LOGINSuamiku menyewa seorang pengasuh pria untukku, tapi entah kenapa aku selalu merasa dia diam-diam mengintipku. Aku terus waspada padanya, tapi sebagai ibu menyusui yang sedang bengkak ASI, aku terpaksa memintanya membantu. Aku gugup, takut dia akan berlaku tak senonoh padaku. Namun dia terlihat sangat sopan dan profesional. Sampai perlahan, semuanya mulai terasa tidak beres. Awalnya dia hanya menggunakan tangan, lalu mulai dengan mulutnya, dan akhirnya, tanpa peringatan, dia menyibakkan gaun tidurku...
View MoreYuda seperti orang gila, menerjang ke arahku.“Kasih aku videonya! Perempuan jalang! Kamu mau hancurin reputasiku?! Mau hancurin aku? Serahkan videonya, cepat!”“Reputasimu?” Aku tertawa dingin.Sendy dengan tenang menahannya, menghalangi tubuhnya yang mengamuk.“Yuda,” katanya pelan, “kamu bahkan sudah kehilangan rasa malu, masih bicara soal reputasi?”Aku menekan satu tombol.Pemutar media berpindah ke file berikutnya, kali ini sebuah rekaman audio.Itu suara yang direkam diam-diam oleh Sendy.Dan suara Yuda begitu jelas, nyaring menusuk.“Dia itu orangnya keras kepala, sok kuat. Asal ditekan dikit aja, pasti runtuh. Pelan-pelan saja, yang penting bisa ambil gambar jelas, video dan audio lengkap. Biar nanti aku serahkan ke pengacara.”Kata demi kata, seperti bilah pisau yang ditusukkan ke dada.Aku menatap wajahnya yang memucat, dan bertanya tenang.“Mau sekalian aku kirim ke pengadilan?”Bibir Yuda bergetar.Kedua tangannya mengepal, urat-urat di punggung tangan menegang seperti hen
Aku perlahan membuka selimut, berdiri, menatapnya tajam.“Kamu dapat rekaman apa? Aku buka baju? Aku merintih? Kamu punya bukti apa?”“Jangan coba-coba membela diri!” dia menggeram marah, “Kamu sendirian di kamar sama asisten rumah tangga, tengah malam di ranjang, satu telanjang dada, satu cuma pakai jubah tidur, menurutmu pengadilan bakal percaya sama kamu?”“Bukankah dari awal kamu memang berharap aku berbuat salah?”Suaraku gemetar, tapi tetap tenang. “Kamu sengaja menyuruh dia datang, atur posisi kamera, lalu pura-pura ‘menangkap basah’. Puas? Bangga?”Yuda terdiam karena tertohok, menggertakkan gigi. “Tunggu saja, keluar dari rumah tanpa sepeser pun itu masih ringan! Anak? Rumah? Jangan mimpi!”Aku terkekeh pelan. “Kamu minta aku melahirkan anakmu, tapi kamu juga yang suruh orang ambil ‘bukti perselingkuhan’ saat aku masih menyusui. Menurutmu kamu pantas disebut ‘suami’?”Dia tercengang, wajahnya kaku sesaat.“Waktu aku hamil, kamu ke mana? Berapa kali kamu menemaniku periksa kand
Sendy berdiri di bawah lampu dapur, suaranya rendah seperti tetesan air yang pecah di bak cuci. Pelan, tapi cukup untuk menghancurkan segalanya."Suamimu, dia sudah lama punya perempuan lain di luar." Suaranya serak. "Bawahan kantor. Mereka sudah jalan hampir setengah tahun."Dadaku seketika terasa sesak.“Tapi dia tahu, kalau sampai cerai, dia nggak akan dapat apa-apa. Semua harta atas nama kamu, anak juga ikut kamu, nama baik kamu yang punya. Dia nggak punya jalan keluar kecuali dapatin bukti kamu selingkuh.”“Jadi kamu disewa buat godain aku.” Aku tertawa miris. “Profesional juga, ya.”Wajah Sendy memucat, dia menggeleng keras. “Bukan kayak gitu. Aku awalnya memang cuma kerjaan. Dia yang datang nyari aku duluan. Dia bilang kamu nggak mungkin selingkuh beneran, cukup bikin beberapa ‘adegan jebakan’, terus ambil beberapa foto ambigu udah cukup buat naik meja pengadilan.”Aku menatapnya tajam. “Berapa harga kamu?”Bibirnya bergetar. Suaranya nyaris tak terdengar. “Empat puluh juta.”Ak
Setelah Sendy pergi, aku masih duduk terpaku di sofa.Di kepalaku terus terngiang kalimat terakhir yang dia ucapkan sebelum pergi.“Suamimu bukan orang seperti yang kamu kira.”Aku tak tahu apa maksudnya.Tapi entah kenapa, kalimat itu membuat hatiku tak tenang.Siang itu, aku sengaja bangun agak siang.Saat aku turun ke bawah setelah berganti pakaian, Sendy sudah ada di dapur, sedang memasak dengan ekspresi datar.“Pagi, Kak.”Nada suaranya bersih dan sopan, tapi dingin. Tak ada sedikit pun kehangatan.Aku sempat terdiam, lalu akhirnya bertanya pelan, “Tentang semalam…”“Nggak ada yang terjadi,” potongnya cepat. “Tenang saja, aku tahu batas.”Aku menatap punggungnya selama beberapa detik, tak bisa memastikan apakah aku merasa kecewa atau justru lega.Dia begitu tenang, begitu dingin, seolah semua yang terjadi semalam hanya ilusi.Aku duduk di meja makan, menatap semangkuk sup ikan gurame yang masih mengepul panas, entah kenapa, aku tak berselera.Yuda masuk ke rumah sambil menggendong
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.