Share

27. Melambung dan Jatuh

Bunyi bel di pintu membuatku terbangun dari tidur yang tak nyenyak. Aku bangkit perlahan. Malas sekali rasanya bergerak, namun bisa jadi yang memencet bel itu Mas Candra. Aku sedang menantikannya.

Aku mengintip dari kaca kecil bulat di tengah pintu. Senyumku terkembang melihat wajah Mas Candra di dalam cermin. Bergegas aku membukakan pintu dan menyambut suamiku dengan tatapan hangat dan senyuman terbaik.

“Sudah pulang, Mas?” sapaku sambil meraih tangannya dan mendekatkan badan kepadanya.

“Iya, baru saja. Ada makanan apa, May? Aku lapar,” ujar Mas Candra.

“Aku ambilkan dulu, Mas. Tadi aku masak ayam bumbu rujak,” jawabku dengan manis.

Kami makan bersama. Mas Candra dengan riang menceritakan keberhasilannya menjual salah satu mobil mewahnya.

“Kita sekarang punya modal buat buka usaha!” serunya dengan menggebu-gebu. Aku turut merasa antusias.

“Mau usaha apa, Mas?” tanyaku.

“Itulah. Aku masih bingung. Kamu punya ide, May?” balas Mas Candra.

“Aku pikir usaha makanan saja, Mas. Di kota besa
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status