Share

22. Bersikaplah bodoh

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-04 06:09:03

Meskipun Yukine sadar jika Kun sedang menatapnya namun Yukine masih tidak mengangkat pandangannya dari makanan di depannya baru setelah Kun tersenyum tipis Yukine melihat ke arahnya.

"Aku seperti melihat kekasihku," ucap Khia Na pelan sambil melihat ke arah lain. "Tunggu sebentar," seru Khia Na sambil bangkit.

Yukine dan Kun juga melihat kemana Khia Na memandang, ada 4 laki-laki yang akan keluar dari tempat itu dan Khia Na mengangkat tangannya untuk menyapanya, laki-laki yang menjadi kekasihnya datang menghampiri setelah melihat Khia Na ada di sana.

"Kamu di sini," ujarnya dingin dan Khia Na menjawabnya dengan anggukan penuh antusias.

"Kenalkan ini Iwan," ujar Khia Na memperkenalkan kekasihnya pada Yukine dan Kun.

"Bukankah ini Fe Fei?" Iwan nampak ragu namun masih mengenali Yukine.

"Iya dia Fe Fei. Kamu sudah akan pergi?"

"Ya."

"Aku juga sudah selesai bisakah aku pulang bersamamu?"

"Tidak bisa, kamu pulang sendiri saja lagi pulang aku bersama teman-teman ku kami masih akan pergi ke suatu tempat."

"Antarkan aku pulang dulu sebentar," bujuk Khia Na.

"Arahnya berlawanan aku hanya akan berputar-putar di jalan.

"Ohhh baiklah," Khia Na mengalah dengan wajah lesu. Sedangkan Iwan pergi karena teman-temannya masih menunggunya di depan dan Khia Na yang kecewa kembali duduk namun wajah kecewanya sudah segera berubah ketika kembali makan.

"Bagaimana jika pulang bersamaku?" tawar Kun pada Khia Na.

"Bagaimana?" Khia Na malah bertanya kepada Yukine.

"Silahkan, aku masih ada urusan lain. Kalian pergi saja aku sudah membayar semuanya," jawab Yukine.

"Kalo begitu kami pergi dulu, lain kali jika ada kesempatan biarkan aku mentraktir mu," Kun nampak sedikit kurang nyaman.

Yukine hanya tersenyum kepada mereka.

"Jangan hiraukan dia, dia punya sopir pribadi," ucap Khia Na pada Kun sambil meninggalkan tempat itu seakan-akan Yukine tidak bisa mendengar suara nyaring sahabatnya itu.

"Siapa? Damar?"

"Bukan. Siapa Damar? itu kakaknya yang selalu menjemputnya."

Yukine hanya menggeleng pada keduanya yang bergosip begitu lantang dan menganggap dirinya sebagai udara. Yukine tidak lagi melihat ke arah mana kedua orang itu pergi melainkan ke arah lain. Sedari awal Yukine sudah tahu keberadaan laki-laki ini namun Yukine hanya memperhatikan bagaimana laki-laki itu nampak di luar kemudian masuk setelah melihat Yukine di sini.

Kursi di depan Yukine di geser kemudian seorang laki-laki duduk di sana, dari tadi laki-laki itu hanya duduk di pojok membelakangi mereka dan Yukine tidak langsung pergi bersama dengan Kun dan Khia Na karena tahu jika laki-laki itu berniat untuk bicara dengannya.

"Hai cantik," ujar laki-laki itu sambil tersenyum.

"Apakah kita pernah kenal sebelumnya?" tanya Yukine pada laki-laki berambut sebahu itu.

"Sepertinya tidak tapi kamu pernah datang ke tamanku dua kali."

Yukine tertawa mengejek," Taman apa jelas-jelas itu hanya halaman terbengkalai yang di tumbuhi gulma bahkan sampingnya bangunan kosong," jawab Yukine karena sangat yakin jika rooftop dimana laki-laki itu berada jalan masuknya ada di sisi lain bukan dimana Yukine datang tempo hari.

"Halaman itu sudah aku pandangi bertahun-tahun dan baru kemarin ada seorang peri datang ke sana."

