Share

04. Identitas Asliku

Penulis: Kurnia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 09:45:50

Aku mengernyitkan dahi. “Kamu terpukau dengan kerajaan yang telah merebut kemerdekaan kerajaanmu?” Tentu aku heran, dan tercengang.

“Ketika Kerajaan Eldoria menyerang Kerajaan Elysium yang dipimpin ayahku, aku berusia 5 tahun. Jadi, aku tidak merasakan dampak dari perang.” Marco tersenyum tipis, ia lanjut berbicara, “Aku bermain di dalam istana bersama pelayan.” Ia terkekeh sambil memainkan cincin yang ada di jari manisku.

“Lantas, kenapa kamu bisa terpukau?” tanyaku mengalihkan pendanganku ke arah lain. Aku tak kuat dengan pesona Marco, lelaki berusia 25 tahun ini sangat menawan.

“Kakak pertamaku, Julian. Yang waktu itu bergelar putra mahkota ikut berperang,” tutur Marco. “Setelah peperangan berakhir, kakak pertamaku menceritakan tentang kehebatan kekuatan militer Kerajaan Eldoria,” jelasnya.

Aku mengangguk mengerti. Dengan kata lain, Marco sangat percaya dengan apa yang diceritakan Tuan Julian.

“Sebagai penduduk asli Eldoria, aku merasa bangga. Yang Mulia Kaisar sangat hebat!” ujarku.

Karena perjalanan masih panjang, aku yang bosan, memutuskan keluar untuk memandang keindahan lautan. Marco mengikutiku, ia benar-benar tak membiarkanku sendirian.

***

Waktu berlalu, keesokan harinya, kapal yang kami tumpangi sampai di dermaga Eldoria. Kedatangan kami disambut baik oleh beberapa tentara angkatan laut yang langsung mengawal kami.

Aku agak terkejut mengetahui bahwa Marco cukup terkenal dan sangat dihormati oleh tentara kerajaan.

Aku tersadar dari lamunan ketika Marco menggandeng tanganku, dan mengajakku agar segera masuk ke dalam mobil.

“Mobil ini ....” gumamku.

“Mobil yang disiapkan rekanku,” sahut Marco mendengarku.

“Ah ....” Aku mangguk-mangguk.

Sebelum melajukan mobil, aku dan sopir saling memandang satu sama lain cukup lama.

“Antar kami ke Istana Rhys,” pintaku.

Sopir itu mengangguk patuh.

“Istana Rhys? Kedua orang tuamu tinggal di sana?” tanya Marco tertarik.

“Iya. Mereka tinggal di sana,” jawabku sekenanya.

Aku bersyukur saat Marco tak lanjut bertanya. Kami pun terhanyut dalam kesunyian yang menenangkan.

Akhirnya, hampir 30 menit perjalanan, mobil yang kami kendarai masuk ke dalam halaman Istana Rhys, setelah petugas membuka pintu gerbang. Baru saja aku turun dari mobil, aku langsung disambut meriah oleh para pelayan. Mereka mengerubungiku seperti semut yang memperebutkan gula.

“Nona kami pulang!”

“Senangnya!”

“Ya ampun ... Nona sudah dewasa! Cantik sekali!”

“Nona ... Nona sudah bisa mandi sendiri, ‘kan? Aku mengkhawatirkanmu ....”

Aku memutar kedua bola mataku malas ketika mendengar ocehan mereka yang saling bersautan. Berisik sekali.

Mereka seketika membisu saat Marco keluar dari dalam mobil.

“Ibu dan ayahku ada di rumah?” tanyaku pada salah satu pelayan.

“Iya!”

Aku tersenyum senang, dan meminta pelayan untuk memberitahu kedua orang tuaku, bahwa aku ... Putri kesayangan mereka telah kembali.

Aku menggandeng lengan kekar Marco, mengajak Marco masuk ke dalam istana. Marco tak mengatakan sepatah kata pun. Mungkin otaknya tengah berpikir mengenai siapa aku sebenarnya.

Aku dan Marco duduk di ruang tamu utama istana. Tak berselang lama, kedua orang tuaku muncul, aku langsung memberi hormat, lalu memeluk keduanya secara bergantian. Ibuku mengelus kepalaku, menyalurkan kerinduannya terhadapku.

Kami duduk bersama dengan Marco yang masih terdiam. Aku tertawa kecil melihat wajah tampannya yang tegang. Dia pasti sangat terkejut dengan pemandang manis yang aku dan kedua orang tuaku tunjukkan.

“Siapa pria yang kamu bawa? Temanmu? Atau ... Kekasihmu?” tanya ibuku sedikit meninggikan suaranya.

