Share

14. Sugar deddy and baby sugar

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-02 06:50:39

Yukine menyilangkan kedua kakinya, menyandarkan punggungnya pada tembok rumah sakit yang dingin sedangkan tangannya sibuk membalas pesan dari Khia Na.

"Belum takdirnya kalian dipertemukan."

"Aku hanya penasaran apa yang dilakukannya di rumah sakit dan juga mengapa selama ini mengabaikan aku setidaknya hubungin aku dengan nomor barunya jika dirinya ganti nomor." Khia Na mengomel dalam obrolan mereka bahkan Yukine membaca tulisan itu menggunakan nada bicara yang digunakan oleh Khia Na.

Yukine mengantongi kembali ponselnya dan kini kembali menatap dua laki-laki yang masih terus berdiskusi tentang dirinya menggunakan hasil CT scan miliknya padahal dokter Halaong sudah mengatakan tidak menemukan apapun semua normal dan baik-baik saja.

"Ayah," panggil Yukine pelan namun membuat kedua laki-laki itu menoleh bersamaan.

"Aku lapar," imbuhnya membuat Bumantara tidak berdaya untuk berpamitan dengan dokter Halaong.

"Sayangnya aku masih ada jam kerja jika tidak aku akan terima tawaran mu untuk makan bersama," ungkap dokter Halaong sebelum pasangan ayah dan anak itu keluar.

"Sampai jumpa," sahut Bumantara sambil mengangkat tangannya.

"Sampai jumpa."

Bumantara dan Yukine keluar dari rumah sakit dan menuju ke pusat perbelanjaan yang hanya butuh beberapa menit saja.

"Ingin makan apa?"

"Apapun."

"Bagaimana dengan ramen?" Bumantara menyarankan.

"Ok."

Ketika keduanya masuk ke dalam restoran jepang itu kebetulan setelah memesan Bumantara bertemu dengan salah satu kliennya. Setelan bertukar beberapa patah kata laki-laki itu akan pergi namun sebelum pergi mengatakan hal yang tidak dipahami oleh Bumantara.

"Seleramu cukup bagus," ungkap laki-laki itu setengah berbisik kemudian pergi.

"Selera apa?" Bumantara bingung selera tentang apa namun pandangan laki-laki itu tertuju pada Yukine yang duduk manis menunggu pesanan.

"Apa maksudnya?" Bumantara masih tidak mengerti arah pembicaraan laki-laki yang telah pergi itu.

"Ayah tidak mengerti?" Yukine menatapnya.

"Memangnya apa?"

Yukine mengambil napas panjang sebelum menjelaskan. "Laki-laki itu menganggap jika kita punya hubungan lain."

"Hubungan apa? Aku mengatakan padanya jika kamu putriku."

"Namun dia tidak percaya. Dia menganggap jika aku ini peliharaan mu."

"Memangnya kamu hewan? Di pelihara."

Yukine membuang napasnya karena ayahnya tidak juga paham. "Ayah itu sugar deddy dan aku baby sugarnya."

"Apa? Bisa-bisanya dia berpikiran kotor seperti itu," ungkap Bumantara tidak percaya sambil menoleh ke arah dimana laki-laki itu pergi meskipun orang itu susah tidak ada.

"Itu tidak sepenuhnya salahnya karena lihatlah sekitar banyak orang yang berpikiran sama dengannya."

Sejak saat itu Bumantara melihat sekitar banyak orang melihat ke arah mereka meskipun hanya sekilas tatapan mereka awalnya tidak dipedulikannya namun ketika Yukine menyadarkan mau tidak mau Bumantara juga berpikir kritis.

Makanan mereka datang dan mulai menyantapnya, seorang laki-laki setengah baya dengan seorang gadis yang sangat cantik duduk berhadapan menikmati makanan mereka.

"Memangnya sekarang seorang ayah tidak boleh keluar dengan putri mereka kenapa semua orang melihat penuh minat kemari?" ucap Bumantara disela-sela makannya.

"Karena sekarang banyak gadis yang ingin hidup enak tanpa banyak usaha dengan memanfaatkan om om kesepian ataupun hidung belang."

