Home / Rumah Tangga / Titip Benih / Perkenalan Airin dan Ikhsan

Share

Titip Benih
Titip Benih
Author: Yayuk Lidiawati

Perkenalan Airin dan Ikhsan

last update Last Updated: 2022-09-22 16:24:30

Namaku Airin. Aku adalah istri kedua. Tapi tolong jangan samakan aku seperti istri kedua pada umumnya yang selalu menang dari istri pertama.

Suamiku bernama Ikhsan. Mas ikhsan menikahiku karena ingin memiliki keturunan. Karena,  Laras--istri pertamanya tidak bisa memiliki keturunan.

Jujur aku bukanlah seorang perempuan baik-baik. Aku bekerja sebagai kupu-kupu malam. Semua itu aku lakukan karena aku tidak memiliki pilihan lain. Aku yang hanya lulusan SD tidak bisa memilih pekerjaan yang aku inginkan.

Dulu aku pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga, namun gaji yang aku terima tidak cukup untuk biaya pengobatan adik semata wayangku. 

Adikku bernama Mia, dia menderita penyakit kanker darah, sehingga mau tidak mau aku harus bekerja sebagai kupu-kupu malam agar aku bisa membiayai pengobatan adikku. 

Aku terpaksa harus keluar dari pekerjaanku sebagai asisten rumah tangga karena majikanku tidak mengijinkan aku untuk pulang pergi, sedangkan adikku sendirian dikontrakan. 

Aku berusaha mencari pekerjaan yang mau memberikan gaji tinggi,  namun nihil tidak ada satu orangpun yang mau menerimaku karena pendidikanku sangat minim. 

Ditengah keputus asaanku tanpa sengaja aku bertemu dengan seorang  perempuan paruh baya sebut saja namanya Gres. 

"Dek, ngapain malam-malam begini masih dijalan?"tanya perempuan itu. Memang waktu itu aku masih dijalanan untuk mencari pekerjaan padahal cuaca sedang gerimis.  

"Saya sedang mencari pekerjaan,"jawabku dengan bibir sedikit bergetar karena kedinginan. 

Perempuan itu melihatku dari kepala sampai ujung kaki lalu tersenyum.

"Memangnya kamu bisa kerja apa Dek?"tanyanya sambil mendekat kearahku 

"Saya bisa bekerja apa saja, Bu,"jawabku, aku sangat berharap perempuan itu mau memberiku pekerjaan.

"Namamu siapa?"tanyanya lagi 

"Airin,"jawabku sambil mencoba tersenyum dengan kondisi kedinginan.

"Kamu bener mau kerja?"tanyanya lagi 

"Bener, Bu,"jawabku meyakinkannya 

"Baiklah, kamu ikut aku sekarang ya,"ajaknya.  Lalu Ibu itu mengajakku naik ke mobil dan kamipun pergi kerumah ibu itu. 

Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari tempatku tadi, kami turun disebuah rumah yang sangat mewah dan bagus. 

"Rin, ayo turun, kamu ganti baju dulu, baru kita bicara,"ajaknya.  Lalu perempuan itu menyuruh seseorang untuk membawakan baju ganti untukku dan mengantarku keruangan dimana aku bisa mengganti baju. 

Aku sedikit aneh dengan rumah ini, karena didalam rumah ini banyak sekali gadis-gadis cantik dan sexi.  

Setelah ganti baju, aku kembali keruang tamu dan disana Ibu tadi sudah menungguku. 

"Rin, kamu bener sedang mencari pekerjaan?"tantayanya lagi 

"Benar, Bu,"jawabku 

"Jangan panggil Ibu,  panggil Mami Gres,"titahnya 

"I-iya Mi..."jawabku 

"Memang pendidikan terakhirmu apa?"tanyanya lagi 

"Saya hanya lulusan sekolah dasar, Mi,"jawabku dengan ragu, aku sudah berpikir pasti akan ditolak.

