Share

64. Kerangka manusia

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 19:00:00

Geum menatap hamparan perkebunan yang luas dan hijaunya pegunungan, matanya sangat dimanjakan melihat pemandangan indah di pagi hari, sebenarnya matanya masih mengantuk namun ketika melihat pemandangan yang indah dari gerbong dan hangatnya sinar matahari yang baru saja muncul hatinya merasa jauh lebih baik.

Melihat jika perempuan di sampingnya begitu serius dengan buku tebalnya Geum sedikit menarik tirai agar pandangan perempuan itu jauh lebih baik saat membaca. Geum melirik isi buku itu namun segera tidak berminat selain itu tertulis dengan bahasa inggris ada juga gambar yang menunjukkan sebuah sel-sel yang tidak dimengerti olehnya.

"Aku lapar," ujar Geum lirih pada Yukine yang masih fokus dengan bukunya.

Yukine tidak menjawab namun mengeluarkan uang tunai menyerahkannya pada Geum tanpa sedikitpun menggeser pandangannya. Geum pergi sebentar kemudian kembali dengan membawa tiga makanan berat yang hangat dan beberapa makanan ringan. Yukine dan Geum duduk berhadapan tentu saja makanan itu ada di antara mereka.

Geum makan dengan lahap sarapannya sambil menikmati pemandangan pagi hari. Yukine tidak butuh Geum menawarinya untuk makan, makanan ini dibeli menggunakan uangnya tentu saja semua ini miliknya, Yukine mengambil kentang goreng memasukkannya dengan satu suapan tanpa mengalihkan posisi bukunya.

"Kamu tidak takut aku menaruh sesuatu di makanan ini?" tanya Geum.

"Aku tidak akan mati sebelum aku membunuhmu jika kamu berani melakukan itu," jawab Yukine tanpa terganggu sedikitpun.

"Bagaimana jika aku benar-benar melakukannya?"

"Aku lebih kejam setelah manjadi hantu."

Alih-alih takut Geum malah terhibur akan jawaban Yukine yang membuatnya tertawa lirih.

Sebenarnya Geum ingin tahu kemana tujuan mereka namun Geum tidak berani bertanya takut jika mood Yukine akan menjadi buruk jika dirinya bertanya. Selama beberapa bulan terakhir Geum terus melakukan latihan seperti yang disuruh olehnya dan mungkin saat ini semuanya terjawab mengapa Geum harus melakukan itu.

Kereta kecepatan tinggi itu akhirnya berhenti Geum bisa melihat dimana perhentian mereka yaitu kota penghasil wijen terbesar di asia namun penasarannya masih belum terjawab apalagi setelah naik kendaraan umum mereka hanya berhenti di sebuah jembatan.

"Aku datang lagi," ujar Yukine sambil melemparkan bunga ke sungai besar itu. "Setelan sekian lama. Hampir dua tahun."

Sebesar apapun penasaran Geum namun mulutnya masih terkunci rapat hatinya mengatakan jika ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya terlebih Yukine nampak begitu serius meskipun sedang bicara sendiri dan Geum tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya.

Setelan cukup lama tidak melakukan apapun di jembatan itu akhirnya Yukine mengucapkan sesuatu pada Geum.

"Siapkan dirimu untuk menyelam sekarang," ucap Yukine sambil pergi untuk turun ke bawah jembatan.

"Apa? Apa yang kamu bilang?" Geum mengikuti Yukine yang berjalan tanpa tergesa-gesa.

"Lakukan pemanasan seperti biasa."

"Hei ... hei tunggu aku belum setuju untuk menyelam, aku hanya akan mengambil koin di kolam. Sangat berbeda kolam dan sungai."

Yukine berhenti kemudian menoleh kepada laki-laki di belakangnya. "Ini adalah perintah dari seorang tuan!" ucapan Yukine penuh penekanan yang membuat Geum lagi-lagi tidak dapat mengatakan apapun.

Setelan beberapa waktu berlalu perlakuan baik Yukine padanya Geum hampir lupa dengan hal ini jika dirinya tetaplah budak dari nona besar ini.

"Lakukan!"

Suara itu terdengar sangat menyeramkan di telinga Geum padahal raut wajahnya cantik namun dingin, sorot matanya penuh aura yang tidak dapat diartikan oleh Geum bahkan perempuan itu tidak melotot.

Geum membuka bajunya kemudian melakukan pemanasan beberapa menit setelah itu siap untuk masuk ke dalam air tapi Geum menoleh pada Yukine.

"Kali ini apa yang harus aku pungut?" Geum juga nampak serius tidak ada wajah ceroboh apalagi senyuman nakal seperti biasanya.

"Kerangka manusia."