"Apakah selama ini aku terlalu sibuk hingga tidak tahu hal seperti ini?"

"Baguslah, lingkungan ayah berarti bagus. Mungkin juga orang-orang di sekitarmu menyembunyikannya dengan baik."

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku bermain api seperti itu pasti aku dicincang oleh ibumu." Bumantara tertawa kecil kemudian tertawa lepas setelahnya, membayangkan bagaimana wanita itu murka.

Awalnya Yukine juga ikut tertawa pelan namun ketika memikirkannya tiba-tiba Yukine menjadi serius.

"Jangan ayah," ucap Yukine serius.

"Jangan apa?" sahut Bumantara masih dengan sisa-sisa tawanya.

"Jangan melakukan hal-hal berbahaya aku tidak ingin ada hal buruk, jika kalian bertengkar dan berpisah bagaimana denganku aku tidak ingin hidup seperti itu." Perkataan Yukine sangat serius sampai Bumantara berhenti tertawa dan terdiam melihatnya.

"Aku tidak ingin kalian bercerai."

Melihat keseriusan yang ditujukan oleh Yukine membuat Bumantara panik karena mendapati mata putrinya seketika merah dan seperti akan jatuh kapan saja.

"Ayah hanya bercanda tidak akan mungkin kami berpisah."

Yukine tidak menjawab hanya mengangguk pelan kemudian melanjutkan makannya dengan kepala menunduk, Yukine sangat emosional ketika ada kata perpisahan dalam sebuah keluarga. Sudah pernah sekali merasakan korban dari perpisahan di kehidupan ini Yukine tidak ingin lagi menyaksikannya. Rasanya sudah puas dan tidak ingin lagi merasakannya karena rasanya sungguh pahit, dari tidak adanya rumah untuk kembali, tiada kasih sayang, perhatian bahkan tempat untuk berlindung.

Jika saat ini tidak berada di tempat umum rasanya Yukine ingin sekali menangis mengingat bagaimana rasanya di abaikan semua penderitaan anak kecil telah dirasakannya bahkan hanya ingin tidur dengan nyaman dan nyenyak saja Yukine tidak mendapatkannya.

"Ayah berjanji tidak akan pernah meninggalkan kalian," ucap Bumantara sambil memegang tangan putrinya yang ada di atas meja.

"Aku akan mengingat janji ini."

***

Yukine dan Bumantara duduk di taman menggunakan baju couple berwarna putih dengan stiker besar bertulisan AYAH ANAK yang dibelinya ketika mereka selesai makan dan kini mereka dengan santai menikmati es krim di taman. Meskipun banyak orang yang berlalu lalang tulisan itu sangat membantu hingga tidak ada lagi orang memperhatikan mereka dengan intens.

"Apakah ayah begitu sangat mencintai ibu?" tanya Yukine dengan santai karena ketika ingat beberapa waktu lalu laki-laki di sampingnya itu dengan sungguh-sungguh membuat janji untuk setia pada keluarga mereka.

"Ibu ... emmm ayah sangat menyayangi dan menghormatinya," jawab Bumantara dengan serius sambil menatap langit yang begitu cerah.

"Aku tanya? Apakah ayah sangat mencintai ibu?" Yukine mengulangi pertanyaannya karena tidak puas dengan jawaban ayahnya.

Bumantara tidak langsung menjawab ada jeda beberapa waktu hingga jawabannya mengejutkan Yukine.

"Tidak."

"Tidak?" Yukine terkejut sampai menoleh pada laki-laki yang duduk tepat di sampingnya.

"Ya."

"Tapi kalian menikah? Kenapa ayah menikah dengan ibu jika tidak mencintainya?"

"Kamu pernah dengar ungkapan ini? Jika cinta laki-laki akan habis di orang lama?"

"Ya ...," jawab Yukine sedikit ragu dan nampaknya sudah mengerti kemana arah pembicaraan serius ini.

"Ya begitulah."

"Jadi ayah membohongi ibu selama ini?"

"Tentu tidak," Laki-laki itu tersenyum lebar.

"Ibu tahu ini dan masih mau menikah dengan ayah?" Terpampang nyata kekecewaan di wajahnya.

