Beranda / Rumah Tangga / Tragedi Pernikahan Paksa / Seharusnya Kau Berterima Kasih Padaku

Share

Seharusnya Kau Berterima Kasih Padaku

Penulis: Bun say
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-24 09:31:55

4

Erwin kembali duduk di sofa sambil memikirkan banyak hal. Dia yakin mertua lelakinya itu tak sepenuhnya menerima dirinya, buktinya sampai berani mengancam segala.

Edwin berpikir, mungkin saja lelaki itu sengaja menahannya karena ada sesuatu hal yang dia takutkan, hanya saja saat ini Edwin tidak tahu hal apa itu. Dan dia pastikan akan mencari tahu jawabannya nanti. Jika pun dirinya memaksa pergi dan melawan mereka, tentu saja itu akan beresiko besar. Lalu dia bisa apa jika sang ibu menjadi taruhannya. Edwin juga terlanjur berada di rumah itu meskipun ternyata dia menemukan banyak kejutan dan hal-hal yang janggal dari keluarga itu.

"Bersiaplah karena kita akan segera pergi dari sini." Edwin bersuara pada akhirnya. Merasa tidak punya pilihan lain.

Dia berdiri sambil membuka pintu kaca yang mengarah pada balkon, membiarkan Melati yang langsung menoleh, dan menatapnya dengan ekspresi kebingungan.

"Kau berubah pikiran," tebak Melati. Edwin mengacuhkannya begitu saja, membiarkan wanita itu dengan pemikirannya sendiri.

Bukan tanpa maksud dia melakukan hal seperti itu, hanya saja dia menyayangkan jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada ibunya. Apalagi setelah kepergian ayahnya tiga tahun yang lalu dalam perjalanan menuju ke desa itu, hanya sang ibu yang yang dirinya punya kini, meski tentu saja ada kakek dan kerabatnya yang lain. Dan Edwin hanya tak ingin terjadi sesuatu pada ibunya.

Lagi pula Edwin sudah mengucapkan ijab kabul meskipun sebenarnya itu tidak sah, namun dia janji akan mencari tahu lebih lanjut kehidupan Melati dan keluarganya. Selain bisa mencari titik terang, dia juga tak tidak mau dirugikan oleh Melati dan keluarganya.

Jika wanita itu tahu kalau dirinya bukan orang sembarangan dan meninggalkan Melati begitu saja, Edwin sedikit takut kalau Melati dan ayahnya bisa saja berulah. Hanya dengan menyebarkan video pernikahan mereka saja, Edwin bukan hanya bisa kehilangan proyek ratusan juta sampai milyaran, dia juga akan kehilangan rasa hormat dari sesama pebisnis kalangan atas, hingga usaha yang dirintis oleh keluarganya terdahulu bisa saja hancur. Maka setelah itu terjadi, yang diuntungkan tentu saja Melati dan ayahnya yang keras itu.

Lagipula Edwin harus mencari tahu siapa pemilik benih yang kini tumbuh di rahim wanita yang mempunyai nama seperti bunga putih kecil yang harum, namun ternyata telah ternoda itu. Melati.

"Heh, ternyata hanya segitu saja nyalimu," sindirnya sambil merapikan tempat tidur yang tak terlalu berantakan. Sedangkan Edwin berdiri memperhatikannya.

"Jangan sok tahu jika kamu tidak tahu apa-apa. Semua itu bukan hanya karena ibuku. Setidaknya ada alasan lain yang memang tak seharusnya kamu ketahui. Lagipula awalnya aku memang tulus padamu. Kupikir kamu wanita suci yang di kirimkan Tuhan untukku. Tapi ternyata apa yang ku dapat? Zonk!"

Melati yang melipat selimut langsung menghentikan aksinya dan terdiam. Mata Lelaki itu menyipit sekilas, saat tak sengaja melihat wajah Melati yang sembab, seperti habis menangis semalaman.

"Apapun katamu," jawab Melati singkat sambil berlalu meninggalkan selimut yang teronggok begitu saja di bawah tempat tidur, dalam tatapan serius Edwin. Sebelum akhirnya pergi menuju ke kamar mandi dan membanting pintunya kasar hingga menimbulkan suara keras.

