Share

Dibalik pertolongan Ikhsan

Aku benar-benar berharap jika laki-laki itu serius menolongku.

Dan benar saja tepat satu jam aku menunggu, pintu kamarku di ketuk.

Aku langsung bergegas membuka pintu. Ketika pintu terbuka ternyata mami sudah berdiri.

"Airin. Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu sudah di tebus sama laki-laki yang ada didalam mobil itu." Ucapnya sambil mengibaskan gepokan uang

Aku benar-benar tak percaya jika laki-laki itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya.

"Cepat! Dia bilang kamu tidak perlu membawa barangmu. Jadi kamu pergi gitu aja." Imbuh mami ketus.  Mami memang tidak suka dengan keputusanku,  jadi,  walaupun sudah menerima uang tebusan masih saja terlihat berat melepaskan aku. 

Aku tak lagi menggubris mami. Aku langsung berlari ke depan untuk menemui laki-laki itu.

Aku ketuk kaca mobil itu dan tak berselang lama laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya.

"Ayo cepat kita pergi. Aku mau ada meeting." Ucapnya

"Tapi, aku belum bersimpun." Jawabku

"Tidak usah membawa apapun dari tempat ini. Cukup bawa saja barang berhargamu." Ucapnya.

Aku mengikuti apa yang dia katakan. Aku pergi hanya membawa baju dibadan dan ponselku. Karena hanya ponsel barang berharga yang aku punya.

Aku langsung masuk kedalam mobilnya dan dia langsung melajukan mobilnya.

Didalam mobil, aku hanya diam. Jujur aku bingung harus berkata apa? Karena jujur aku belum tahu siapa namanya dan juga tidak pernah melihatnya selama ini.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit. Akhirnya kami sampai disebuah hotel berbintang. 

Dia menyuruh aku untuk turun.

"Turunlah. Aku sudah memesan kamar atas namamu. Beristirahatlah dengan nyaman. Dan ini ada uang untukmu jika kamu memerlukan sesuatu." Ucapnya sambil menyerahkan satu gepok uang berwarna merah.

Aku lalu mengambil uang itu dan turun dari mobil. Sedangkan dia langsung pergi. Aku tidak tahu Dia mau kemana,  karena aku juga masih sungkan jika harus bertanya.

Setelah itu aku langsung masuk ke hotel dan mengambil kunci kamar yang sudah dia pesan.

Setelah sampai kamar, aku terkejut karena sudah ada beberapa paper bag diatas kasur. Aku langsung membukanya untuk melihat apa isi didalamnya.

Ketika aku sedang melihat isi paper bag itu. Ponselku berbunyi. Karena aku lihat dia yang menelponku. Aku langsung mengangkatnya.

"Hallo."

"Tadi aku sudah membelikan beberapa baju yang sopan untuk kamu pakai."

"Terima kasih."

"Nanti setelah meeting aku akan kesana."

Belum sempat aku menjawab sambungan telepon sudah terputus.

Aku jadi berpikir. Apa bedanya dia dengan laki-laki lain? Kalau dia meminta imbalan dengan  memakai jasaku untuk memuaskan hasratnya.

Ah sudahlah. Yang terpenting aku sudah keluar dari tempat mami. Anggaplah malam ini sebagai malam terakhir aku menjadi kupu-kupu malam. Besok pagi aku akan pergi diam-diam. Aku bergegas mandi dan berganti pakaian.  Aku langsung membuang baju yang tadi aku kenakan. Bukan bermaksud sombong,  tapi, aku ingin membuang semua kenangan dari tempat terkutuk itu. 

Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Aku sudah tertidur, tiba-tiba ponselku berbunyi.

"Aku sudah di depan pintu." ucapnya

"Iya sebentar." Jawabku

 Aku langsung membuka pintu dan benar saja, Dia sudah berdiri disana. Aku langsung menyuruhnya untuk masuk.

Dia langsung mengajakku untuk duduk di balkon.

Kami duduk berhadapan. Jujur aku sedikit deg-degan ketika menatap matanya.

"Nama mu, Airin kan?" 

"I-iya dari mana kamu tahu?"

"Tidak penting aku tahu dari mana. Yang terpenting sekarang bagaimana cara kamu untuk balas budi kepadaku?"

"Ma-maksudnya?"

"Aku sudah menolongmu bukan? Lalu apa yang akan kau berikan padaku sebagai imbalannya?"

"Apakah kamu ingin aku melayanimu?"

Dia tertawa mendengar ucapanku.

"Kenapa kamu tertawa? Apakah ada yang lucu?"

"Jika aku ingin menikmati tubuhmu. Untuk apa aku mengeluarkan kamu dari tempat itu."aku terkejut mendengar penuturannya.  Jika bukan karena ingin menikmati tubuhku lalu apakah aku dijadikan simpanan olehnya? Jika iya, maka sama saja aku belum terlepas dari pekerjaan haramku hanya berubah setatus saja tapi dosanya akan tetap sama. 

"Lalu? Apa kamu ingin menjadikan aku sebagai simpanan?"

"Tidak,"

"Tolong jangan jadikan aku simpanan, aku berusaha keras ingin terlepas dari pekerjaan haram itu, jadi jika kamu memang benar-benar ingin membantuku, tolong berilah aku pekerjaan agar bisa membayar hutang kepadamu,"

"Pekerjaan?"

