Home / Rumah Tangga / Titip Benih / Dibalik pertolongan Ikhsan

Share

Dibalik pertolongan Ikhsan

last update Last Updated: 2022-09-22 16:27:14

Aku benar-benar berharap jika laki-laki itu serius menolongku.

Dan benar saja tepat satu jam aku menunggu, pintu kamarku di ketuk.

Aku langsung bergegas membuka pintu. Ketika pintu terbuka ternyata mami sudah berdiri.

"Airin. Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu sudah di tebus sama laki-laki yang ada didalam mobil itu." Ucapnya sambil mengibaskan gepokan uang

Aku benar-benar tak percaya jika laki-laki itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya.

"Cepat! Dia bilang kamu tidak perlu membawa barangmu. Jadi kamu pergi gitu aja." Imbuh mami ketus.  Mami memang tidak suka dengan keputusanku,  jadi,  walaupun sudah menerima uang tebusan masih saja terlihat berat melepaskan aku. 

Aku tak lagi menggubris mami. Aku langsung berlari ke depan untuk menemui laki-laki itu.

Aku ketuk kaca mobil itu dan tak berselang lama laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya.

"Ayo cepat kita pergi. Aku mau ada meeting." Ucapnya

"Tapi, aku belum bersimpun." Jawabku

"Tidak usah membawa apapun dari tempat ini. Cukup bawa saja barang berhargamu." Ucapnya.

Aku mengikuti apa yang dia katakan. Aku pergi hanya membawa baju dibadan dan ponselku. Karena hanya ponsel barang berharga yang aku punya.

Aku langsung masuk kedalam mobilnya dan dia langsung melajukan mobilnya.

Didalam mobil, aku hanya diam. Jujur aku bingung harus berkata apa? Karena jujur aku belum tahu siapa namanya dan juga tidak pernah melihatnya selama ini.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit. Akhirnya kami sampai disebuah hotel berbintang. 

Dia menyuruh aku untuk turun.

"Turunlah. Aku sudah memesan kamar atas namamu. Beristirahatlah dengan nyaman. Dan ini ada uang untukmu jika kamu memerlukan sesuatu." Ucapnya sambil menyerahkan satu gepok uang berwarna merah.

Aku lalu mengambil uang itu dan turun dari mobil. Sedangkan dia langsung pergi. Aku tidak tahu Dia mau kemana,  karena aku juga masih sungkan jika harus bertanya.

Setelah itu aku langsung masuk ke hotel dan mengambil kunci kamar yang sudah dia pesan.

Setelah sampai kamar, aku terkejut karena sudah ada beberapa paper bag diatas kasur. Aku langsung membukanya untuk melihat apa isi didalamnya.

Ketika aku sedang melihat isi paper bag itu. Ponselku berbunyi. Karena aku lihat dia yang menelponku. Aku langsung mengangkatnya.

"Hallo."

"Tadi aku sudah membelikan beberapa baju yang sopan untuk kamu pakai."

"Terima kasih."

"Nanti setelah meeting aku akan kesana."

Belum sempat aku menjawab sambungan telepon sudah terputus.

Aku jadi berpikir. Apa bedanya dia dengan laki-laki lain? Kalau dia meminta imbalan dengan  memakai jasaku untuk memuaskan hasratnya.

Ah sudahlah. Yang terpenting aku sudah keluar dari tempat mami. Anggaplah malam ini sebagai malam terakhir aku menjadi kupu-kupu malam. Besok pagi aku akan pergi diam-diam. Aku bergegas mandi dan berganti pakaian.  Aku langsung membuang baju yang tadi aku kenakan. Bukan bermaksud sombong,  tapi, aku ingin membuang semua kenangan dari tempat terkutuk itu. 

Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Aku sudah tertidur, tiba-tiba ponselku berbunyi.

"Aku sudah di depan pintu." ucapnya

"Iya sebentar." Jawabku

 Aku langsung membuka pintu dan benar saja, Dia sudah berdiri disana. Aku langsung menyuruhnya untuk masuk.

Dia langsung mengajakku untuk duduk di balkon.

Kami duduk berhadapan. Jujur aku sedikit deg-degan ketika menatap matanya.

"Nama mu, Airin kan?" 

"I-iya dari mana kamu tahu?"

"Tidak penting aku tahu dari mana. Yang terpenting sekarang bagaimana cara kamu untuk balas budi kepadaku?"

"Ma-maksudnya?"

"Aku sudah menolongmu bukan? Lalu apa yang akan kau berikan padaku sebagai imbalannya?"

"Apakah kamu ingin aku melayanimu?"