"Bener kamu ini hanya lulusan SD?"tanyanya lagi untuk meyakinkan pendengarannya 

"Benar, Mi,"jawabku sambil menunduk 

"Aduh Rin, dengan pendidikan minim seperti itu kamu pasti sulit mencari pekerjaan di kota besar ini, bagaiamana jika kamu bekerja sama Mami, disini Mami tidak masalah kamu mau lulusan apa saja yang terpenting bisa bersikap baik dan sopan,"ucapnya dengan tersenyum kearahku, aku sangat senang mendengar hal itu.

"Apakah benar Mi? Tapi, Saya butuh pinjaman uang dimuka karena besok saya harus membawa adik kemo,"Ucapku dengan ragu dan takut 

Mami Gres tersenyum kepadaku. 

"Mami akan meminjami kamu uang asalkan kamu berjanji mau bekerja ditempat Mami bagaiamana?"tanyanya lagi, aku sangat lega mendengar hal itu.

"Iy,  Mi, saya mau bekerja disini asalkan saya dapat pinjaman malam ini."jawabku dengan wajah bahagia.  Ya aku bahagia malam itu ketika menerima uang dari Mami, aku tidak berpikir pekerjaan apa yang Mami tawarkan, yang terpenting aku mendapat uang untuk biaya Mia kemo.

Setelah Mia selesei kemo, Mami menagih janjiku untuk bekerja dirumahnya dan ketika aku tahu pekerjaan yang Mami maskud,  aku sangat terkejut dan syok, bagaiamana bisa Mami menyurhku bekerja sebagai kupu-kupu malam.  Tapi,  karena waktu itu tidak ada pilihan lain dan aku tidak bisa menolaknya maka aku jalani pekerjaan kotor itu, agar aku bisa membayar hutang kepada Mami dan bisa membiayai pengobatan Mia.

Namun setelah beberapa kali kemo terapi Tuhan telah memanggilnya. Adikku sudah tidak lagi merasakan sakit.  Dia sudah tenang bersama kedua orang tuaku disurga. Tinggallah kini aku seorang diri untuk melanjutkan kehidupan yang keras ini. 

Setelah kepergian adikku, tak ada lagi alasanku untuk masih bekerja sebagai kupu-kupu malam. Sehingga aku putuskan untuk berhenti dan kembali kejalan yang benar. Aku ingin mencari pekerjaan yang halal walaupun gajinya kecil tidak masalah,  asalkan aku bisa lepas dari pekerjaan haram ini. Karena sekarang tidak ada lagi bebanku tinggal aku memikirkan untuk diriku sendiri,  jadi pekerjaan apapun pasti aku ambil. 

Malam itu tekadku sudah bulat untuk bisa pergi dari tempat ini karena aku benar-benar ingin bertaubat.

Aku lalu menemui muc*k*ri si pemilik tempat ini. 

"Mi... Aku ingin meminta ijin untuk keluar dari tempat ini, aku ingin berhenti dan mencari pekerjaan halal diluar sana." Ucapku pada pemilik tempat ini.

"Airin! Apa mami tidak salah dengar?" Tanyanya sambil menatapku tajam

"Tidak, Mi. Airin benar-benar ingin bertaubat. Sudah tak ada alasan lagi bagi Airin untuk masih bekerja seperti ini." Jawabku

"Rin. Cobalah kamu pikir-pikir dulu. Apa gak sayang? Ingat pelangganmu banyak lho!" Ucapnya

"Gak, Mi. Tekadku sudah bulat." Jawabku sangat yakin.

Mami diam tak menjawab lagi ucapan ku. Dia melangkah pergi, aku berusaha mengejarnya, namun tiba-tiba aku dipanggil oleh seseorang.

"Maaf, tadi aku mendengar pembicaraan kalian." Ucap seorang laki-laki.

"Lalu?" Tanyaku ketus

"Jika, kamu memang benar-benar ingin bertaubat dan keluar dari tempat ini. Aku bersedia membantumu." Jawabnya

"Membantu? Dengan cara apa?" Tanyaku

"Aku akan menikahimu. Agar bosmu bisa membiarkanmu keluar dari tempat ini." Jawabnya

Mataku membulat mendengar jawaban laki-laki itu. Jujur aku belum memikirkan sebuah pernikahan. Aku merasa tidak pantas untuk dijadikan sebagai seorang istri karena pekerjaanku yang sangat hina ini.