Aku memperkenalkan Marco sebagai calon suamiku. Respons kedua orang tuaku sesuai dengan dugaanku, mereka amat terkejut, terutama ibuku yang melempar tatapan membunuh ke arahku.

“Menikah! Kau akan menikah dengan pria yang tidak kami kenal?!” sungut ibuku.

“Ibu ... Jangan emosi dulu,” tegurku. “Tuan Marco bukan pria biasa. Beliau merupakan Kolonel Kadipaten Elysium, anak terakhir Keluarga Klaus, adik Duke of Elysium!” cerocosku menggebu.

“Huh?? Orang Elysium? Adik Duke of Elysium?” dengus Ibuku menyentuh keningnya, menunjukkan ketidaksukaannya. “Aduh ... Kepalaku pusing,” keluhnya memandang suaminya, Ayahku.

“Pernikahan antara bangsawan Eldoria dengan bangsawan Elysium belum pernah terjadi. Jika sampai terjadi, akan sangat menarik.” Ayahku berkomentar.

Benar, aku bukan seorang gadis yang asal-usulnya tidak jelas, tak seperti yang dikatakan ibu Lukas. Aku berasal dari keluarga bangsawan terkenal di Eldoria. Ayahku, Xandrian Anne George adalah Duke of Liba, sedangkan ibuku, Lady Magarete Huan George merupakan Duchess of Liba.

Aku sengaja tidak memberitahu Lukas tentang identitas asliku, maksudku ... Aku akan memberitahunya ketika ia datang ke sini untuk melamarku. Namun apa yang terjadi sekarang? Bukannya datang bersama Lukas, aku justru membawa adiknya.

Marco yang sedari diam, kini mulai berbicara. Dengan sangat sopan, ia secara pribadi memperkenalkan dirinya sendiri. Dan to the point, memintaku untuk menjadi pendamping hidupnya.

Aku sempat kagum melihat bagaimana Marco merayu, dan meyakinkan kedua orang tuaku. Marco berjanji tak akan membuatku kecewa, bersedih, ataupun menangis. Marco bahkan tak sungkan menyatakan rasa cintanya padaku.

“Nak Marco, niatmu sudah baik. Namun ... Putriku baru berusia 23 tahun. Masih banyak hal yang belum ia ketahui,” tutur Ibuku melunak.

“Saya akan mengajarinya banyak hal,” timpal Marco.

Kedua orang tuaku saling memandang satu sama lain. Kemudian ayahku berkata, “Pernikahan kalian bisa mempererat ikatan politik antara Kerajaan Eldoria, Kadipaten Liba, dan tentunya Kadipaten Elysium. Tapi ... Aku harus membicarakan ini kepada Kaisar telebih dahulu.”

Seperti biasa, Ayahku selalu bijak.

“Jika diizinkan, saya akan meyakinkan Kaisar, Yang Mulia,” ucap Marco menawarkan diri.

“Untuk saat ini, biar aku yang menemui Kaisar,” tandas Ayahku.

“Baik, Yang Mulia,” balas Marco sopan.

Ibuku mengakhiri obrolan dengan meminta Marco beristirahat. “Perjalanan jauh pasti melelahkan. Pelayan telah menyiapkan kamar untuku, Nak,” tutur Ibuku lembut.

Aku heran, bisa-bisanya ibuku menebar senyuman kepada Marco, padahal mereka baru bertemu.

“Saya akan pergi beristirahat,” pamit Marco sebelum mengikuti pelayan yang menuntunnya menuju kamar.

Setelah kepergian Marco, senyum di wajah Ibuku menghilang, berubah menjadi ekspresi marah. Ibuku memerintahkan pelayan untuk membawakan alat yang sering ia gunakan untuk memukulku.

“Selama 3 tahun kamu tidak pulang, dan hanya mengirim surat. Begitu pulang, malah minta menikah! Katakan! Apakah kamu sedang hamil?!” bentak Ibuku mengayunkan bulu angsa kecil ke kepalaku, dan memukul-mukul kepalaku menggunakan benda ringan tersebut.

Tentu aku tak merasakan sakit sedikipun. “Ibu ... Aku tidak hamil, kok!” sangkalku berkata jujur.

Ibuku menghembuskan napas kasar. Beliau menghentikan aksinya, lalu kembali duduk di sofa dengan anggun. Sedangkan ayahku berusaha menenangkan istrinya yang tantrum.

“Katakan, apa yang kamu lakukan selama 3 tahun ini? Dan ... Apakah kamu benar-benar mengikuti Dokter Kerajaan bekerja?” cecar Ibuku tak menghilangkan tatapan sengit untukku.

