Share

Bab 4

Author: Sinar matahari dan pelangi
Setelah Sendy pergi, aku masih duduk terpaku di sofa.

Di kepalaku terus terngiang kalimat terakhir yang dia ucapkan sebelum pergi.

“Suamimu bukan orang seperti yang kamu kira.”

Aku tak tahu apa maksudnya.

Tapi entah kenapa, kalimat itu membuat hatiku tak tenang.

Siang itu, aku sengaja bangun agak siang.

Saat aku turun ke bawah setelah berganti pakaian, Sendy sudah ada di dapur, sedang memasak dengan ekspresi datar.

“Pagi, Kak.”

Nada suaranya bersih dan sopan, tapi dingin. Tak ada sedikit pun kehangatan.

Aku sempat terdiam, lalu akhirnya bertanya pelan, “Tentang semalam…”

“Nggak ada yang terjadi,” potongnya cepat. “Tenang saja, aku tahu batas.”

Aku menatap punggungnya selama beberapa detik, tak bisa memastikan apakah aku merasa kecewa atau justru lega.

Dia begitu tenang, begitu dingin, seolah semua yang terjadi semalam hanya ilusi.

Aku duduk di meja makan, menatap semangkuk sup ikan gurame yang masih mengepul panas, entah kenapa, aku tak berselera.

Yuda masuk ke rumah sambil menggendong
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tolong, Aku Seorang Ibu Menyusui   Bab 7

    Yuda seperti orang gila, menerjang ke arahku.“Kasih aku videonya! Perempuan jalang! Kamu mau hancurin reputasiku?! Mau hancurin aku? Serahkan videonya, cepat!”“Reputasimu?” Aku tertawa dingin.Sendy dengan tenang menahannya, menghalangi tubuhnya yang mengamuk.“Yuda,” katanya pelan, “kamu bahkan sudah kehilangan rasa malu, masih bicara soal reputasi?”Aku menekan satu tombol.Pemutar media berpindah ke file berikutnya, kali ini sebuah rekaman audio.Itu suara yang direkam diam-diam oleh Sendy.Dan suara Yuda begitu jelas, nyaring menusuk.“Dia itu orangnya keras kepala, sok kuat. Asal ditekan dikit aja, pasti runtuh. Pelan-pelan saja, yang penting bisa ambil gambar jelas, video dan audio lengkap. Biar nanti aku serahkan ke pengacara.”Kata demi kata, seperti bilah pisau yang ditusukkan ke dada.Aku menatap wajahnya yang memucat, dan bertanya tenang.“Mau sekalian aku kirim ke pengadilan?”Bibir Yuda bergetar.Kedua tangannya mengepal, urat-urat di punggung tangan menegang seperti hen

  • Tolong, Aku Seorang Ibu Menyusui   Bab 6

    Aku perlahan membuka selimut, berdiri, menatapnya tajam.“Kamu dapat rekaman apa? Aku buka baju? Aku merintih? Kamu punya bukti apa?”“Jangan coba-coba membela diri!” dia menggeram marah, “Kamu sendirian di kamar sama asisten rumah tangga, tengah malam di ranjang, satu telanjang dada, satu cuma pakai jubah tidur, menurutmu pengadilan bakal percaya sama kamu?”“Bukankah dari awal kamu memang berharap aku berbuat salah?”Suaraku gemetar, tapi tetap tenang. “Kamu sengaja menyuruh dia datang, atur posisi kamera, lalu pura-pura ‘menangkap basah’. Puas? Bangga?”Yuda terdiam karena tertohok, menggertakkan gigi. “Tunggu saja, keluar dari rumah tanpa sepeser pun itu masih ringan! Anak? Rumah? Jangan mimpi!”Aku terkekeh pelan. “Kamu minta aku melahirkan anakmu, tapi kamu juga yang suruh orang ambil ‘bukti perselingkuhan’ saat aku masih menyusui. Menurutmu kamu pantas disebut ‘suami’?”Dia tercengang, wajahnya kaku sesaat.“Waktu aku hamil, kamu ke mana? Berapa kali kamu menemaniku periksa kand