"Aku serius! Pikirkan dulu. Jika kamu setuju hubungi aku." Ucapnya sambil memberikan nomor ponselnya.

Setelah itu, laki-laki itu pergi meninggalkanku yang masih bengong. 

Tiga hari berlalu. Mami tak merespon sama sekali keinginanku untuk meninggalkan tempat ini. 

"Mi. Tolong lepaskan aku dari sini..." Ucapku mengiba

"Airin! Bagaimana bisa aku melepaskan kamu begitu saja!" Jawabnya

"Maksud mami apa?" Tanyaku tak mengerti

"Jika ada orang yang mau menebusmu sepuluh juta baru kamu boleh pergi dari tempat ini!" Jawabnya

Aku sangat terkejut mendengar hal itu. Karena dulu ketika aku diajak bergabung ditempat ini Mami tidak pernah membicarakan hal ini.  Mami mengatakan jika aku boleh kapan saja berhenti dari pekerjaan ini ketika aku menginginkannya.  Tapi, kenapa sekarang Mami meminta tebusan?

"Apa! Sepuluh juta! Tapi, Airin tidak pernah punya hutang sama mami! Lalu untuk apa Airin harus membayar semua itu!" Bentakku

"Ya. Terserah kamu! Jika kamu mau keluar dari sini, itu syaratnya. Jika kamu berani kabur maka kamu tahu sendiri bagaimana anak buah mami akan memberimu pelajaran." Jawabnya sambil berlalu pergi.

"Mami sendirikan yang bilang jika aku boleh berhenti kapan saja. Lalu kenapa sekarang dipersulit?"protesku

"Itu dulu,  sebelum Mami tahu ternyata banyak pelanggan yang suka dengan pelayananmu." jawabnya santai 

"Mami tidak boleh egois seperti ini! Pokoknya Airin akan tetap pergi dari sini."ucapku dengan nada tinggi. 

"Silahkan jika kamu bisa melangkahkan kaki dari gerbang ini."Tantangnya sambil berjalan pergi meninggalkanku dikamar. 

Setelah kepergian mami, aku hanya bisa menangis. Aku bingung dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Karena semua uangku sudah habis untuk biaya pengobatan mendiang adikku.

Aku teringat akan laki-laki yang waktu itu. Dengan sedikit ragu aku coba untuk menekan nomornya dan tak berapa lama panggilan ku tersambung.

"Hallo"

"Iya, hallo. Eeehhhmmm... Maaf mengganggu ini aku."

"Oh. Kamu? Bagaimana apa kamu menerima tawaranku?"

"Sebenarnya aku mau menerima tawaranmu. Tapi..."

"Tapi apa? Ngomong saja jangan sungkan."

"Mami meminta aku untuk membayarnya sepuluh juta jika aku ingin keluar dari tempat ini."

"Oh. Tunggu. Satu jam lagi aku kesana dengan membawa uang yang Bosmu minta."

"Kamu tidak lagi main-main kan?"

"Untuk apa aku main-main? Kamu tunggu saja, satu jam lagi aku pasti sudah sampai disana."

Setelah itu laki-laki itu mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Jujur ada rasa lega dihati ini. Namun ada juga rasa takut jika laki-laki itu hanya berbohong. Karena dia tidak mengenalku, Dia juga bukan pelangganku dan tiba-tiba ingin membantuku, bahkan ingin menjadikan aku sebagai istrinya. 

"Ya Allah... Aku pasrahkan semuanya kepadamu. Jika dia memang benar-benar ingin menolong ku maka permudahkan segala urusannya" doaku dalam hati.

Aku tidak langsung memberitahu mami. Karena aku takut jika laki-laki itu hanya berbohong kepadaku.