"Iya, ibumu sangat bodoh bukan? Tapi ayah sangat beruntung."

"Ayah mengatakan jika ibu bodoh, aku putrinya tidak terima!" Yukine pura-pura marah meskipun laki-laki itu mengatakan jika wanita yang menikahinya seorang yang bodoh namun terlihat jelas jika dia bangga padanya.

"Karena ayah lebih bodoh darinya."

"Kenapa?"

"Karena tidak dapat melihat jika ibumu sangat mencintai ayah sejak lama sedangkan ayah malah melihat wanita lain tetap mencintainya meskipun tahu tidak dapat memilikinya."

"Lalu siapa wanita itu? Wanita yang telah menghabiskan cinta ayah bahkan tidak menyisakan sedikitpun untuk ibuku?"

"Dia ...," Bumantara diam kembali melihat ke arah putrinya yang sedang dengan setia menunggu kelanjutan kisah ini.

"Wanita itu yang telah melahirkan gegemu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   23. Hamparan perkebunan kopi

    Yukine melihat pemandangan keluar jendela, dataran rendah yang penuh dengan titik-titik berwarna-warni itu adalah atap rumah penduduk dan di sampingnya pengunungan hijau yang menyegarkan mata. Mobil itu sudah melaju selama dua jam penuh dengan kecepatan 60 km. Jalanan yang dilalui dari yang ramai berbagai macam jenis kendaraan ada, sampai keluar jalur utama ke jalan yang lebih kecil tidak ada bus-bus besar yang ada truk membawa muatan material sampai di titik ini mobil hanya dapat dihitung dengan jari yang lebih banyak di dominasi oleh motor di modif untuk menyelesaikan medan yang naik turun."Sebentar lagi kita sampai," ucap Xiyun pada putrinya yang sedari tadi hanya terus melihat ke luar jendela. "Udaranya sudah mulai dingin," imbuhnya."Ini sangat sejuk sepetinya aku akan betah tinggal di sini," sahut Yukine tanpa menoleh pada ibunya.Gadis itu tidak tahu jika ibunya memandanginya dengan tatapan berbeda bukan tanpa alasan Xiyun terpana untuk kesekian kalinya, Xiyun masih ingat san

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   22. Bersikaplah bodoh

    Meskipun Yukine sadar jika Kun sedang menatapnya namun Yukine masih tidak mengangkat pandangannya dari makanan di depannya baru setelah Kun tersenyum tipis Yukine melihat ke arahnya."Aku seperti melihat kekasihku," ucap Khia Na pelan sambil melihat ke arah lain. "Tunggu sebentar," seru Khia Na sambil bangkit.Yukine dan Kun juga melihat kemana Khia Na memandang, ada 4 laki-laki yang akan keluar dari tempat itu dan Khia Na mengangkat tangannya untuk menyapanya, laki-laki yang menjadi kekasihnya datang menghampiri setelah melihat Khia Na ada di sana."Kamu di sini," ujarnya dingin dan Khia Na menjawabnya dengan anggukan penuh antusias."Kenalkan ini Iwan," ujar Khia Na memperkenalkan kekasihnya pada Yukine dan Kun."Bukankah ini Fe Fei?" Iwan nampak ragu namun masih mengenali Yukine."Iya dia Fe Fei. Kamu sudah akan pergi?""Ya.""Aku juga sudah selesai bisakah aku pulang bersamamu?" "Tidak bisa, kamu pulang sendiri saja lagi pulang aku bersama teman-teman ku kami masih akan pergi ke

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   21. Buket bunga

    Yukine menatap pemuda di depannya yang membawa sebuah buket bunga di tangannya, senyumnya sungguh cerah menunggu Yukine menerima buket dengan begitu banyak macam bunga di dalamnya."Kamu menerima bunga dari Kun tapi tidak mau menerima bunga dariku?" tanya Damar."Aku tahu jelas motif Kun namun aku masih bertanya-tanya motif apa yang kamu gunakan?""Emm ...," Damar berpikir sejenak kemudian kembali tersenyum cerah kembali. "Saat aku lewat toko bunga pagi ini aku teringat padamu yang suka mencicipi berbagai macam jenis bunga kebetulan buket ini berisikan beberapa macam jenis bunga impor mungkin rasanya akan sedikit berbeda daripada jenis bunga-bunga yang pernah kamu cicipi," ucap Damar penuh percaya diri.Alasan yang masuk akal dan dapat diterima oleh Yukine hanya saja rasanya kurang nyaman menerima bunga dari seorang pemuda bernama Damar ini. Damar cukup terkenal dikalangan wanita karena wajahnya yang rupawan dan dompetnya juga lumayan memanjakan, itu yang Yukine dengan dari teman-tema