Edwin menghela nafas panjang. Kedua tangannya memegang erat besi pembatas di depannya yang tingginya hanya sebatas perutnya. Rahangnya mengeras dengan wajah yang terasa kaku. Sepanjang hidupnya, tidak pernah ada yang berani mengusik ataupun bertingkat kurang ajar padanya. Melati sia*an!

Jika perempuan lain, pasti dengan mudahnya akan terpesona dan luluh dengan pesona Edwin. Maka lain halnya dengan Melati, satu-satunya wanita yang tidak peduli padanya. Bahkan wanita itu tak segan-segan berkata ketus tanpa mau menghargainya sedikitpun.

"Seharusnya dia berterima kasih padaku, karena tidak membuatnya malu di hari pernikahannya kemarin. Meskipun

aku yakin akan ada banyak kejutan yang ku dapati setelah keluar dari rumah ini," batin Edwin bermonolog.

Diusapnya wajahnya yang terasa kaku. Dari kemarin hingga pagi ini, hidupnya dipenuhi dengan masalah yang datang tiba-tiba hingga membuat emosinya sulit untuk dikontrol.

"Aku sudah siap," ujar Melati sambil mendekat ke arah Edwin. Lelaki itu masih dalam lamunannya ketika dia berbalik dan melihat penampilan Melati yang terlalu seksi.

"Ya ampun, dasar wanita murahan! Tak bisakah kau berpakaian dengan baik? Cepat ganti bajumu dengan yang lebih tertutup. Atau kalau tidak, sebaiknya kau bujuk ayahmu agar tak memaksaku untuk membawamu!" Edwin berpaling cepat, merasa matanya ternoda karena ulah wanita itu.

"Kau! Arghh … dasar pria sial*n!" Melati menghentak-hentakkan kakinya karena kesal lalu membuka lemari baju dengan asal dan menarik gaun panjang dengan kasar hingga baju yang lainnya ikut jatuh.

*****

"Gimana, Mel, apakah suamimu jadi mengajakmu pergi pagi ini?" Wanita berdaster pendek dengan rambut sebahu itu mencium pipi anaknya lembut. Edwin yang berdiri di belakangnya memperhatikan dari jarak yang tidak terlalu jauh. Wanita itu adalah ibunya Melati yang kemarin berpenampilan tampak cantik dengan sanggul yang menghiasi kepalanya.

"Tentu saja, Ma, Edwin sekarang sudah menjadi suamiku dan kemanapun dia pergi, dia harus membawaku, bukan?

Lagi pula kami sudah merencanakan banyak hal kedepannya," tukas Melati cepat, sedikit melirik pada Edwin yang menatap dingin.

"Kamu memang pintar, Melati, tak heran banyak lelaki yang menyukaimu, bahkan sampai menanam saham di perutmu," gurau wanita itu yang langsung membuat wajah Melati merah padam.

Edwin yang mendengar pembicaraan itu langsung melengos meninggalkan mereka menuju ruang tamu dan duduk di sana, sambil memperhatikan banyak pesan yang masuk ke ponselnya sambil mendial nomor seseorang.

'Benar-benar keluarga yang aneh,' gumamnya tanpa sadar. Lalu setelah panggilan tersambung, dia pun segera berbicara kepada seseorang di seberang sana

"Cari tahu keluarga Melati dan Gunadi yang ada di desa tempat ibuku tinggal. Satu hal lagi, cepat jemput aku sekarang juga!" titahnya sambil menutup sambungan tanpa mau mendengar sepatah kata pun balasan dari sana. Edwin lalu mengirimkan lokasi tempatnya sekarang lewat smartphone miliknya.

****

"Kalian akan pergi sekarang juga? Mama pasti akan merindukanmu, Melati."

Melati mengangguk.

"Ya, makin cepat makin baik, bukan."

"Kamu benar, Mel. Setidaknya kamu sedikit aman jika tak berada di tempat ini."

"Tak ada tempat yang benar-benar aman untukku di dunia ini," sangkal Melati sambil menatap Edwin sekilas.

