เข้าสู่ระบบ"Apakah kamu tuli atau bisu?" tanya Fe Fei dengan emosional tetkala melihat Yukine Terus mengabaikannya. "Aku tanya dimana Balryu." Akhirnya Yukine menoleh menatap gadis itu tapi masih tidak mengatakan apapun. "Selain kamu pincang, kamu juga bisu dan tuli dasar wanita cacat, berani-beraninya kamu mendekati Balryu." Mulut gadis itu begitu licin bicara kasar. Yukine hanya menyunggingkan senyumannya melihat Fe Fei begitu mudahnya mengolok-olok orang lain. "Katakan, dimana kamu menyembunyikannya?" Sepertinya Fe Fei ingin melampiaskan kemarahannya yang ada di bawah alam sadarnya pada Yukine."Jika aku tahu dimana Balryu aku juga masih tidak akan memberitahu itu padamu." Akhirnya perempuan itu membuka mulutnya, ketika Yukine tidak bicara membuat gadis itu kesal tapi ketika membuka mulutnya itu semakin membuat pihak lain naik darah."Kurang ajar!" Fe Fei terlihat marah dan akan kembali menjambak rambut Yukine namun segera ditangkis oleh Yukine, tidak hanya menangkis tangan yang ingin meny
Yukine belum lama bangun dan rumah itu mendapatkan seorang tamu istimewa, seorang wanita yang membawa tongkat milik Yukine berdiri dengan sabar menunggu pintu rumah itu di buka untuknya. Wanita itu memeluk penyangga di dadanya seolah itu sesuatu yang berharga."Kalian pergi terburu-buru sampai melupakan penyangga ini," ujar Xiyun sambil memaksakan senyumnya, sangat berbeda dari pertama bertemu Yukine di rumah sakit.Yukine tidak menyahut hanya menerima tongkat itu kemudian menarik pelan tangan wanita itu agar duduk di sampingnya. Yukine ikut merasakan sakit melihat Xiyun yang tertekan oleh putrinya sendiri."Ada apa?" tanya Xiyun bingung melihat Yukine tidak meresponnya.Yukine hanya tersenyum tipis kemudian memeluk wanita itu sambil berbicara lirih. "Meskipun aku belum menikah dengan Balryu, bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan ibu?" Wanita itu sepertinya terkejut dia terdiam sebentar kemudian membalas pelukan Yukine lebih erat. "Tentu saja, aku bahagia mendengar ini." Yukine me
Setelah seharian banyak hal yang terjadi akhirnya tubuh itu bisa direbahkan dengan nyaman. Pria tua itu tidak tahu pergi kemana rumah kosong hanya ada mereka berdua. Yukine bermalas-malasan di ruang tengah dan Balryu menyiapkan makanan yang akan menemani mereka menonton. Seharian terjadi banyak hal dan kini bisa merebahkan tubuhnya membuat perempuan itu tersenyum puas."Buka mulutmu," ujar Balryu ketika kembali dari dapur. Perempuan itu langsung membuka mulutnya tanpa komentar, Balryu memasukkan buah potong kedalam mulut perempuan itu kemudian duduk di lantai dekat wajah Yukine."Manis?" Yukine mengangguk tanpa bersuara sambil menikmati kesegaran dalam mulutnya.Yukine teringat sesuatu langsung membahasnya dengan Balryu sebelum melupakannya. "Kamu tahu teman kerjaku di toko bunga yang dulu? Sewaktu aku mengambil pekerjaan paruh waktu saat kuliah?" tanya Yukine sambil mengunyah. Balryu tidak langsung menjawab, lelaki itu berpikir keras. "Aku tidak terlalu mengingatnya tapi mungkin p
Sudah dua tahun Balryu keluar dari perusahaan ini hanya ada segelintir orang di divisi ini yang masih mengenali orang yang cukup penting ini. Perusahaan banyak berubah orang lama pasti akan digantikan oleh orang baru dan tidak semua orang mengenal dan mengetahui wajah Balryu.Balryu langsung Duduk di depan satu komputer dan menempatkan Yukine di sampingnya. Lelaki itu mendengarkan salah satu karyawan yang penampilannya sudah berantakan karena frustasi, dengan cepat orang itu menjelaskan tapi segera dihentikan oleh Balryu. "Aku mengerti," ujar Balryu. Sebelum menyentug keyboard Balryu lebih dulu merenggangkan tangannya membuat pemanasan pada jari-jarinya yang telah cukup lama tidak bersentuhan dengan masalah seperti ini. Balryu mengambil napas panjang kemudian mengeluarkannya dari mulut, menatap layar kemudian sepuluh jari itu mengetuk keyboard dengan kecepatan seorang pemain game profesional. Yukine yang mengawasi dari samping cukup terpana melihat kecepatan jari-jemari lelaki itu,
Balryu tidak menghiraukan kawannya itu, lelaki itu membungkuk kemudian membawa tubuh perempuan itu di gendongannya menuju mobilnya sendiri."Kamu akan kemana?" tanya Imran bingung."Tentu saja menyelamatkan game ciptaan ku." Tentu Balryu dan Imran berbeda lelaki itu masih menghargai jerih payahnya dan juga game buatannya adalah sebuah prestasi yang patut untuk di selamatkan."Ha?" Laki-laki itu terpaku di tempatnya namun segera menyusul Balryu dan Yukine namun bukannya naik mobilnya sendiri laki-laki itu malah ikut ke mobil Balryu."Bukankah kamu bawa mobil?" tanya Balryu sambil memasang sabuk pengaman."Aku akan mengemudi dengan buruk ketika terburu-buru, aku tidak terlalu khawatir pada kesempatan diriku sendiri dianugerahi dengan keberuntungan aku takut mencelakai orang lain."Imran berpikir jika Balryu akan mengendarai mobil itu dengan kecepatan penuh namun Balryu membawa mobil itu hanya sedikit lebih cepat dari kecepatan normal. "Aku kira kira sedang terburu-buru," ujar Imran deng
Balryu," panggil Imran dengan setengah berlari.Balryu berbalik dan langsung diterkam oleh laki-laki itu. "Akhirnya aku melihatmu lagi," ujar Imran yang memeluk erat tubuh Balryu.Balryu hanya tersenyum melihat kawannya yang memeluknya sangat erat tapi lelaki itu malah menoleh pada perempuan di sampingnya kemudian menggenggam tangan perempuan itu padahal tubuhnya memeluk tubuh laki-laki lain."Aku sangat merindukanmu," ujar Imran sungguh tidak tahu malu.Yukine menahan senyumnya, membiarkan Balryu menggenggam tangannya, Yukine juga tidak ingin melihat langsung adegan ini jadi lebih memilih melihat pemandangan di depannya."Sampai kapan kamu akan terus memelukku? Apa kamu tidak malu dilihat banyak orang?""Sebentar lagi," jawab Imran masih memeluk erat tubuh lelaki itu.Balryu hanya menggeleng tidak berdaya. Setelah cukup puas memeluk Balryu Imran melepaskan pelukannya dan baru menyadari jika ada seorang perempuan yang berdiri tepat di samping mereka, Imran tidak bisa melihat wajahnya







