Home / Urban / Transaksi Cinta Bersama Kolonel / 04. Terkuak Identitas Asliku

Share

04. Terkuak Identitas Asliku

Author: Kurnia
last update Last Updated: 2025-05-02 09:45:50

Mengagumi Kaisar dari Kerajaan Eldoria?

Cukup aneh. Mengapa?

Dahulu, Elysium adalah sebuah kerajaan makmur yang dipimpin oleh Raja, dari keluarga bangsawan, Keluarga Klaus.

Hasil minyak bumi yang melimpah, dan tanah yang subur, membuat Kerajaan Elysium diincar semua penguasa, termasuk Kaisar Kerajaan Eldoria.

Pada akhirnya Kerajaan Eldoria berhasil menguasai Kerajaan Elysium, melengserkan Raja, dan menjadikan Elysium sebagai salah satu wilayah kesemakmuran.

Jika Kerajaan Elysium masih berdiri kokoh, Marco akan bergelar pangeran terakhir, dan Lukas... Dia akan menjadi Raja, menggantikan Tuan Julian.

"Kenapa Tuan mengagumi kekuasaan yang meruntuhkan Kerajaan Elysium?" tanyaku, penuh selidik.

Marco memainkan cincin di jarinya, lalu ia menjawab, "Aku tak bisa memberitahumu sekarang."

Aku memanyunkan bibir. Tapi aku bisa mengerti. Lagipula, kita tidak dekat. Jadi, wajar jika Marco membatasi.

"Tuan Marco, aku ingin istirahat," ucapku, merasa lelah.

"Ayo kita tidur bersama."

***

Waktu berlalu, keesokan harinya, kapal yang kami tumpangi sampai di dermaga Kerajaan Eldoria.

Kedatangan kami disambut baik oleh beberapa tentara angkatan laut yang langsung mengawal kami.

Aku agak terkejut mengetahui bahwa Marco cukup terkenal dan sangat dihormati oleh tentara kerajaan.

Karirnya di dunia militer, pasti luar biasa.

Marco mengajakku masuk ke dalam mobil yang telah disiapkan oleh pihak kerajaan.

"Ke mana kita pergi? Kadipaten Liba, atau istirahat dulu di ibu kota?" tanya Marco.

"Kedua orang tuaku sedang ada di istana Rysh. Kita langsung ke sana saja," kataku.

Minggu lalu aku mendapat surat dari ibuku. Beliau bilang, akan tinggal di istana Rysh selama dua bulan.

Mengingat, sebentar lagi Kaisar ulang tahun.

"Antar kami ke istana Rhys," perintah Marco pada sopir.

Sopir itu mengangguk patuh, sebelum melajukan mobil.

"Apa yang dilakukan calon mertuaku di istana Rysh?" tanya Marco, sepertinya ia tertarik.

"Itu... Nanti Tuan juga tahu sendiri." Aku sengaja tak menjawab dengan serius. "Yang pasti, Tuan harus bisa membuat mereka merestui hubungan kita," imbuhku.

Aku mengelus punggung tangan Marco, dan Marco membalasnya dengan menggenggam tanganku.

Aku yang awalnya menggoda, malah salah tingkah sendiri.

"Aku sudah tidak sabar bertemu mereka," ucap Marco, tersenyum tipis.

Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela. "Semoga orang tuaku, menyukaimu," gumamku.

***

Setengah jam kemudian.

Mobil yang kami tumpangi masuk ke dalam halaman istana Rhys, setelah petugas membuka pintu gerbang.

Baru saja aku turun dari mobil, aku langsung disambut meriah oleh para pelayan.

Mereka mengerubungiku seperti semut yang menemukan gula.

"Tuan Putri kami pulang!"

"Sunggu?? Senangnya!"

"Astaga! Nona sudah dewasa! Cantik sekali!"

"Nona... Siapa yang melayanimu di Elysium? Kami sangat mengkhawatirkanmu...."