Yukine tidak menjawab dan bermaksud untuk pergi tidak lagi meladeni laki-laki ini.

"Aku peringatkan agar tidak mencampuri urusan Ischa," ucapnya ketika melihat Yukine sudah siap pergi bersama dengan bunganya.

Yukine berhenti dan tersenyum karena yakin jika laki-laki ini datang padanya untuk Ischa. Yukine tidak menjawab hanya memandangi laki-laki di depannya masih dengan bunga di tangannya.

"Aku mungkin tidak segan menggunakan kekerasan untuk membungkam mulut mu," lanjut laki-laki bernama Geum itu.

Karena Yukine tidak menjawab Geum merasa jika dirinya sudah memberikan peringatan dengan baik jadi laki-laki itu juga bangkit bermaksud untuk pergi namun berhenti ketika Yukine mengucapkan satu kalimat.

"Ischa siapa?"

Geum mengerutkan keningnya kemudian tertawa mengejek berpikir jika Yukine sedang bercanda dengannya.

"Lucu sekali."

"Aku tidak kenal kamu, aku juga tidak tahu orang yang kamu bicarakan dan aku juga tidak tahu apa yang kamu katakan," ujar Yukine akan pergi namun lengannya ditahan oleh Geum tapi dengan cepat Yukine menepisnya.

"Kamu tidak perlu berpura-pura bodoh, kamu hanya perlu melupakan dan bersikap tidak pernah tahu apa yang kamu tahu."

"Memangnya apa yang aku tahu?" Yukine balik bertanya.

"Kamu cantik tapi memang sangat menyebalkan seperti kata Ischa."

"Biarkan orang yang kamu bicarakan itu datang sendiri menemui aku bahkan jika bertemu di jalan akupun tidak akan mengenalnya," ujar Yukine sambil pergi tidak lagi mengindahkan seruan Geum yang masih tidak puas karena Yukine pergi begitu saja.

Yukine semakin penasaran apa sebenarnya yang diketahui Fe Fei tentang Ischa hingga laki-laki itu turun tangan untuk mengancamnya.

***

"Ibu dapat cuti selama dua Minggu. Betapa senangnya ibu saat ini." Xiyun memeluk tubuh Yukine.

"Apa rencana ibu sekarang, cuti selama itu?"

"Tidak ada."

"Tidak ada?"

"Kita sudah sering pergi berlibur kemana-kemana, ke luar kota juga luar negeri pasti setelah itu sangat capek dan sekarang ibu hanya ingin di rumah menemanimu memberikan semua waktu cuti untukmu," jawab Xiyun dengan wajah cerah serta senyumannya terus mengembang.

Yukine pun hanya ikut tersenyum tapi sedikit menggerutu di dalam hati. "Yang sering berlibur itu Fe Fei sedangkan yang ada di hadapanmu ini tidak pernah pergi kemanapun, aku juga ingin berlibur melihat luasnya dunia ini."

"Kamu tidak apa-apakan tidak kemana-kemana tahun ini? Ibu masih takut jika kita berpergian jauh."

"Tidak apa-apa." Meskipun Yukine ingin berlibur kebanyak tempat namun bisa menghabiskan waktu bersama dengan ibunya itu juga bukan hal buruk untuknya.

Wanita itu hanya benar-benar ada di rumah dan hanya akan keluar mengajak Yukine berbelanja kebutuhan pokok yang sangat banyak setiap beberapa hari sekali. Wanita itu juga hanya akan berada di dapur membuat begitu banyak makanan yang dilihatnya dari media sosial. Yukine yakin jika berat tubuhnya naik drastis karena wanita itu yang tidak berhenti memberinya makan penuh dengan kasih sayang.

Namun hari ini senyuman mengembang itu sedikit pudar ketika mendapatkan sebuah panggilan.

"Ada apa? Apakah perusahaan memintamu kembali?" tanya Yukine melihat ibunya sudah tidak lagi bahagia.

"Bukan. Ini bukan panggilan dari perusahaan tapi panggilan dari bibirmu yang ada di kampung."

"Bibi? Kenapa?" Meskipun Yukine tidak tahu siapa orang yang dibicarakan namun nampaknya itu serius.