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   20. Rute yang sama

    Yukine tidak menyangka jika masakan mantan tetangganya ini ternyata begitu cocok di lidahnya, Yukine bangkit untuk membayar makanannya menemui wanita itu yang hanya tinggal sendirian sedangkan perempuan bernama Rayi itu entah kemana perginya."Buk aku ingin membayar," ujar Yukine berdiri di depan etalase yang memisahkan mereka.Wanita itu menyebutkan harganya dan Yukine membayarnya dan bermaksud untuk membungkus untuk dibawa pulang hanya saja udang besar dan manis yang sama seperti yang dimakannya sudah habis."Aku bayar sekarang dan aku akan mengambilnya besok apakah bisa?""Bisa," jawab wanita itu cukup senang karena Yukine membeli untuk 4 porsi sekaligus."Masakan ibuk sangat enak.""Terimakasih," jawab wanita itu dengan senyuman cerah."Sepertinya rumah makan ini aku belum pernah melihatnya sebelumnya apakah masih belum lama buka?" Yukine bertanya seolah-olah Yukine cukup mengenal daerah sini padahal ini adalah kali pertamanya Yukine melintas di daerah ini. Di lihat dari perabotan

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   19. Bunga dari tanaman liar

    Langkah Yukine menyusuri trotoar yang berantakan karena ulah dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab namun itu tidak menyurutkan niatnya untuk berjalan, entah mengapa hari ini dirinya ingin berjalan kaki ketika pulang. Yukine tidak melewati jalan besar malah memilih jalan gang yang mempersingkat waktu juga bisa melihat sisi lain kota baru yang telah ditempati ini.Yukine rindu ketika dulu lebih banyak berjalan kaki daripada naik kendaraan, ketenangan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Di pinggir jalan di antara semak-semak terdengar suara anak kucing dengan suara lemah. Yukine mencari-cari asal suara itu dan mendapati ada anak kucing melihatnya dengan matanya yang mengundang simpati."Apa yang kamu lakukan di sini sendiri?" tanya Yukine pada kucing berwarna abu-abu itu. Kucing itu terus memandanginya dan tanpa terasa tangannya terulur membawa anak kucing yang sangat kurus itu."Apa kamu lapar? Tapi aku tidak punya makanan."Yukine melihat sekeliling tidak banyak oran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   18. Ruy Forest and Big Gui

    "Ge ponselmu berdering," ujar Yukine ketika mereka sampai diparkiran.Tautan tangan mereka akhirnya terlepas dan itu membuat Yukine merasa lega karena sejak tadi ingin melepaskannya namun tidak berani. Ponselnya ada di dalam saku jas tentunya Yukine mengambilnya dan melihat nama Beru di sana."Siapa?" tanya Balryu.Yukine tidak menjawab namun menyerahkannya ponsel itu ke pemiliknya tapi ketika melihat nama itu Balryu enggan untuk menjawab dan malah pergi masuk ke dalam mobil. Yukine bingung mengapa Balryu mengabaikan panggilan dari orang bernama Beru itu."Abaikan saja," ujar Balryu ketika panggilan itu datang lagi."Mungkin saja penting, dia telfon terus menerus," Yukine masih tidak enak hati mengabaikan panggilan dari seseorang."Apanya yang penting kami baru saja bertemu.""Memangnya siapa dia?""Atasan.""Kan masih berani tidak angkat teleponnya? Oh aku lupa dia juga temanmu."Mobil itu perlahan meninggalkan tempatnya dan Yukine baru menyadari jika tempat itu cukup penuh pastinya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status