Awalnya, aku datang ke Elysium untuk membantu Dokter Kerajaan mengobati pasien, sekaligus belajar, karena aku memang salah satu murid Dokter tersebut. Namun, aku justru bertemu dengan Lukas, dan jatuh hati padanya. Aku pun mengubur mimpiku menjadi Dokter, dan fokus membantu Lukas mencapai cita-citanya.

Aku meninggalkan sekolah kedokteranku, demi beralih ke sekolah politik, dan sejarah, tanpa sepengetahuan keluargaku.

“Jangan diam! Atau aku akan memukulmu lagi!” murka Ibuku mulai mengancam.

“Aku ... Belajar politik, Bu ....” jawabku lirih. Baiklah ... Aku takut mengecewakan kedua orang tuaku.

“Apa kamu bilang! Kamu? Belajar politik! Hey! Kamu ini wanita! Tidak boleh berpolitik!” geram Ibuku bangkit dari duduknya, dan memukul kepalaku menggunakan bulu angsa.

“Maafkan aku, Bu ... Aku janji, aku akan melanjutkan sekolah kedokteranku ....” mohonku menangis.

Aku tidak berpura-pura, aku menangis sungguhan. Aku meresa bersalah karena telah membohongi kedua orang tuaku.

“Huh ... Sungguh membuat kesal!” dengus Ibuku meletakkan bulu angsa di atas meja. “Lantas, apa alasanmu mau menikah dengan tentara?” tanya ibuku setelah menarik napas dalam-dalam.

“Aku ... Juga tidak tahu,” jawabku lirih.

Ibuku naik pitam lagi. “Apa kamu bilang! Kamu beneran mau aku pukul sampai mati?!”

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 06. Malam Panas di Hari Pernikahan

    Kami menikah dua hari kemudian, di sebuah gereja terbesar yang berada di wilayah Kerajaan Eldoria. Aku mengenakan gaun yang luar biasa indah. Bukan sekadar gaun pengantin, tapi sebuah karya seni. Saat aku memakainya, rasanya seperti mengenakan langit bertaburan bintang.Bunga-bunga kecil berkilauan, seperti embun pagi yang memantulkan cahaya matahari, tersebar di seluruh permukaan gaunku.Potongan V-neck yang elegan menonjolkan tulang selangkangku, sementara lengan panjangku memberikan sentuhan anggun dan klasik. Rok gaunku mengembang, seakan-akan aku melayang di atas awan, ringan dan bebas. Di hari pernikahanku ini, aku bukan hanya seorang pengantin wanita, tapi seorang putri dalam dongeng, bersinar dalam gaun yang tak terlupakan. Di hadapanku, Marco berdiri dengan gagah perkasa. Tidak bisa berbohong, aku sempat terpesona olehnya yang merupakan seorang Perwira dengan pangkat Kolonel.Marco menatapku dengan penuh cinta. Aku p

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 05. Restu dan Tekat Pewaris Asli

    “Sayang ... Sabarlah ....” Ayahku mengelus paha Ibuku, berusaha menenangkan Ibuku. “Cinta bisa datang kapan pun, tak memandang siapa, dan di mana. Sama seperti cinta kita,” terang Ayahku dengan nada rendah.Ibuku menundukkan kepalanya sejenak, lalu memandangku nanar. “Aku sangat takut anakku kesepian karena menikahi tentara,” ungkap Ibuku. “Tentara, selalu berada di garis depan ketika perang,” gumamnya masih bisa aku dengar.Aku memahami kekhawatiran ibuku.“Aku berencana untuk menikahkanmu dengan saudagar kaya. Menjauhkanmu dari kejamnya hierarki ini,” tutur Ibuku.Aku tersenyum. “Ibu ... Bagaimana mungkin aku bisa lari dari sistem? Aku lahir sebagai keponakan Kaisar. Sejak kecil, teman bermainku bukan orang biasa, melainkan putra mahkota,” tukasku. “Aku tidak ingin berpolitik, karena kerajaan melarang wanita ikut berpolitik. Aku hanya sekedar mempelajarinya saja.”Aku melihat Ibuku menautkan jemarinya, menandakan jika beliau cemas. Sedangkan Ayahku tampak bangga padaku. Sepertinya,