Dan rasanya melati tidak sabar untuk pergi dari tempat yang selama ini mengekang hidupnya bak seorang tahanan, yang membiarkan dirinya berkeliaran, namun dengan leher terjerat tali panjang, yang seolah harus pulang jika pemiliknya memerintah

"Kau benar, bagi sebagian orang hidup itu seperti neraka." Wanita itu mengecup pipi kiri dan kanan anaknya, membiarkan Edwin yang berdiri menunggu di halaman rumah, yang memperhatikan orang-orang Gunadi yang baru saja tiba.

Sedan berwarna hitam berhenti di halaman. Melati berdiri di tempatnya dan sedikit memuji kala seorang lelaki mempersilahkan Edwin masuk, dengan gerakan hormat. Dia menduga jika Edwin mungkin saja seorang manajer sebuah perusahaan atau karyawan biasa, dia tak peduli sedikitpun.

"Kamu hanya akan berdiri di sana? Atau mungkin berubah pikiran dan berat meninggalkan ibumu?"

"Kau pria yang tidak sabaran," cela Melati. Edwin menatapnya dingin saat Melati duduk di sampingnya.

"Dan kau adalah wanita yang tidak tahu malu," desis Edwin tanpa beban. Melati membuang muka, merasa geram dengan mulut tajam lelaki itu. Bahkan entah sudah berapa kali, dia mendengar kata itu sejak semalam.

Sementara Gunadi menatap kepergiannya dari kaca di lantai dua dengan tatapan tajam.

Keduanya terlibat perang dingin, hingga akhirnya sampai di tempat Ernawati yang sudah menunggu di halaman.

Edwin segera turun, tanpa Melati di sampingnya. Sebelumnya dia memperingatkan wanita itu agar tidak usah sok akrab dengan wanita pelindungnya. Bahkan Melati mendesis sinis kala sikap Edwin pada ibunya berbanding terbalik dengan sikap yang ditunjukkan pada dirinya.

'Dasar pria aneh!'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 99 Ending

    Bab 99Melati tertegun, entah apa yang ada dalam pikiran Edwin, namun ketika suaminya menyebut nama wanita tersebut, matanya melebar sempurna dengan tubuh seperti kaku. Melati yang mengerti raut wajah suaminya itu berubah pun, segera mengambil alih Giandra dan menyerahkannya kepada pengasuhnya."Siapa dia, Mas?" tanya Melati seakan tidak sabar ingin mengetahui siapa wanita yang di hadapannya itu. Dulu suaminya pernah berkata sakit hati saat ditinggalkan seseorang yang telah pergi, dan pikiriannya langsung mengarah ke sana."Michy, ke marilah, Nak. Ayo makan malam bersama dengan kami," ajak Candra. "Oh ya, kapan kamu kembali dari Korea?" Pria tua itu tidak mungkin melupakan siapa Michy bagi cucunya. Beberapa tahun yang lalu, Michy dan Edwin sempat berhubungan cukup lama. Michy juga adalah cinta pertama cucunya. Namun setelah tiga tahun menjalin hubungan, wanita itu memilih meninggalkan negaranya untuk tinggal di Korea sambil melanjutkan studi designnya di sana. Siapa yang menyang

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 98

    Bab 98Entah berapa lamanya mereka saling memadu kasih, hingga keduanya terlelap karena kelelahan.Saat Melati terbangun dari tidurnya, dia kaget karena Giandra tidak ada di box bayi miliknya.Wanita yang panik itu pun segera menggulung rambutnya dan mengikatnya ke atas dengan asal, lalu segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mengganti dengan pakaian yang baru.Buru-buru wanita itu keluar dari kamarnya untuk mencari putra semata wayangnya, dan saat turun ke ruang tamu, tempat itu remang-remang tanpa cahaya dan seluruh lampu nyaris dimatikan semuanya."Ya ampun dia mana Giandra berada?" ujarnya sambil menggigit ujung kukunya karena bingung. Melati pun menatap ke arah kamar Ernawati yang tertutup, kemudian disampingnya ada kamar Anita yang juga tertutup rapat. Dia sengaja didekatkan telinga ke salah satu kamar tersebut, namun hanya sunyi yang didapatnya."Melati, kenapa kamu menempelkan kupingmu di tengah malam seperti ini?" Jovan yang baru keluar dari dapur deng