Dia tertawa mendengar ucapanku.

"Kenapa kamu tertawa? Apakah ada yang lucu?"

"Jika aku ingin menikmati tubuhmu. Untuk apa aku mengeluarkan kamu dari tempat itu."aku terkejut mendengar penuturannya.  Jika bukan karena ingin menikmati tubuhku lalu apakah aku dijadikan simpanan olehnya? Jika iya, maka sama saja aku belum terlepas dari pekerjaan haramku hanya berubah setatus saja tapi dosanya akan tetap sama. 

"Lalu? Apa kamu ingin menjadikan aku sebagai simpanan?"

"Tidak,"

"Tolong jangan jadikan aku simpanan, aku berusaha keras ingin terlepas dari pekerjaan haram itu, jadi jika kamu memang benar-benar ingin membantuku, tolong berilah aku pekerjaan agar bisa membayar hutang kepadamu,"

"Pekerjaan?"

"Iya l,  tolong beri aku pekerjaan, aku bisa bekerja apa saja, asalkan jangan jadikan aku simpanan, aku benar-benar ingin kembali kejalan yang benar,"

" Baiklah kalau begitu menikahlah denganku. Tapi sebagai istri keduaku. Karena aku sangat mencintai istriku."

"Bukankah aku sudah mengatakan tolong jangan jadikan aku simpanan,"

"Aku tidak akan menjadikanmu sebagai simpanan, tapi sebagai istri keduaku,"

"Apa bedanya istri kedua dengan simpanan?"

"Jelas berbeda, kita menikahpun atas persetujuan istriku jadi statusmu akan sama dengannya, hanya saja kamu jangan berharap cinta dariku,"

"Jika kamu sangat mencintai istrimu. Lalu untuk apa, kamu ingin aku menjadi istri keduamu?"

"Istriku tidak bisa hamil. Jadi aku butuh rahimmu untuk melahirkan keturunanku." Aku tidak heran atau terkejut mendengar jawabannya,  karena tidak sedikit laki-laki hidung belang yang sering merayuku dengan alasan yang sama agar aku mau dijadikan simpanannya. 

"Apakah tidak ada alasan lain? Sudah sangat sering aku mendengar alasan seperti itu,"

"Aku berkata jujur mengenai istriku dan kamu jangan takut. Pernikahan kita direstui oleh istriku. Jadi jangan sama kan aku seperti laki-laki diluaran sana, bahkan kamu akan mendapatkan hak yang sama seperti istriku. Tapi jangan berharap cinta dariku." Aku jadi semakin terkejut dengan penuturannya.  Tapi... Aku tidak boleh terkecoh.  Bukankah hampir semua laki-laki hidung belang selalu mengatakan hal itu kepada perempuan yang ingin dijadikannya simpanan.  Jadi aku tidak boleh percaya dengan semua ucapan yang keluar dari mulutnya begitu saja. 

"Maksudnya? Istrimu sudah tahu rencana ini?"

"Ya. Dia sudah mengetahui. Karena tadi siang aku sudah bercerita dengannya."

"Bagaimana jika aku menolaknya?"

"Jika kamu menolak. Maka dengan terpaksa aku akan melaporkan kamu ke polisi dengan tuduhan penipuan."

Aku benar-benar terkejut mendengar semua ucapannya. Dia memberikan pilihan yang sangat sulit untukku. Aku saat ini tidak memiliki uang sama sekali.  Tabunganku sudah terkuras habis untuk biaya pengobatan adikku. Jika aku menolak tawarannya resikonya sangat besar. 

Wanita mana yang ingin hidup di madu? Walaupun aku pernah menjadi kupu-kupu malam, tapi tak pernah sedikitpun aku berpikir ingin menjadi istri kedua. Aku ingin menjalani sebuah rumah tangga yang normal.

"Bagaimana? Apa keputusanmu?"

"A-aku bingung. Aku tidak bisa memutuskan malam ini."

"Besok kita akan menikah. Semua sudah diatur."

"Apa!!! Bagaimana mana bisa kamu mengambil sebuah keputusan besar seperti itu tanpa menunggu persetujuan dariku!"

"Semua sudah aku putuskan ketika aku menebusmu. Jadi kamu tidak bisa mengelak lagi."

Aku terduduk lemas. Tanpa terasa air mataku  mengalir membasahi pipiku.

Melihatku menangis, dia mengusap rambutku.

"Jangan menangis. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya memintamu untuk melahirkan keturunanku. Aku akan membahagiakanmu dengan harta. Jadi kamu tidak akan lagi merasa kesulitan keuangan.  Dan bahkan kamu bisa hidup bergelimbang harta."Ucapnya sambil mengelus rambutku dan beranjak pergi meninggalkanku.

