecil. Seranganpun terjadi tanpa terelakkan di dalam istana. "Ayah, Ibu!" seru Shenling sambil berlari menuju ruang utama. Gadis itu tadinya bersama pengawal yang masih setia. Akan tetapi dia justru melarikan diri saat para musuh juga menyerang pengawal itu. &nbs

  • Time love chronicles   Tiga delapan

    Nenek Shan menyambut Shenling di kediamannya. Dibanding kediaman yang selama ini pernah ditinggali Shenling, kediaman ini yang paling kumuh. Tempatnya kecil dan dibangun ala kadarnya. Meski begitu keadaan di dalam rumah itu terbilang cukup bersih. Nenek Shan segera menyuruh Shenling duduk. Gadis di hadapannya tersebut tersenyum sambil mengangguk sopan, meski begitu keraguan membayang jelas di wajahnya. Wanita tua yang membawa tongkat itu mulai menceritakan semuanya. Tentang keluarga kerajaan yang pernah menguasai negeri itu sebelum kekuasaan direbut oleh raja yang sekarang. "Tapi itu semua tidak mungkin. Aku bahkan tidak berasal dari masa ini. Anda pasti sudah salah mengenali orang. Aku bukanlah tuan putri yang Anda cari. Cucu Anda itu pasti sedang berada di suatu tempat dan mungkin sedang menanti Anda untuk membawa dia kembali," ujar Shenling. "Aku tidak salah. Kau memang cucuku. Akulah yang mengirimmu pergi ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status