Mata Geum sedikit lebih lebar ketika mendengar jawaban itu namun hanya sesaat kemudian laki-laki itu terjun ke dalam air tanpa berkomentar lagi.

Yukine menutup matanya sambil mengigit bibirnya berharap jika laki-laki itu akan memberikannya sebuah kabar baik. Meskipun Yukine tahu jika dipikir secara logika itu sangat tidak mungkin. Jika seseorang tengelam dan mati maka tubuhnya akan kembali ke permukaan dan terbawa arus. Sungai ini meskipun nampak tenang namun tetap saja airnya masih mengalir ke hilir tapi kali ini Yukine mengikuti hatinya jika dirinya tidak perlu pergi jauh-jauh dari jembatan ini untuk mencari jasadnya sendiri.

Meskipun ini nampak tidak masuk akal namun Yukine yakin dengan firasatnya sendiri. Tubuhnya pasti sudah menjadi tulang belulang bahkan mungkin sudah tidak utuh lagi namun Yukine masih berharap menemukan sebagian tulangnya sendiri agar bisa memberikan perawatan yang layak.

Geum muncul kepermukaan untuk mengambil napas namun setelah mengambil napas laki-laki itu dengan cepat kembali menghilang ke dalam air. Satu menit, sepuluh menit, setengah jam sampai satu jam berlalu Geum masih terus mencari hal yang diinginkan tuannya.

"Keluar," perintah Yukine pada Geum ketika melihat Geum sedang mengambil napas.

"Ada apa?" tanya Geum dengan napas yang memburu sambil keluar dari air.

"Istirahat, istirahat dulu."

Tekanan di bawah air begitu kuat hingga Geum kelelahan namun tidak ada tanda-tanda menyerah di matanya, pandangan Geum melihat permukaan air yang cukup tenang tapi justru karena tenang itu sungai itu cukup dalam.

"Makanlah." Yukine menyodorkan roti dan juga air mineral.

Geum menerimanya dan langsung memakannya hanya beberapa gigitan roti itu sudah berpindah tempat. Geum minum beberapa tegukan kemudian masuk kembali ke sungai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   65. LC nya juga sedang demam

    Geum berbaring beralaskan rerumputan matanya terpejam bukan karena mengantuk namun rasa lelah karena sejak siang sampai sore menyelam di sungai yang dalam hingga kulitnya memucat dan keriput."Ayo pulang," ujar Yukine. Perempuan itu tidak tega melihat Geum yang nampak kelelahan."Kita butuh waktu untuk sampai stasiun, kita bisa ketinggalan kereta terakhir." Geum tidak menyahut tapi bangkit dari bumi dan menatap nona besarnya itu."Kita jauh-jauh datang kemari dan akan pulang dengan tangan kosong?""Masih ada banyak waktu di masa depan. Aku masih ada mata kuliah yang tidak bisa aku tinggal besok.""Maka pulanglah sendiri, aku akan tetap disini.""Geum ...?!"Ini adalah pertama kalinya Yukine memanggil nama laki-laki itu secara langsung."Aku tidak punya hal yang harus aku lakukan, anggap saja aku sedang latihan," ucap Geum sambil menyunggingkan senyum."Aku tidak sedang becanda!" ucap Yukine tidak senang dengan tanggapan Geum."Aku juga tidak sedang bercanda," jawab Geum sedangkan se

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   64. Kerangka manusia

    Geum menatap hamparan perkebunan yang luas dan hijaunya pegunungan, matanya sangat dimanjakan melihat pemandangan indah di pagi hari, sebenarnya matanya masih mengantuk namun ketika melihat pemandangan yang indah dari gerbong dan hangatnya sinar matahari yang baru saja muncul hatinya merasa jauh lebih baik.Melihat jika perempuan di sampingnya begitu serius dengan buku tebalnya Geum sedikit menarik tirai agar pandangan perempuan itu jauh lebih baik saat membaca. Geum melirik isi buku itu namun segera tidak berminat selain itu tertulis dengan bahasa inggris ada juga gambar yang menunjukkan sebuah sel-sel yang tidak dimengerti olehnya."Aku lapar," ujar Geum lirih pada Yukine yang masih fokus dengan bukunya.Yukine tidak menjawab namun mengeluarkan uang tunai menyerahkannya pada Geum tanpa sedikitpun menggeser pandangannya. Geum pergi sebentar kemudian kembali dengan membawa tiga makanan berat yang hangat dan beberapa makanan ringan. Yukine dan Geum duduk berhadapan tentu saja makanan i

