Share

Bab 3. Tugas Baru

Kerja di kantor harus siap alih profesi. Mati kau! - Alea Zahira

____________________

Pagi yang cerah ini membuat Alea enggan menuju kantor. Ceramah para bos masih terngiang jelas di telinga. Jika bisa memilih, angkat tangan mungkin menjadi solusinya.

Ia masih duduk diam di kursi trotoar. Entah kenapa melihat mobil yang berlalu lalang selalu penjadi pengingat bahwa penghasilannya masih sangat jauh untuk bisa membeli barang mewah itu.

Boro-boro mobil, kontrakan saja masih nunggak. Besok adalah hari terakhir pembayaran, tapi dompet dan sakunya kering kerontang. Salahkan saja si Alvin kampret yang belum mengembalikan uangnya untuk membayar skincare laknat itu.

Suara klakson truk menyadarkannya. Alea akan berjalan untuk sampai ke kantor. Kira-kira membutuhkan waktu 15 menit untuk bisa sampai disana tepat waktu.

Sepanjang jalan, hanya ada suara kendaraan yang menemaninya. Tak ada teman yang bisa diajak mengobrol. Ia iri saat melihat para gadis yang bergandengan tangan sambil bersenda gurau.

Gedung kantor tempatnya bekerja sudah terlihat. Tulisan Hero Advertising yang terpampang seketika membuatnya tersenyum. Ia bangga pada dirinya yang bekerja di perusahaan periklanan itu.

Dengan penuh semangat, Alea memasuki area kantor. Tak lupa juga menyapa para satpam yang telah menjadi kebiasaannya sejak dulu.

Ia menaiki lift untuk sampai di lantai 5 yang merupakan tempatnya bekerja. Saat menginjakkan kaki di lantai ini, hanya terlihat segelintir orang bahkan bisa dihitung dengan jari. Ternyata ini masih pagi, pantas saja belum ada ceramahan yang terdengar.

Rekan seperjuangannya juga belum nampak batang hidungnya. Ia akan memulai bekerja dan fokus untuk menaikkan gajinya. Hari ini, Alea diberi tugas oleh atasan untuk ikut serta dalam pembuatan iklan produk kopi kemasan.

Suatu penghargaan baginya bisa turut andil dalam pembuatan iklan produk yang digemarinya itu. Karena tidak ingin mengecewakan, Alea lagi-lagi memastikan sesuatu agar proses nanti berjalan dengan lancar.

Kini mulai terdengar suara rusuh karena sudah memasuki jam kerja. Pukul 10 nanti pembuatan iklan akan dimulai. Ah senangnya, menjadi bagian dari fashion stylist adalah impiannya sejak dulu.

"ALEA ZAHIRA" teriakan yang memanggil namanya membuat Alea tersadar. Ada apa ini? Apa ia berbuat kesalahan?

"Masih pagi jangan ngelamun. Saya daritadi manggil malah ngga nyaut"

"Maaf Bu" Alea sungguh tidak mendengar apa-apa sejak tadi. Entahlah, mungkin telinganya bermasalah.

"Ikut saya" perintah dari Dian selaku manager tim kreatif membuat bulu kuduknya merinding.

Dengan jantung yang tidak berdetak normal, Alea duduk di kursi depan atasannya. Ia mengamati Dian yang sedang mengambil berkas di laci kemudian menyerahkan padanya.

Alea membuka berkas itu dan mulai membacanya. Perusahaan fashion ternama akan menggunakan jasa Hero Advertising untuk memasarkan beberapa produk baru. Apa jangan-jangan ia juga akan jadi stylist pada pembuatan iklan itu. Ah senangnya.

"Begini, Nisa kan sedang cuti karena lahiran, dan para rekannya sudah memiliki job masing-masing. Jadi tidak ada yang bertanggung jawab untuk mengurus model iklan ini"

Oh, jadi itu masalahnya. Terus, hubungannya dengan Alea? 

"Kamu sendiri uda sering banget bikin masalah. Bahkan atasan pernah mecat kamu tapi saya bantu untuk menghalanginya. Jadi untuk menebus semua kesalahan kamu, saya amanahkan tugas Nisa untuk kamu kerjakan"

Sebentar, gimana-gimana? Jadi dia sebagai stylist harus beralih profesi mengurus model iklan? Begitu? Kenapa jauh sekali dengan bakat dan pekerjaannya.

"Keuntungan jika berhasil, kamu akan naik gaji. Tapi jika kamu gagal, maaf saya tidak bisa bantu kalau kamu dipecat"

Duar. 