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 97

    Bab 97Seketika berita itu menjadi trending di beberapa acara berita di Belanda, dan sampai ke telinga Edwin melalui sebuah pemberitahuan melalui telepon."Kami hanya ingin mengabarkan kepada anda, tentang kejadian kecelakaan yang telah menewaskan saudara Teguh Yogaswara. Keadaan tubuhnya hampir tidak berbentuk karena kecelakaan hebat itu, juga karena ledakan yang membuat jasadnya tidak sempurna. Apakah kami harus menerbangkannya ke Indonesia, atau anda lebih memilih kami memakamkannya di negara ini, mengingat untuk melewati imigrasi sangat sulit dilakukan, dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar!" Suara di seberang sana terus bergema membuat Edwin bingung, hingga suatu keputusan diambil oleh demi kemaslahatan bersama."Kakekku dan kami semua sudah mendengar berita itu sebelumnya dari media massa. Untuk itu, kami semua sudah kesepaka jika jasad Teguh lebih baik dikebumikan saja di Belanda, dan saya meminta pertolongan anda semua untuk mewakilinya, mengingat kami juga tidak bisa per

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 96

    Bab 96Duduk di tengah-tengah keluarga Candra Wijaya membuat hati Jovan menghangat, di mana dia bisa melihat senyum di wajah Ernawati dan Candra juga kehangatan kasih sayang antara Edwin dan Melati, yang disampingnya ada Kirana yang melirik sesekali ke arahnya dan menunduk seperti malu-malu.Setelahnya mereka menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol di ruang tengah. Layar televisi tayang sejak tadi menyala sama sekali tidak membuat mereka tertarik yang ada justru obrolan dan candaan layaknya keluarga besar.Setelah merasa sedikit bosan jumpa naik ke lantai atas di mana kamarnya berada kemudian duduk di balkon sambil menikmati cahaya malam yang indah. Langit bertaburan bintang dan dia duduk di atas kursi rotan sambil memandang ke atas. Kirana masuk setelahnya dan duduk di sampingnya."Sejak kapan, Jo?" Wanita itu tanpa bertanya tanpa mengalihkan pandangan ke samping di mana jawaban langsung melirik bingung ke arahnya."Apanya yang sejak kapan?" Kirana memanyunkan bibirnya."Bod*h!"

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 95

    Bab 95"Jadi, apakah menurut kakak, Jovan akan menerimaku, dengan keadaanku yang seperti ini?" Kirana mendesah berat. Dia melihat keadaan kakinya yang tak sempurna. Meskipun ragu, dia ingin mempertanyakan langsung kepada kakaknya, karena hanya pria itu yang mengerti keadaannya sekarang.Edwin mengangguk, lalu sebuah senyum terbit di bibirnya. Hatinya menghangat melihat senyuman di wajah Kirana."Karena hanya dia yang kakak lihat tulus mencintai kamu, Kirana. Makanya jangan ragu untuk menerima pria itu. Bukankah lebih baik dicintai, daripada mencintai, karena ujung-ujungnya hanya akan membuatmu sakit hati." Edwin mencoba memberi pengertian.Kirana cukup tertohok mendengar pernyataan dari kakaknya barusan."Kakak nggak pernah mendengar aku dan Bian bertengkar, kan?" tanyanya Karen Edwin seperti mengerti isi hatinya. Dia mencintai Bian dan ingin memilikinya. Naas, pria itu malah sebaliknya."Tentu saja tidak. Hanya saja kakak selalu melihat dia tidak pernah tulus mencintaimu. Bukankah

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 94

    Bab 94"Melati mana?" Satu kata yang ditanyakan oleh Ernawati ketika sudah sadarkan diri adalah menantunya. Erwin sendiri tidak ada di sana karena harus mengurusi kasus Gunadi di kantor polisi sementara Melati pulang ke rumah atas suruhan Jovan.Wanita itu sudah pulang ke rumah tadi jawaban yang menyuruhnya sepertinya wanita itu tengah bingung atau sedih entahlah apapun tidak tahu Bu memangnya ada apa atau mungkin ada yang kalian tutupi dariku mata Kirana memicing menatap Ernawati yang segera menggeleng wanita itu bukannya menjawab Allah menerawang memandang langit-langit kamar.Bu aku bertanya pada ibu loh kenapa ibu nggak mau menjawabnya apakah perempuan itu membuat masalah lagi di keluarga kita dan apakah ini juga yang menyebabkan Ibu tidak sadarkan diri jika memang demikian biarkan aku yang menghajar wanita itu atau kalau perlu aku akan menyeretnya ke jalanan sesegera mungkin." Kirana berkata dengan perasaan menggebu nyatanya setelah beberapa waktu berlalu bahkan setelah Edwin dan