"Iya l,  tolong beri aku pekerjaan, aku bisa bekerja apa saja, asalkan jangan jadikan aku simpanan, aku benar-benar ingin kembali kejalan yang benar,"

" Baiklah kalau begitu menikahlah denganku. Tapi sebagai istri keduaku. Karena aku sangat mencintai istriku."

"Bukankah aku sudah mengatakan tolong jangan jadikan aku simpanan,"

"Aku tidak akan menjadikanmu sebagai simpanan, tapi sebagai istri keduaku,"

"Apa bedanya istri kedua dengan simpanan?"

"Jelas berbeda, kita menikahpun atas persetujuan istriku jadi statusmu akan sama dengannya, hanya saja kamu jangan berharap cinta dariku,"

"Jika kamu sangat mencintai istrimu. Lalu untuk apa, kamu ingin aku menjadi istri keduamu?"

"Istriku tidak bisa hamil. Jadi aku butuh rahimmu untuk melahirkan keturunanku." Aku tidak heran atau terkejut mendengar jawabannya,  karena tidak sedikit laki-laki hidung belang yang sering merayuku dengan alasan yang sama agar aku mau dijadikan simpanannya. 

"Apakah tidak ada alasan lain? Sudah sangat sering aku mendengar alasan seperti itu,"

"Aku berkata jujur mengenai istriku dan kamu jangan takut. Pernikahan kita direstui oleh istriku. Jadi jangan sama kan aku seperti laki-laki diluaran sana, bahkan kamu akan mendapatkan hak yang sama seperti istriku. Tapi jangan berharap cinta dariku." Aku jadi semakin terkejut dengan penuturannya.  Tapi... Aku tidak boleh terkecoh.  Bukankah hampir semua laki-laki hidung belang selalu mengatakan hal itu kepada perempuan yang ingin dijadikannya simpanan.  Jadi aku tidak boleh percaya dengan semua ucapan yang keluar dari mulutnya begitu saja. 

"Maksudnya? Istrimu sudah tahu rencana ini?"

"Ya. Dia sudah mengetahui. Karena tadi siang aku sudah bercerita dengannya."

"Bagaimana jika aku menolaknya?"

"Jika kamu menolak. Maka dengan terpaksa aku akan melaporkan kamu ke polisi dengan tuduhan penipuan."

Aku benar-benar terkejut mendengar semua ucapannya. Dia memberikan pilihan yang sangat sulit untukku. Aku saat ini tidak memiliki uang sama sekali.  Tabunganku sudah terkuras habis untuk biaya pengobatan adikku. Jika aku menolak tawarannya resikonya sangat besar. 

Wanita mana yang ingin hidup di madu? Walaupun aku pernah menjadi kupu-kupu malam, tapi tak pernah sedikitpun aku berpikir ingin menjadi istri kedua. Aku ingin menjalani sebuah rumah tangga yang normal.

"Bagaimana? Apa keputusanmu?"

"A-aku bingung. Aku tidak bisa memutuskan malam ini."

"Besok kita akan menikah. Semua sudah diatur."

"Apa!!! Bagaimana mana bisa kamu mengambil sebuah keputusan besar seperti itu tanpa menunggu persetujuan dariku!"

"Semua sudah aku putuskan ketika aku menebusmu. Jadi kamu tidak bisa mengelak lagi."

Aku terduduk lemas. Tanpa terasa air mataku  mengalir membasahi pipiku.

Melihatku menangis, dia mengusap rambutku.

"Jangan menangis. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya memintamu untuk melahirkan keturunanku. Aku akan membahagiakanmu dengan harta. Jadi kamu tidak akan lagi merasa kesulitan keuangan.  Dan bahkan kamu bisa hidup bergelimbang harta."Ucapnya sambil mengelus rambutku dan beranjak pergi meninggalkanku.

Kenapa ketika aku ingin menjadi orang yang lebih baik tapi harus dihadapkan dengan permasalahan baru seperti ini.  Aku ingin menjadi Airin yang baru yang mencari pekerjaan halal, karena aku benar-benar ingin terbebas dari masa lalu yang penuh dosa.  Aku juga masih belum percaya jika istri pertamanya menyetujui pernikahan ini,  karena laki-laki jika memiliki banyak uang pasti akan menyakiti sang istri dengan berselingkuh, dan kaki-laki yang punya tabiat selingkuh maka Dia akan melakukan segala cara agar keinginannya tercapai. 

Jadi sebelum besok kami menikah,  aku harus bisa membuktikan jika istri pertamanya Ikhsan memang benar-benar menyetujui pernikahan keduanya ini.  Dan Jika Ikhsan tidak bisa membuktikan hal itu, maka aku bisa menolaknya.

Setelah kepergiannya. Aku berniat untuk kabur. Tapi naas ternyata pintu terkunci dari luar. Aku juga sedikit bingung,  bagaiamana pintu ini bisa terkunci dari luar?  Setahu aku Hotel semewah ini tidak munggunakan anak kunci tapi memakai cart untuk membukanya.  Lalu bagaiamana bisa pintu ini terkunci? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status