Jantungnya seperti disambar petir saat mendengar kata dipecat. Bagaimana nasibnya jika ia tidak memiliki penghasilan.

Alea melanjutkan membaca berkas itu. Ia mencari-cari model iklan yang diinginkan klien. Ah, akhirnya ketemu. Ia mengernyitkan dahinya saat membaca nama yang asing di ingatannya.

"Davichi Park?"

"Aktor pemain drama yang sekarang lagi panas-panasnya. Saya beri waktu tiga hari, ingat jika kamu gagal, saya ngga ikut campur kalau kamu dipecat.

Tugas kamu sendiri hanya menyelesaikan tanda tangan kontrak. Nisa sudah mengurus semua. Ini kartu nama managernya. Sana balik kerja"

"Baik Bu" Alea mengambil kartu nama itu dan langsung kembali ke tempat semula. Jika hanya tanda tangan kontrak, sepertinya tidak sulit baginya.

Sebelum menghubungi manager aktor itu, Alea menyempatkan untuk mencari informasi tentang Davichi Park. Sebelum meyakinkan aktor itu, ia harus tau dulu kan tentangnya.

"Duuh gantengnya"

Rasanya ia ingin muntah melihat Sella, rekan kerjanya, yang menatap foto Davichi dengan mata berbinar. Ia jadi sangsi takut ada liur yang menetes.

"Biasa aja liatnya mbak"

"Heh, cewek kayak lo mana paham"

"Hm" malas sekali jika harus meladeni perempuan satu ini. Sella terkenal memiliki mulut ember dan teriakan yang membahana. Ia sudah seperti lambe turah di tim kreatif.

"Buat apa lo nyari info tentang bias gue?"

"Gue disuruh bu Dian gantiin tugas mbak Nisa"

"Iiih kok lo sih, kan gue juga mau. Tau gitu gue langsung ngajuin diri kemaren"

"Aduh sakit bego" Alea berusaha melepaskan tangan Sella dari rambutnya. Gadis satu ini kenapa bar bar sekali sih.

"Gue ngga ridho lo ketemu Ichi" teriakan Sella menarik perhatian para rekan kerjanya. Mendengar nama aktor terkenal itu, membuat semuanya berkumpul di meja Alea.

Dan lagi, siapa Ichi? Oh nama panggilan aktor terkenal ini. Lucu juga namanya. Seperti nama sebuah merek minuman. Alea jadi senyum-senyum sendiri sekarang.

"Ketemu Ichi? Sumpah?" Alea hanya mengedikkan bahu menjawab pertanyaan salah satu rekannya. Ia benar-benar tidak tau.

"Eh eh tapi bener ngga sih berita itu? Sayang banget si Ichi balikan sama mak lampir" hembusan nafas keras keluar dari bibir Alea. Niatnya ingin bekerja malah terperangkap diantara cewek-cewek tukang gosip.

"Gue yakin itu cuma hoax. Foto sarapan berdua bukan brarti mereka balikan"

"Masalahnya itu di hotel, mungkin aja kan mereka abis begituan"

Aduh, Alea harus menutup telinga sepertinya. Otak polosnya tidak boleh tercemar dengan pikiran jorok mereka.

"Gue ngga sabar nunggu klarifikasinya" kompak semua mengangguk setuju dengan ucapan Sella, kecuali Alea tentunya. Ia tidak paham tentang pembahasan mereka.

"Itu ngapain pada ngumpul, KERJA. Mau saya potong gaji?"

Mendengar suara menggelegar dari Dian, membuat mereka lari terbirit-birit ke meja masing-masing. Alea sendiri hampir tidak bisa menahan tawa melihatnya.

Ia pun melanjutkan kembali mencari informasi mengenai Davichi. Alea yang malas membaca, memutuskan untuk mencari di youtube dengan hpnya. Tak lupa ia juga memakai earphone.

"Setelah sukses dengan drama Between Us, kini Davichi akan kembali memerankan drama Kill Me Now"

Sontak Alea langsung mem-pause video itu. Between Us? Drama itu menjadi favoritnya karena alur cerita yang sangat menyayat hati. Pemain utama drama itu juga sangat tampan dan bakat aktingnya sungguh luar biasa.

Karena penasaran, Alea pun berniat mencari pemain drama itu. Tapi sepertinya tidak bisa karena jam yang sudah menunjukkan pukul 9. Ia harus segera pergi ke lokasi syuting iklan di lantai 6.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status