Aku masih tetap didalam kamar sambil terus berdoa dan berharap semoga laki-laki itu memang benar-benar serius mau menolongku. Tapi,  apakah mungkin Dia akan datang lagi dan mengeluarkan aku dari sini? Karena sudah banyak lelaki yang berjanji mengeluarkan aku dari sini tapi ternyata itu hanya bualan mereka saja agar mendapatkan servis yang memuaskan dariku.  Jujur aku sangat bimbang dan ragu dengannya.  Karena sudah terlalu banyak aku mendengar ucapan manis seperti itu,  tapi berujung kecewa.  Aku hanya bisa pasrah dan menanti keajaiban saja. Aku takut terlalu berharap jika nanti aku akan terluka kembali. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Titip Benih    Ending

    Setelah acara tujuh harian, aku langsung terbang ke kalimantan. Setelah sampai disana, aku lalu menceritakan semuanya kepada mbok Inah. "Mbok... Aku mungkin hanya satu atau dua minggu disini, karena aku sudah memutuskan untuk balik ke jakarta.""Mbok ikut Non. Mbok tidak mau di tinggal sendirian disini.""Kalau mbok ikut, lalu siapa yang akan mengurus rumah ini?""Tapi, mbok tidak mau disini sendirian Non. Pokoknya mbok ikut kemana Non pergi. Mbok tidak mau jauh dari Non. Hanya Non yang mbok miliki. Tolong ajak mbok ya." ucapnya dengan raut wajah sedih dan memohon kepadaku. Aku berpikir sejenak. Aku jadi kepikiran Ahmad dan Maman. Bukankah aku memiliki dua rumah, jadi satu bisa di tempati oleh Maman dan anaknya dan yang ini bisa di tempati Ahmad dan anaknya. Jadi anggap saja ini adalah rumah dinas untuk mereka. "Baiklah, Mbok ikut aku pulang ke Jakarta."Mbok Inah sangat senang mendengar hal itu, dia langsung menghambur kepelukanku sambil menangis. Setelah itu ak

  • Titip Benih    Kepergian Adam

    Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Adam. Karena Perawat tidak mengijinkan kami untuk masuk. Aku benar-benar cemas dan takut. Aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya. Kami lalu menunggu dengan perasaan yang sangat cemas dan takut. Dan benar saja. Ketakutan kami terbukti. Ketika Dokter keluar ruangan, Dokter menyatakan jika Adam sudah meninggal dunia. Aku yang mendengar hal itu langsung berlari masuk dan memeluk tubuh Adam yang mulai terasa dingin itu. "Adam... Bangun Nak... Ini Kak Airin. Kakak datang untuk menjemput kalian." "Dam... Buka matamu Nak... Ayo buka matamu lihat Kakak sudah datang. Kakak janji tidak akan meninggalkan kalian lagi.""Adam... Ayo buka matamu. Kakak mohon Dam buka matamu sekali saja. Apa kamu tidak kasihan dengan adik-adikmu di panti. Mereka pasti menunggu kepulangan mu. Dam kakak mohon buka matamu." ucapku dengan tangisan yang sudah benar-benar tak dapat aku bendung lagi. Anita mendekat dan memelukku. Aku tahu Dia juga me

  • Titip Benih    Kepergian Ikhsan

    Aku tidak tahu apa yang terjadi disana. Aku segera berkemas dan langsung memesan tiket pesawat lewat online.Si Mbok sedikit terkejut ketika aku mengatakan jika aku besok harus pergi. Sepertinya si Mbok tahu kemana aku akan pergi jadi dia tidak banyak bertanya kepadaku.Setelah selesei berkemas. Entah mengapa aku tiba-tiba teringat akan Yusuf. Aku memang sudah lama tidak pernah ke makamnya. "Maafkan mama ya sayang sudah lama mama tidak menengok Yusuf" ucapku dalam hati. Tanpa terasa air mataku menetes.Rasa rindu yang teramat dalam menyelimuti hatiku. Aku menangis sejadi-jadinya dengan menenggelamkan wajahku ke bantal agar si Mbok tak dapat mendengar suara tangisanku.Aku menangis sampai tertidur."Mbak Laras?" Kenapa aku seperti melihat mbak Laras. Apakah benar itu mbak Laras.Aku mengikuti perempuan yang sangat mirip mbak Laras itu. Dia berjalan dengan santai sambil menggendong seorang anak kecil. Dan Tunggu!!! Bukankah anak dalam gendongannya itu seperti anakku Yusuf? Iya. Itu ada