Ocehan mereka yang lebay, membuatku malas.

Mereka baru berhenti ngoceh saat melihat Marco keluar dari mobil.

"Si-siapa? Tampan sekali...."

"Gagahnya...."

"Rambutnya pirang.... Aduh, bikin rahimku hangat."

Aku menghembuskan napas lelah saat mereka justru terpesona dengan Marco.

Aku menepuk pundak salah satu pelayan, dan menanyakan apakah ibuku ada di istana atau tidak.

Pelayan itu mengiyakan.

"Tolong beri tahu kedua orang tuaku, jika aku... Anak kesayangan mereka, telah kembali," pintaku, tersenyum ramah.

Dengan antusias, beberapa pelayan masuk ke dalam istana.

"Apakah kamu...." Marco tak melanjutkan kalimatnya.

"Ayo... Kita bertemu orang tuaku," ajakku, menggandeng lengan kekar Marco.

Aku mengajak Marco masuk ke dalam istana.

Marco hanya diam dan menurut. Mungkin otaknya tengah berpikir mengenai siapa aku sebenarnya.

Aku dan Marco duduk di ruang tamu utama istana.

Tak berselang lama, kedua orang tuaku datang.

Aku langsung memberi hormat, lalu memeluk keduanya secara bergantian.

Ibuku mengelus kepalaku, menyalurkan kerinduannya terhadapku.

Sambil memasang wajah bingung, Marco juga memberi hormat pada kedua orang tuaku.

Kami pun duduk bersama.

"Siapa pria yang kamu bawa? Temanmu? Atau... Kekasihmu?” tanya ibuku, seakan mencurigaiku.

Dengan sopan, Marco memperkenalkan dirinya sebagai putra terakhir keluarga Klaus. Adik dari Duke of Elysium.

Kedua orang tuaku sangat terkejut. Mereka pun membalas dengan memperkenalkan diri. Dan... Marco jauh lebih terkejut.

Terbukti dengan dirinya yang melotot.

"Ibu... Kami akan menikah," kataku, mengalihkan perhatian.

"Apa?" Untuk kesekian kalinya kedua orang tuaku terkejut.

"Kamu ini! Kamu pergi dari rumah untuk menuntut ilmu kedokteran. Sekarang... Pulang-pulang mau menikah?" Ibuku mengomeliku.

"Hmph... Memangnya kamu sudah menjadi Dokter?" sungutnya.

Aku buru-buru menyentuh tangan Ibuku, dan merayunya.

"Yang Mulia, saya sangat menyukai putri anda. Tolong beri saya kepercayaan," pinta Marco, nada suaranya merendah.

Wajah gahar Ibuku seketika berubah melembut.

"Nak Marco, kamu tampan dan sopan sekali," puji Ibuku.

"Izinkan saya membuktikan bahwa saya layak menjadi pendamping putri anda." Marco berusaha mengambil hati ibu dan ayahku.

Ibuku menghela napas pelan, lalu berkata, "Gisela adalah anak kedua Duke of Liba. Anak kesayangan kami. Putri kebanggaan pamannya, Yang Mulia Kaisar," tutur Ayahku, baru bersuara.

Aku bukanlah wanita yang asal usulnya tidak jelas, tak seperti yang dikatakan ibu Lukas.

Aku berasal dari keluarga bangsawan terkenal di Kerajaan Eldoria

Ayahku bernama Xandrian Anne George, beliau merupakan Duke of Liba. Orang paling beruasa di Kadipaten Liba.

Sedangkan ibuku, belau bernama Lady Magarete Huan George, yang merupakan Duchess of Liba.

Ibuku juga, adik kandung dari Kaisar Kerjaan Eldoria.

Dalam artian lain, aku ini keponakan Yang Mulia Kaisar.

Aku memang sengaja menyembunyikan identitas asliku saat aku pindah ke Elysium.