"Nenekmu jatuh dan sekarang mengalami stroke ringan sekarang tidak dapat bangun dari tempat tidur."

"Nenek?" Yukine tidak tahu jika dirinya masih punya nenek karena tidak ada orang rumah yang membicarakannya.

"Ibu sudah berjanji padamu untuk menemanimu selama cuti ini tapi sekarang harus pergi ke rumah nenek," ucap Xiyun penuh dengan penyesalan.

"Apa yang ibu bicara, nenek sedang sakit tentunya ibu harus mengunjunginya."

"Tapi bagaimana denganmu, kamu hanya akan sendirian di rumah."

"Kenapa aku harus sendirian, aku akan ikut bersamamu."

Xiyun sama sekali tidak menyangka dengan ucapan putrinya karena sudah bertahun-tahun gadis itu tidak pernah mengunjungi neneknya terakhir kali itu ketika Yukine akan sekolah dasar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   28. Menatapnya lekat-lekat

    Balryu menyilangkan tangannya di depan dadanya menyandarkan tubuhnya di tiang teras rumah menatap kosong ke halaman yang luas yang tenang, bibinya pergi untuk membeli beberapa barang sedangkan neneknya tidur siang hanya dirinya sendiri yang terus diam tidak melakukan apapun demi menunggu kepulangan gadis itu.Suara bercengkrama terdengar sayup-sayup dari kejauhan, Balryu menyunggingkan senyumnya karena cukup mengenali suara itu, terlihat dari kejauhan gadis itu bicara dengan anak laki-laki dan seekor anjing terus mengikuti mereka. Rambutnya yang panjang di kepang ada beberapa anak rambut yang menutupi wajahnya namun nampaknya gadis itu tidak peduli, ada buah di tangan kanannya dan tangan yang lannya membawa ikan, bajunya kotor oleh sedikit lumpur namun anehnya Yukine nampak begitu cantik di mata Balryu.Sagara adalah orang pertama yang menyadari jika ada mobil lain di halaman itu barulah Yukine juga mengenali mobil itu."Bukankah ini mobil gege? Yukine menatap mobil berwarna hitam ter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   27. Ibu kalah suara

    Yukine berkeliling tidak jauh dari sungai dan menemukan banyak tumbuhan liar yang sedang berbunga tentunya itu adalah hal yang menyenangkan untuk dirinya bahkan bertemu dengan hewan-hewan kecil penghuni tempat itu. Tanpa sadar Yukine pergi terlalu lama membuat Sagara menjadi khawatir dan menyusulnya.Dengan raut wajahnya yang jelek Sagara ingin memukul anak kota itu yang sedang duduk di atas rumput memperhatikan seekor burung membuat sarang. Meskipun marah Sagara tidak dapat berbuat banyak pada Yukine."Ayo pulang," ujarnya dengan ketus."Ahh ... kamu sudah selesai?" Yukine terkejut melihat Sagara yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Mulut Sagara sudah bergerak-gerak namun tidak mengatakan apapun, jika bukan karena takut wanita kota ini hilang tidak mungkin Sagara menyusulnya kemari dan tidak melanjutkan mancingnya.Yukine tidak tahu isi otak dari anak itu yang dia tahu apapun yang dilakukannya tidak akan dapat menyenangkan anak itu. Di hari pertama Yukine terus diabaikan keesoka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   26. Siapa yang lebih beruntung aku kamu atau dia

    Karena arahan dari Xiyun Bumantara benar-benar tidak bekerja selama beberapa bulan dan hanya memfokuskan semua perhatiannya pada bayi yang sudah dianggap sebagai putranya sendiri, sedangkan Xiyun akan datang cukup sering namun tidak bisa setiap hari karena harus menghidupi pasangan ayah dan anak itu."Aku sungguh sudah rindu dengan Balryu," ucap Xiyun yang baru saja datang.Xiyun datang ke rumah Bumantara yang dicarinya bukanlah sang pemilik rumah akan tetapi bayi kecil yang sudah tumbuh dengan baik di bawah asuhan ayah barunya, wajahnya yang menggemaskan terbayang-bayang di pelupuk mata Xiyun. Xiyun tidak tahan untuk tidak mencium pipi gembul Balryu. "Perasaan aku hanya tidak datang dua hari mengapa aku merasa jika Balryu semakin besar saja," tanya Xiyun sambil memperhatikan Balryu yang sedang mengerakkan semua tangan dan kakinya."Kamu makan apa hari ini?" tanya Xiyun seakan Balryu kecil dapat menjawabnya.Sedangkan Bumantara hanya memperhatikan Xiyun yang sedang bermain-main denga