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   63. Ayah dengan dua anak

    Yukine malah tersenyum mendengar Khia Na menjadi pahlawan untuk Kun karena ketidaksengajaan."Jika tidak ada kamu mungkin Kun akan rugi banyak," ucap Yukine."Itu hanya kebetulan." Kemudian Khia Na teringat satu hal lagi. "Kun menghubungiku bertanya apakah kamu akan hadir di ulang tahun Salsa?" ucap Khia Na setengah berbisik."Siapa Salsa?" Yukine malah bertanya."Bagaimana aku tahu? Kalian punya teman bernama Salsa?""Ingatanku buruk tentang mengingat nama orang baru.""Hubungi Kun sendiri tanyakan itu padanya, sejak semalam dia sudah menghubungimu namun kamu abaikan.""Benarkah? Bahkan aku lupa dimana aku menaruh ponselku." Yukine meraba dirinya sendiri untuk mencari ponselnya kemudian ingat jika baru saja menggunakan itu untuk bermain game bersama Balryu."Ponselku ada di ruang tengah," ucap Yukine sambil menunjukkan gigi depannya. "Kalian sering berhubungan?" tanya Yukine."Berhubungan apa?" suara Khia Na meninggi sampai dua laki-laki ada di dapur menoleh pada mereka."Maksudnya K

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   62. Kalian tidak seperti adik kakak

    "Itu tidak bisa dimakan, ada beberapa dari mereka yang beracun," ucap Balryu seakan tahu isi otak adik perempuannya.Yukine melihat kearah Balryu dengan kening berkerut namun tidak mengatakan apapun kemudian kembali melihat semua foto-foto itu. Namun Balryu masih menjelaskan beberapa jenis jamur yang beracun karena tahu jika adik perempuannya ini suka penasaran dengan hal-hal seperti ini. "Saat di alam hindari jamur yang memiliki warna yang mencolok dan yang memiliki cincin. Ada juga yang mengeluarkan cairan kemungkinan besar mereka mengandung racun yang berbahaya." Yukine hanya mengangguk-angguk mendengar edukasi dari Balryu."Aku membutuhkan anggaran cukup besar untuk membuat dunia jamur," ucap Balryu nampak tidak berdaya namun cukup puas dengan hasil akhirnya."Tapi itu sebanding dengan hasilnya, ini sangat indah.""Kamu menyukainya?""Sepertinya dunia jamur menjadi tempat favoritku di ASMARALOKA.""Baguslah jika kamu menyukainya. ASMARALOKA masih akan terus diperbarui menjadi le

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   61. Dunia jamur

    Yukine bermain dengan ponselnya di balkon, jam di pojok kiri layar ponselnya menunjukkan pukul 02:11 mata Yukine sangat cerah dan sudah tidak bisa tertidur lagi setelah mimpi buruk. Ini bukan pertama kalinya Yukine terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk namun lebih sering terjadi ketika dirinya tidur dengan orang lain. Melihat ke dalam kamarnya sendiri ada gundukan yang tertutupi oleh selimut tebal. Itu adalah Khia Na yang tidur di tempat tidurnya, kenapa Yukine masih bertahan sampai detik ini mau tidur dengan perempuan itu hanya untuk memiliki alasan tidur di luar dan tidak pulang jika waktunya sudah tiba. Meskipun sudah berkali-kali tidur dengan Khia Na nyatanya Yukine masih belum terbiasa dengan keberadaan orang lain di sampingnya saat tidur. "Belum tidur?" Sebuah pesan dalam game online muncul ketika Yukine baru saja bermain-main dengan karakternya. "Sudah bangun," jawab Ruy Forest. "Jam segini? Sudah bangun?" balas Big Gui. "Terbangun tidak bisa tidur lagi." "Mi

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   60. Mas-mas

    Lima laki-laki itu sama sekali tidak mau mendengarkan ucapan Kun dan hanya berpihak pada wanita itu yang terus menangis. Bahkan dari mereka akan memukuli Kun untuk saja security segera melerai. Mungkin jika tidak ada dua security itu keadaan semakin kacau dan runyam. Meskipun Kun dapat melawan mereka akan tetapi keadaan itu akan berbuntut panjang."Pak tolong cek cctv, sungguh aku tidak melakukan apapun," ujar Kun pada security. Setiap basement pasti ada kamera pengawas."Tapi maaf, cctv di area ini masih dalam perbaikan," jawab security dengan amat menyesal.Kun tidak perna putus asa seperti ini, dirinya bisa memberikan saksi jika dirinya tidak melakukan apapun namun dia kalah jumlah juga tidak memiliki bukti untuk menguatkan ucapannya. Kun lupa mimpi apa semalam hingga hari ini menjadi orang yang tertuduh seperti ini.Orang-orang itu masih terus banyak bicara bahkan ada yang menuntut Kun ganti rugi dengan membayar sejumlah uang untuk wanita itu tentu saja Kun menolaknya karena meras

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status