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 93

    Bab 93"Jadi, Pak Gunadi mengakui segala tuduhan dan penyebab kecelakaan yang terjadi empat tahun yang lalu di Desa Sukmajaya itu?" tanya polisi itu untuk yang kedua kalinya."Iya, Pak. Saya mengakui semuanya. Dan saya merasa bersalah, serta saya bertanggung jawab atas segala kejadian waktu itu. Dan saya mengatakan hal ini dengan sesadar-sadarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi dan tanpa ada yang saya sembunyikan," ujarnya dengan kepala tertunduk. "Baiklah kalau begitu. Itu artinya menegaskan jika apa yang sudah saudara lakukan, anda sudah mengakui barusan, benar-benar murni dari dalam hati anda sendiri, tidak ada penekanan ataupun ancaman dari yang lainnya." Gunadi mengangguk lagi. Akhirnya dia melihat salahkah kalian sudah mengakui seluruh kejahatan di selama ini. Dan pasrah menjalani hukuman apapun yang akan ditimpakan kepada. Entah itu hukuman cambuk, hukuman tembak, ataupun hukuman mati yang akan dijalankannya. Tak mengapa, asal Gunadi merasa tenang menjalani sisa hidupnya.

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 92

    Bab 91Kali ini Edwin duduk dengan pandangan menunduk, merasakan sesaknya dada dan air mata yang tak kunjung berhenti dari matanya. Meskipun sebagai seorang lelaki sejati, dia sudah berusaha untuk menghalau butiran bening itu berulang kali, namun fakta dan kenyataan yang baru saja didengarnya itu, membuat jiwanya terguncang. Bahkan segala pikiran berkecamuk dalam kepalanya. Benci, marah, kecewa, semuanya bercampur jadi satu rasa.Sesuatu hal yang tidak bisa dibayangkan akhirnya terbuka begitu saja, setelah beberapa tahun menunggu. Dan kenyataan itu sekaligus mengguncang batinnya, di mana Edwin merasa perang sabil dengan keadaan fakta, juga tentang masa depan kehidupannya bersama dengan wanita, yang nyatanya mertuanya sendiri adalah seorang pembunuh dari ayahnya.Tak berbeda keadaannya dengan Edwin, Berulang kali Melati memejamkan matanya dengan menghela nafas panjang, hanya demi untuk meluapkan sebak yang ada dalam dadanya. Dia bagai terhimpit gunung, mendengarkan kenyataan yang dar

  • Tragedi Pernikahan Paksa   Bab 91

    Bab 91Padahal Edwin baru saja tiba di ruangan Jovan beberapa saat yang lalu. Dan dia langsung menggendong Giandra karena gemas dan merindukan bayi kecil itu, setelah seharian ditinggalkan untuk bekerja di kantornya. Tapi, kehadiran Gunadi langsung membuatnya mengernyit heran, menatap ke arah pria itu yang langsung bersimpuh di kakinya dengan matanya yang memerah."Ada apa denganmu, Ayah?" tanyanya sambil memberikan Giandra kembali pada istrinya.Melati pun ikut bingung melihat kelakuan Gunadi saat ini. Sekilas menatap ke arah Jovan yang tampak santai dan menatap ke arah pria itu, yang bersimpuh di bawah dengan dada naik turun."Sebelum aku masuk penjara demi untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanku, aku ingin memohon ampun dan meminta maaf kepadamu, Edwin, bahkan untukmu juga Melati. Karena itu ayah meminta maaf karena selama ini telah memperlakukanmu dengan tidak adil. Terlebih tindakan ayah di masa lalu kepada Edwin dan keluarganya, yang membuat suamimu itu menderita. Ay

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status