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   04. Identitas Asliku

    Aku mengernyitkan dahi. “Kamu terpukau dengan kerajaan yang telah merebut kemerdekaan kerajaanmu?” Tentu aku heran, dan tercengang.“Ketika Kerajaan Eldoria menyerang Kerajaan Elysium yang dipimpin ayahku, aku berusia 5 tahun. Jadi, aku tidak merasakan dampak dari perang.” Marco tersenyum tipis, ia lanjut berbicara, “Aku bermain di dalam istana bersama pelayan.” Ia terkekeh sambil memainkan cincin yang ada di jari manisku. “Lantas, kenapa kamu bisa terpukau?” tanyaku mengalihkan pendanganku ke arah lain. Aku tak kuat dengan pesona Marco, lelaki berusia 25 tahun ini sangat menawan. “Kakak pertamaku, Julian. Yang waktu itu bergelar putra mahkota ikut berperang,” tutur Marco. “Setelah peperangan berakhir, kakak pertamaku menceritakan tentang kehebatan kekuatan militer Kerajaan Eldoria,” jelasnya.Aku mengangguk mengerti. Dengan kata lain, Marco sangat percaya dengan apa yang diceritakan Tuan Julian.“Sebagai penduduk asli Eldoria, aku merasa bangga. Yang Mulia Kaisar sangat hebat!” uj

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 03. Tak Butuh Restu Tuan Duke

    Kesepakatan telah terjalin, kami memutuskan untuk menikah. Namun, sebelum itu, kami membutuhkan restu dari keluarga kami.Selepas pesta pernikahan Lukas dan Clara, setelah semua tamu undangan pulang, lebih tepatnya pada jam 10 malam, Marco meminta Nyonya Emilia dan Lukas untuk berkumpul di ruang keluarga utama. Melihatku, Lukas mendengus kesal, menunjukkam ketidaksukaannya terhadapku."Kami akan menikah," tegas Marco. Tentu pernyataan lantang Marco mengejutkan mereka berdua. Lukas langsung mencemooh Marco dengan mengatakan bahwa Marco gila, dan bodoh. "Anakku Marco ... Tidak ada wanita lain, kah? Kenapa kamu ingin menikahi wanita dari kalangan bawah?" cecar Nyonya Emilia memandang nyalang ke arah Marco. "Kakakmu saja tak sudih bersama wanita ini," imbuhnya menatapku sinis. "Lantas?" tantang Marco. "Aku hanya memberitahu kalian, bukan meminta izin atau restu kalian," tuturnya santai. Aku terkejut, tak menyangka jika Marco berani bertingkah tak sopan pada ibu dan kakaknya. Aku jadi

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 02. Tawaran Pernikahan Dari Kolonel

    "Pernikahan demi kepentingan tidak lah buruk," timpal Marco membuatku tercengang bercampur heran. Aku tergelitik. Seorang Kolonel, mengajakku menikah hanya untuk mengetahui, apa yang terjadi dengan kakak pertamanya. Padahal Marco bisa mencari tahu sendiri, tanpa bantuanku. "Tuan Marco kaku sekali, sampai menikah tanpa cinta pun tak masalah." Aku mencoba mencairkan suasana. "Cinta bisa datang kapan saja," sahut Marco. Dia pasti mengira jika candaanku barusan adalah sesuatu yang serius.Aku ingin masuk ke dalam rumahku, tapi Marco sama sekali tak membiarkanku untuk beranjak. Sebenarnya, apa yang ada di kepala Marco? Kami berdua saling diam dan hanya memandang satu sama lain cukup lama, sampai akhirnya Marco bersuara. Ia mengatakan bahwa kematian Tuan Julian tak masuk akal, ibunya dan Lukas juga tak menjelaskan apa-apa. Aku menghembuskan napas panjang, sudah terlalu lelah dengan hari ini. Aku ingin melepas penat dengan rebahan di kasurku yang mungil dan empuk. Kapan Marco mau melepa

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 01. Luka Yang Mengejutkan

    Sambutan meriah rakyat berikan pada Lukas, Duke baru Kadipaten Elysium. Pria tampan berusia 27 tahun itu mendapatkan gelar tertinggi setelah kakaknya, Tuan Julian meninggal akibat sakit.Melihat Lukas menebar senyum, sembari melambaikan tangan kepada rakyatnya, membuatku ikut tersenyum senang.Sebagai kekasih yang menemani Lukas selama 3 tahun, aku merasa sangat bangga dengan keberhasilannya. Namun ... Kebahagiaanku sirna begitu saja saat aku melihat wanita lain berdiri di samping Lukas, dan diperkenalkan sebagai calon Duchess, pendamping Lukas, wanita yang akan dinikahi oleh kekasihku.Tanpa sadar, air mataku jatuh. Aku menyentuh dadaku yang terasa sesak. Lukas ... Tidak menganggapku? Ingin sekali aku menghampirinya, menginterupsinya. Tapi aku tak ingin menghancurkan hari istimewa Lukas. Hari yang telah lama dinanti olehnya.Aku terdiam sambil menatap lurus kekasihku yang sedang bercanda gurau bersama wanita itu, dan ibunya yang sangat membenciku ... Setelah perayaan berakhir, barul

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status