Selain untuk melindungi keselamatanku, aku juga ingin merasakan hidup layaknya orang biasa.

Eh... Aku malah diinjak-injak oleh Lukas dan ibunya.

"Pernikahan antara bangsawan Eldoria dengan bangsawan Elysium belum pernah terjadi. Sungguh menarik," kata Ayahku, tersenyum ramah pada Marco.

"Nak Marco, aku menerima niat baikmu," ucap Ibuku.

Apa? Ibuku memberi restu begitu saja? Padahal Ibuku bukan tipe orang yang mengizinkan orang asing masuk ke dalam lingkaran hidupnya.

"Suatu kehormatan, mendapat restu dari Yang Mulia Duchess," balas Marco menundukkan kepala patuh.

Aku melempar tatapanku pada ayahku. "Ibu sudah memberi izin. Bagaimana dengan Ayah? Mau merestui kami?" Aku agak mendesak ayahku.

Ayahku sempat memandang Ibuku beberapa detik, sebelum beliau berkata, "Aku akan berbicara pada Kaisar terlebih dahulu."

Aku mengangguk mengerti. Pernikahanku dengan Marco, pasti akan mempengaruhi keadaan politik antara Eldoria dan Elysium.

"Yang Mulia, maafkan kelancanganku," ucap Marco, menarik atensi kami.

"Apabila Yang Mulia Kaisar tidak berkenan dengan pernikahan lintas budaya, izinkan saya mencium kaki Yang Mulia Kaisar," tandas Marco, tanpa ragu.

Sontak kami terkejut.

"Nak Marco... Putriku pasti sangat membuatmu jatuh hati," tutur Ibuku, sepertinya terharu.

"Nak Marco, bersantailah. Aku yang akan meyakinkan kakak iparku," kata Ayahku.

"Yang Mulia sangat baik," puji Marco, menurut.

Ibuku mengakhiri obrolan dengan meminta Marco beristirahat.

Setelah Marco pergi ke kamarnya, dan Ayahku pergi menemui pamanku, Ibuku mengajakku mengobrol berdua di kamarku.

"Jelaskan semuanya, apa yang kamu lakukan selama tiga tahun di Elysium?" Wajar jika Ibuku menuntut penjelasan.

"Dan... Apakah kamu benar-benar mengikuti Dokter Kerajaan bekerja?" cecarnya, tak menghilangkan tatapan sengitnya untukku.

Aku pun menceritakan segalanya pada Ibuku, termasuk tentang diriku yang menyamar sebagai orang biasa.

Pada awalnya, aku datang ke Elysium untuk membantu Dokter Kerajaan mengobati pasien, sekaligus belajar.

Akan tetapi, di tengah proses belajar itu, aku bertemu dengan Lukas, dan jatuh hati padanya.

Demi Lukas, Aku mengubur mimpiku menjadi Dokter, dan fokus membantunya mencapai cita-citanya.

Aku beralih haluan dengan mengambil sekolah politik, dan sejarah. Tentu, tanpa sepengetahuan keluargaku.

Ibuku menghembuskan napas lelah, begitu aku selesai bercerita.

"Menjadi Dokter adalah impianmu sejak kecil," kata Ibuku, mengingatkanku.

Aku menundukkan kepala, rasa bersalah menggelayuti hatiku.

"Sekarang jawab jujur, apakah kamu benar-benar ingin menikahi Nak Marco?" tanya ibuku, mengelus pundakku lembut.

"Tuan Marco sangat baik. Saat mengajakku menikah, beliau tidak memperdulikan statusku," jawabku, eh... Kenapa aku memuji Marco?

"Kalau begitu, setelah menikah. Kamu harus membalas perlakuan buruk Duke of Elysium," tandas Ibuku, menatapku dalam.

Aku tak menyangka, Ibuku... Mendukungku.

"Janji! Aku akan membuat Lukas menyesal!"