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   25. Aku terlalu berharga untuk dimadu

    Xiyun tidak tahu bayi siapa yang dibawa oleh Bumantara namun dirinya sudah menebak anak siapa itu keesokan harinya ketika laki-laki itu sudah lebih baik daripada kemarin perlahan mulai menceritakan apa-apa yang telah terjadi beberapa hari terakhir."Aku melihatnya lagi di rumah sakit setelah sekian lama tidak bertemu dengannya," ucapnya pelan sambil melihat langit sendu yang diselimuti oleh awan hitam.Hari itu Bumantara tanpa sengaja bertemu dengan Bentala di rumah sakit bersama dengan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian dokter. Awalnya Bumantara tidak ingin menyapa bagaimanapun juga Bentala sudah menikah tidak baik untuknya dan juga untuk wanita itu terus berhubungan namun Bumantara ingat jika suami dari wanita itu bukanlah dokter jadi memutuskan untuk menghampiri mereka."Bentala," panggilnya pelan hingga wanita yang duduk sambil menunduk itu mendongak menunjukkan wajahnya yang sedikit lebam dan sudut bibirnya yang pecah namun wanita malah tersenyum berbanding terbalik denga

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   24. Bentala dan Bumantara

    Yukine tidak menyangka jika kampung halaman ibunya akan begitu menyenangkan seperti ini. Siang indah dengan pemandangannya dan malam ada ketenangan yang tidak dapat di dapatkan di kota besar. Pemandangan malam juga tidak kalah indahnya, Yukine seperti memiliki taman langit bertabur bintang pribadi di depan rumah, Rumah sederhana neneknya hanya terdiri dari dua kamar tidur, dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi, satu ruang tamu yang juga dapat digunakan untuk ruang keluarga karena ada televisi di sana.Yukine diminta tidur bersama neneknya sedangkan ibunya tidur di kamar saudara iparnya. Perlahan Yukine melepaskan tangan keriput neneknya yang memeganginya perlahan turun dari tempat tidur. Hari masih belum terlalu malam mata Yukine belum mengantuk sama sekali dan hanya menemani neneknya berbaring sampai wanita tua itu lelah bercerita kemana-kemana dan akhirnya tidur."Akhirnya tidur juga," ucap Yukine dalam hati sambil perlahan keluar dari kamar itu dan melihat jika bibinya juga ma

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   23. Hamparan perkebunan kopi

    Yukine melihat pemandangan keluar jendela, dataran rendah yang penuh dengan titik-titik berwarna-warni itu adalah atap rumah penduduk dan di sampingnya pengunungan hijau yang menyegarkan mata. Mobil itu sudah melaju selama dua jam penuh dengan kecepatan 60 km. Jalanan yang dilalui dari yang ramai berbagai macam jenis kendaraan ada, sampai keluar jalur utama ke jalan yang lebih kecil tidak ada bus-bus besar yang ada truk membawa muatan material sampai di titik ini mobil hanya dapat dihitung dengan jari yang lebih banyak di dominasi oleh motor di modif untuk menyelesaikan medan yang naik turun."Sebentar lagi kita sampai," ucap Xiyun pada putrinya yang sedari tadi hanya terus melihat ke luar jendela. "Udaranya sudah mulai dingin," imbuhnya."Ini sangat sejuk sepetinya aku akan betah tinggal di sini," sahut Yukine tanpa menoleh pada ibunya.Gadis itu tidak tahu jika ibunya memandanginya dengan tatapan berbeda bukan tanpa alasan Xiyun terpana untuk kesekian kalinya, Xiyun masih ingat san

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status