  • Tolong, Aku Seorang Ibu Menyusui   Bab 5

    Sendy berdiri di bawah lampu dapur, suaranya rendah seperti tetesan air yang pecah di bak cuci. Pelan, tapi cukup untuk menghancurkan segalanya."Suamimu, dia sudah lama punya perempuan lain di luar." Suaranya serak. "Bawahan kantor. Mereka sudah jalan hampir setengah tahun."Dadaku seketika terasa sesak.“Tapi dia tahu, kalau sampai cerai, dia nggak akan dapat apa-apa. Semua harta atas nama kamu, anak juga ikut kamu, nama baik kamu yang punya. Dia nggak punya jalan keluar kecuali dapatin bukti kamu selingkuh.”“Jadi kamu disewa buat godain aku.” Aku tertawa miris. “Profesional juga, ya.”Wajah Sendy memucat, dia menggeleng keras. “Bukan kayak gitu. Aku awalnya memang cuma kerjaan. Dia yang datang nyari aku duluan. Dia bilang kamu nggak mungkin selingkuh beneran, cukup bikin beberapa ‘adegan jebakan’, terus ambil beberapa foto ambigu udah cukup buat naik meja pengadilan.”Aku menatapnya tajam. “Berapa harga kamu?”Bibirnya bergetar. Suaranya nyaris tak terdengar. “Empat puluh juta.”Ak

  • Tolong, Aku Seorang Ibu Menyusui   Bab 4

    Setelah Sendy pergi, aku masih duduk terpaku di sofa.Di kepalaku terus terngiang kalimat terakhir yang dia ucapkan sebelum pergi.“Suamimu bukan orang seperti yang kamu kira.”Aku tak tahu apa maksudnya.Tapi entah kenapa, kalimat itu membuat hatiku tak tenang.Siang itu, aku sengaja bangun agak siang.Saat aku turun ke bawah setelah berganti pakaian, Sendy sudah ada di dapur, sedang memasak dengan ekspresi datar.“Pagi, Kak.”Nada suaranya bersih dan sopan, tapi dingin. Tak ada sedikit pun kehangatan.Aku sempat terdiam, lalu akhirnya bertanya pelan, “Tentang semalam…”“Nggak ada yang terjadi,” potongnya cepat. “Tenang saja, aku tahu batas.”Aku menatap punggungnya selama beberapa detik, tak bisa memastikan apakah aku merasa kecewa atau justru lega.Dia begitu tenang, begitu dingin, seolah semua yang terjadi semalam hanya ilusi.Aku duduk di meja makan, menatap semangkuk sup ikan gurame yang masih mengepul panas, entah kenapa, aku tak berselera.Yuda masuk ke rumah sambil menggendong

  • Tolong, Aku Seorang Ibu Menyusui   Bab 3

    Saat dia mengangkat rok tidurku, seluruh tubuhku langsung membeku.“Sendy, kamu gila.”Belum sempat aku menyelesaikan kalimat, dia sudah menunduk dan mengecup perut bawahku, hanya terhalang kain tipis dari gaun tidur sutra. Sentuhannya lembut, tapi hangatnya seperti api yang membakar setiap syarafku yang sudah tegang sejak tadi.“Kak, jangan bicara, kumohon.”Suaranya nyaris tak terdengar, napasnya jatuh tepat di kulitku yang terbuka.“Aku udah nahan terlalu lama.”Aku berusaha mendorongnya, jari-jariku baru saja menyentuh bahunya.Braaak!Terdengar suara keras dari samping. Jantungku serasa meloncat ke tenggorokan. Aku menoleh cepat.Yuda.Dia di kamar utama, berguling sambil mendengkur, lalu tiba-tiba bersuara,“Sayang, air… ambilin air…”Dia bergumam dalam tidur, lalu diam lagi, kembali tenggelam dalam mimpi.Aku nyaris kehilangan kendali atas napasku.Dan dalam keheningan yang mencekam itu, Sendy tiba-tiba membungkus bibirnya di sisi lain dadaku, yang sejak tadi sudah bengkak dan s

  • Tolong, Aku Seorang Ibu Menyusui   Bab 2

    “Kak, aku mulai ya.”Jari-jari Sendy perlahan menekan sisi dadaku, melalui handuk hangat, dengan tekanan yang lembut.Kepalaku langsung panas, awalnya aku ingin menolak, tapi rasa bengkaknya terlalu menyiksa, tangan kananku tak bisa bergerak, dan tenggorokanku pun terasa kering dan serak.Napasnya makin dekat, membawa aroma lembut dari deterjen yang dipakainya, bersih, tapi entah kenapa terasa membakar.Aku memalingkan wajah, menutup mata rapat-rapat.“Jangan asal pencet.”Suaraku pelan, nyaris tak terdengar.“Aku tahu letaknya,”Ia mendekat lagi, suaranya serak, “Kak, tahan sebentar, kalau udah lancar nanti enakan.”Seluruh ototku menegang. Ujung jarinya menekan pelan, mengikuti tepiannya dan perlahan bergerak ke dalam. Bahkan lewat handuk pun rasanya panas membara.“Sakit nggak?”Tanyanya lembut.Aku menggigit bibir. “Masih tahan.”“Bagian sini keras banget, aku harus coba pijat biar nggak makin parah.”Matanya menatap fokus ke bagian yang sudah membengkak dan memerah, wajahnya begit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status