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 28. Ketakutan Mertua Kejam

    Sembari memasang ekspresi gelisah, Nyonya Emilia Mondar-mandir tak tentu arah di hadapan Clara. Kelakuannya membuat Clara bingung sekaligus bertanya-tanya. "Ibu... Berhentilah bergerak," pinta Clara, yang lama-lama pusing mengikuti ke mana arah ibu mertuanya melangkah. Dengan gusar, Nyonya Emilia duduk di sofa yang berada di seberang Clara. "Ibu kenapa? Semenjak pulang dari rumah sakit, ibu terlihat tidak tenang. Apa yang sebenarnya terjadi pada Gisela? Apakah lukanya sangat parah? Kenapa dia tak kunjung pulang?" cecar Clara, mengeluarkan semua pertanyaan yang selama ini ia tahan. "Apakah Lukas tidak memberitahumu soal keadaan Gisela?" Bukannya menjawab, Nyonya Emilia justru balik bertanya. Clara mengerucutkan bibirnya. "Lukas sudah memberitahuku. Tapi... Kenapa Ibu terlihat tidak tenang? Bahkan Ibu kehilangan nafsu makan Ibu... Apakah Ibu mengkhawatirkan Gisela?" Dengan cepat Nyonya Emilia menyangkal jika dirinya mengkhawatirkan Gisela. Ia justru senang karena orang yang pa

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 27. Terbangun, tapi Lupa Ingatan

    Cahaya putih redup menyelinap dari sela-sela tirai, menari lembut di langit-langit ruangan. Perlahan, Gisela membuka kedua matanya. Dunia di sekitarnya tampak kabur, seperti dilihat dari balik kaca buram. Ia mengerjap pelan, mencoba menangkap bentuk-bentuk di sekelilingnya, tetapi hanya siluet-siluet samar yang menjawab tatapannya. Tubuh Gisela terasa berat, seolah seluruh sendi memutuskan untuk tak bekerja sama. Ketika ia mencoba mengangkat tangannya, hanya sedikit getaran lemah yang muncul. Sakit di kepala datang bagai gelombang, tajam dan menyambar dari pelipis ke belakang kepala. Gisela meringis, napasnya tercekat. "Aku.... Masih hidup?" bisiknya pelan, hampir tak terdengar. Langit-langit putih, aroma antiseptik, suara pelan mesin monitor, semuanya perlahan masuk dalam kesadarannya. Gisela tidak tahu di mana ia berada. Yang ia tahu hanyalah satu hal, ini bukan kamarnya. Bukan rumahnya. Dan ia tidak sendirian. Dari sudut pandang terbatas, Gisela bisa melihat seseorang du

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 26. Awal Mula Pertemuan

    3 tahun lalu. Udara berbau asap dan darah memenuhi jalanan Kadipaten Elysium bagian barat. Bangunan-bangunan hancur, jeritan dan tangisan memenuhi telinga. Kerusuhan yang dahsyat tengah melanda wilayah ini, menghancurkan kehidupan warga sipil yang tak berdosa. Gisela, seorang relawan sekaligus pelajar kedokteran, menginjakkan kaki di Elysium untuk pertama kalinya. Ia mengenakan seragam yang sederhana. Wajahnya penuh keprihatinan. Gisela tak sendirian, ia datang bersama para seniornya untuk membantu para korban. Di tengah hiruk pikuk evakuasi dan pertolongan pertama, tiga tentara masuk ke dalam tenda medis. Dengan posisi, dua tentara membopong satu tentara yang terluka parah. "Lekas selamatkan Tuan Marco!" perintah tentara lain, mendesak agar orang yang ia bawa diutamakan. Melihat kondisi Marco yang tubuhnya dipenuhi luka, Gisela bergegas mendekati pria muda itu. Dengan perlahan, Gisela membuka seragam yang dikenakan Marco, lalu mulai mengobati luka yang terpajang di tubuh s

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 25. Apakah Aku Mati?