Kenapa ketika aku ingin menjadi orang yang lebih baik tapi harus dihadapkan dengan permasalahan baru seperti ini.  Aku ingin menjadi Airin yang baru yang mencari pekerjaan halal, karena aku benar-benar ingin terbebas dari masa lalu yang penuh dosa.  Aku juga masih belum percaya jika istri pertamanya menyetujui pernikahan ini,  karena laki-laki jika memiliki banyak uang pasti akan menyakiti sang istri dengan berselingkuh, dan kaki-laki yang punya tabiat selingkuh maka Dia akan melakukan segala cara agar keinginannya tercapai. 

Jadi sebelum besok kami menikah,  aku harus bisa membuktikan jika istri pertamanya Ikhsan memang benar-benar menyetujui pernikahan keduanya ini.  Dan Jika Ikhsan tidak bisa membuktikan hal itu, maka aku bisa menolaknya.

Setelah kepergiannya. Aku berniat untuk kabur. Tapi naas ternyata pintu terkunci dari luar. Aku juga sedikit bingung,  bagaiamana pintu ini bisa terkunci dari luar?  Setahu aku Hotel semewah ini tidak munggunakan anak kunci tapi memakai cart untuk membukanya.  Lalu bagaiamana bisa pintu ini terkunci? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Titip Benih    Ending

    Setelah acara tujuh harian, aku langsung terbang ke kalimantan. Setelah sampai disana, aku lalu menceritakan semuanya kepada mbok Inah. "Mbok... Aku mungkin hanya satu atau dua minggu disini, karena aku sudah memutuskan untuk balik ke jakarta.""Mbok ikut Non. Mbok tidak mau di tinggal sendirian disini.""Kalau mbok ikut, lalu siapa yang akan mengurus rumah ini?""Tapi, mbok tidak mau disini sendirian Non. Pokoknya mbok ikut kemana Non pergi. Mbok tidak mau jauh dari Non. Hanya Non yang mbok miliki. Tolong ajak mbok ya." ucapnya dengan raut wajah sedih dan memohon kepadaku. Aku berpikir sejenak. Aku jadi kepikiran Ahmad dan Maman. Bukankah aku memiliki dua rumah, jadi satu bisa di tempati oleh Maman dan anaknya dan yang ini bisa di tempati Ahmad dan anaknya. Jadi anggap saja ini adalah rumah dinas untuk mereka. "Baiklah, Mbok ikut aku pulang ke Jakarta."Mbok Inah sangat senang mendengar hal itu, dia langsung menghambur kepelukanku sambil menangis. Setelah itu ak

  • Titip Benih    Kepergian Adam

    Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Adam. Karena Perawat tidak mengijinkan kami untuk masuk. Aku benar-benar cemas dan takut. Aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya. Kami lalu menunggu dengan perasaan yang sangat cemas dan takut. Dan benar saja. Ketakutan kami terbukti. Ketika Dokter keluar ruangan, Dokter menyatakan jika Adam sudah meninggal dunia. Aku yang mendengar hal itu langsung berlari masuk dan memeluk tubuh Adam yang mulai terasa dingin itu. "Adam... Bangun Nak... Ini Kak Airin. Kakak datang untuk menjemput kalian." "Dam... Buka matamu Nak... Ayo buka matamu lihat Kakak sudah datang. Kakak janji tidak akan meninggalkan kalian lagi.""Adam... Ayo buka matamu. Kakak mohon Dam buka matamu sekali saja. Apa kamu tidak kasihan dengan adik-adikmu di panti. Mereka pasti menunggu kepulangan mu. Dam kakak mohon buka matamu." ucapku dengan tangisan yang sudah benar-benar tak dapat aku bendung lagi. Anita mendekat dan memelukku. Aku tahu Dia juga me

  • Titip Benih    Kepergian Ikhsan

    Aku tidak tahu apa yang terjadi disana. Aku segera berkemas dan langsung memesan tiket pesawat lewat online.Si Mbok sedikit terkejut ketika aku mengatakan jika aku besok harus pergi. Sepertinya si Mbok tahu kemana aku akan pergi jadi dia tidak banyak bertanya kepadaku.Setelah selesei berkemas. Entah mengapa aku tiba-tiba teringat akan Yusuf. Aku memang sudah lama tidak pernah ke makamnya. "Maafkan mama ya sayang sudah lama mama tidak menengok Yusuf" ucapku dalam hati. Tanpa terasa air mataku menetes.Rasa rindu yang teramat dalam menyelimuti hatiku. Aku menangis sejadi-jadinya dengan menenggelamkan wajahku ke bantal agar si Mbok tak dapat mendengar suara tangisanku.Aku menangis sampai tertidur."Mbak Laras?" Kenapa aku seperti melihat mbak Laras. Apakah benar itu mbak Laras.Aku mengikuti perempuan yang sangat mirip mbak Laras itu. Dia berjalan dengan santai sambil menggendong seorang anak kecil. Dan Tunggu!!! Bukankah anak dalam gendongannya itu seperti anakku Yusuf? Iya. Itu ada