  • Titip Benih    Pesan dari Anita

    Aku sangat terkejut ketika melihat siapa yang melempari mobilku dengan batu. Maman yang melihat hal itu segera turun."He! Kenapa kamu melempar batu itu ke mobil?"Aku yang melihat Maman emosi langsung segera turun. Aku tidak mau jika Maman sampai lepas kendali."Man. Kamu masuk saja, saya kenal dengannya.""Ta-tapi,Bu.""Sudah kamu masuk saja ke dalam mobil, biar saya selesaikan masalah ini."Maman lalu masuk ke dalam mobil tanpa membantah ku sedikit pun.Setelah Maman masuk ke mobil, aku berjalan ke arah Rudi."Kenapa kamu melempari mobil Tante?" Tanyaku dengan nada lembut"Tante harus bertanggung jawab. Kembalikan kaki bapak seperti dulu agar ibu tidak memarahi bapak setiap hari." Ucapnya sambil menangis"Rudi... Maafkan Tante, Tante tidak bisa membuat kaki bapakmu utuh seperti dulu.""Pokoknya aku tidak mau tahu, Tante harus bertanggung jawab. Sekarang bapak tidak tahu dimana karena di usir ibu." Ucap Rudi masih dengan menangis"Apakah kamu tidak tahu bapakmu sekarang dimana? Apaka

  • Titip Benih    Bertemu Ahmad

    Aku menajamkan penglihatanku untuk memastikan apa yang aku lihat itu benar. "Mbok... Apa i-itu Ahmad?""iya, Non. Sepertinya itu nak Ahmad. Tapi untuk apa dia di taman ini sendirian?""Coba mbok kesana dan pastikan apakah dia benar-benar Ahmad.""Baik, Non."Lalu si mbok berjalan kearah orang yang kami duga adalah Ahmad. Symbol menunggu si mbok, aku menghubungi Manana. "Man... Bagaimana ketemu sama Ahmad dan keluarganya?""Maaf Bu, kata para tetangga pak Ahmad sudah pindah kontrakan.""Pindah?""Iya, Bu. Katanya mereka habis ribut besar dan keesokkan harinya anak dan istrinya pergi meninggalkan rumah, sedangkan pak Ahmad diusir pemilik kontrakan.""Ya sudah sekarang kamu jemput saya di taman dekat cafe tadi.""Baik, Bu. Ini saya sudah dekat."Setelah itu aku matikan sambungan telephone. Aku melihat si mbok berbicara dengan laki-laki itu, karena aku penasaran akhirnya aku putuskan untuk mendekat kearah mereka. Dan benar saja dugaanku, laki-laki itu benar-benar Ahmad.

  • Titip Benih    Perceraian Ahmad dan Sekar

    Aku kembali kembali pulang untuk mengurus semuanya sebelum anak panti aku bawa. Setelah sampai rumah aku langsung bercerita kepada si Mbok. Dan aku senang si Mbok sangat mendukungku. Aku lalu memanggil Maman. "Man... Bagaimana? Apakah tanah yang aku minta sudah dapat?""Alhamdulillah sudah Bu.""Baiklah, bagaimana surat menyuratnya?""Mereka minta di bayar setengah dulu bu dan setelah kita bayar mereka akan mengurus sertifikatnya dan balik nama sekalian jadi kita terima beres.""Apakah mereka bisa dipercaya?""Insha Allah bisa Bu.""Baiklah tolong kamu atur kapan saya bisa menemui mereka. Karena saya butuh cepat dan ingin segera saya bangun.""Tapi, Bu. Untuk membangun rumah seperti yang ibu inginkan itu membutuhkan waktu yang lumayan lama."Aku terdiam, karena aku baru sadar jika aku tak berpikir sejauh itu. Aku hanya berpikir dapat tanah dan langsung di bangu. Aku tidak berpikir jika membangun sebuah rumah yang cukup besar itu membutuhkan waktu berbulan-bulan. "Kamu benar j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status