    "Kamu pasti bingung, kok aku bisa tahu?" ledek Nela. "Itu karena... Aku masih menjalin hubungan romantis dengan Marco, suamimu," bisiknya, sembari memajang ekspresi mengejek. Seketika tubuhku menegang. Rasanya seperti deja vu. Mungkinkah, Marco sama saja dengan Lukas? Hanya ingin memanfaatkanku, lalu menghempasku layaknya debu. "Lady Nela sangat cocok bersanding dengan Tuan Marco. Kenapa kalian berpisah?" Aku menoleh ke seseorang yang berkomentar. "Kamu lebih pantas menjadi pendamping Tuan Marco," timpal lainnya. Karena terlalu tekun memikirkan pernyataan Nela, serta ocehan-ocehan wanita di sekeliling kami yang mendukung Nela, kepalaku jadi sakit. Sambil menyentuh dahi, aku berlalu menuju kamar mandi untuk menenangkan diri. Setelah berhasil menghilangkan kegelisahanku yang bergelora, aku memantapkan langkahku kembali ke pesta, berharap bisa menanggapi kejutan-kejutan dari Nela dan Clara dengan baik. Namun, langkahku terhenti di ambang pintu raksasa saat kedua mataku melihat M

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 24. Lady Nela, Kejutan Untukku

    Jantungku berdebar kencang karena adrenalin yang memacu. Di tengah keberanianku yang kini menjadi pusat perhatian, aku bisa merasakan hawa menghakimi dari para bangsawan yang berbisik, membicarakanku. Tapi yang membuatku sedikit merinding adalah tatapan dingin, tajam, dan penuh kebencian dari Yang Mulia Duke Lukas. Ia berdiri tepat di depanku. Sosoknya yang gagah dan berwibawa seakan memancarkan aura ancaman. Tatapan Lukas begitu menusuk, seolah-olah aku adalah hama yang harus segera dibasmi. Lukas melirik ibunya, Nyonya Emilia, ia memberi isyarat halus padanya agar mengusirku dari pesta. Tanpa membuat Lukas menunggu, Nyonya Emilia dengan anggunnya mendekatku. Begitu sampai di dekatku, tangannya terulur untuk menarikku. Namun, sebelum tangannya menyentuh lenganku, sebuah tangan lain lebih dulu mencegat. Tangan ramping milik Clara, menantu kesayangan Nyonya Emilia, yang entah sejak kapan ia ada di sampingku. "Ibu, serahkan tamu undangku, kepadaku," pinta Clara, bersuara lembut.

  • Transaksi Cinta Bersama Kolonel   Bab. 23. Pesta dan Pidato Aneh Lukas

    Pupil mata Nyonya Emilia sempat mengecil, sebelum kembali normal. Wanita tua di hadapku jelas-jelas sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. "Ibu... Tidak melihat Angelia, ya?" tanyaku, sekali lagi. "Angelia sudah aku usir. Dia tidak akan pernah menunjukkan batang hidungnya lagi," jelas Nyonya Emilia, setelah menarik napas dalam. Tunggu, maksudnya diusir itu apa? Dibunuh kah? "Jadi, Ibu telah menegurnya? Baguslah, sudah tidak ada orang yang berbicara sembarangan mengenaimu lagi, Ibu," timpalku, bersyukur. "Cih, setelah kejadian ini, kamu pikir kita dekat? Tentu tidak. Aku tetap tidak menyukaimu," tegas Nyonya Emilia, masih jijik denganku. Aku hanya diam, sambil menundukkan kepalaku. Tidak ada kalimat yang tepat untuk aku keluarkan saat ini. "Aku akan mengawasimu mulai detik ini. Apabila tersebar rumor tak mengenakkan mengenai diriku, orang pertama yang aku curigai adalah dirimu. Dan aku tidak akan segan-segan menghukummu." Nyonya Emilia mengancamku. "Ibu... Aku tidak akan pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status