  • Titip Benih    Pesan dari Anita

    Aku sangat terkejut ketika melihat siapa yang melempari mobilku dengan batu. Maman yang melihat hal itu segera turun."He! Kenapa kamu melempar batu itu ke mobil?"Aku yang melihat Maman emosi langsung segera turun. Aku tidak mau jika Maman sampai lepas kendali."Man. Kamu masuk saja, saya kenal dengannya.""Ta-tapi,Bu.""Sudah kamu masuk saja ke dalam mobil, biar saya selesaikan masalah ini."Maman lalu masuk ke dalam mobil tanpa membantah ku sedikit pun.Setelah Maman masuk ke mobil, aku berjalan ke arah Rudi."Kenapa kamu melempari mobil Tante?" Tanyaku dengan nada lembut"Tante harus bertanggung jawab. Kembalikan kaki bapak seperti dulu agar ibu tidak memarahi bapak setiap hari." Ucapnya sambil menangis"Rudi... Maafkan Tante, Tante tidak bisa membuat kaki bapakmu utuh seperti dulu.""Pokoknya aku tidak mau tahu, Tante harus bertanggung jawab. Sekarang bapak tidak tahu dimana karena di usir ibu." Ucap Rudi masih dengan menangis"Apakah kamu tidak tahu bapakmu sekarang dimana? Apaka

  • Titip Benih    Bertemu Ahmad

    Aku menajamkan penglihatanku untuk memastikan apa yang aku lihat itu benar. "Mbok... Apa i-itu Ahmad?""iya, Non. Sepertinya itu nak Ahmad. Tapi untuk apa dia di taman ini sendirian?""Coba mbok kesana dan pastikan apakah dia benar-benar Ahmad.""Baik, Non."Lalu si mbok berjalan kearah orang yang kami duga adalah Ahmad. Symbol menunggu si mbok, aku menghubungi Manana. "Man... Bagaimana ketemu sama Ahmad dan keluarganya?""Maaf Bu, kata para tetangga pak Ahmad sudah pindah kontrakan.""Pindah?""Iya, Bu. Katanya mereka habis ribut besar dan keesokkan harinya anak dan istrinya pergi meninggalkan rumah, sedangkan pak Ahmad diusir pemilik kontrakan.""Ya sudah sekarang kamu jemput saya di taman dekat cafe tadi.""Baik, Bu. Ini saya sudah dekat."Setelah itu aku matikan sambungan telephone. Aku melihat si mbok berbicara dengan laki-laki itu, karena aku penasaran akhirnya aku putuskan untuk mendekat kearah mereka. Dan benar saja dugaanku, laki-laki itu benar-benar Ahmad.

  • Titip Benih    Perceraian Ahmad dan Sekar

    Aku kembali kembali pulang untuk mengurus semuanya sebelum anak panti aku bawa. Setelah sampai rumah aku langsung bercerita kepada si Mbok. Dan aku senang si Mbok sangat mendukungku. Aku lalu memanggil Maman. "Man... Bagaimana? Apakah tanah yang aku minta sudah dapat?""Alhamdulillah sudah Bu.""Baiklah, bagaimana surat menyuratnya?""Mereka minta di bayar setengah dulu bu dan setelah kita bayar mereka akan mengurus sertifikatnya dan balik nama sekalian jadi kita terima beres.""Apakah mereka bisa dipercaya?""Insha Allah bisa Bu.""Baiklah tolong kamu atur kapan saya bisa menemui mereka. Karena saya butuh cepat dan ingin segera saya bangun.""Tapi, Bu. Untuk membangun rumah seperti yang ibu inginkan itu membutuhkan waktu yang lumayan lama."Aku terdiam, karena aku baru sadar jika aku tak berpikir sejauh itu. Aku hanya berpikir dapat tanah dan langsung di bangu. Aku tidak berpikir jika membangun sebuah rumah yang cukup besar itu membutuhkan waktu berbulan-bulan. "Kamu benar j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status