Menurut kamus hidupnya, obat emosi adalah balas dendam - Davichi Park
____________________
Sembari menunggu kedatangan klien, Alea mengisi perutnya dengan bekal yang sudah ia siapkan dari kontrakan. Ia lebih memilih repot karena memasak di pagi hari daripada membeli makanan di pusat kota ini.
Uang 5 ribu di kampung halamannya sudah cukup untuk membeli nasi uduk yang mengenyangkan perut. Sedangkan disini? Ia hanya mendapat 1 porsi nasi putih tanpa lauk.
Kali ini Alea tidak membawa bekal nasi. Tadi pagi ia hanya memasak bubur untuk temannya yang sakit dan bakwan jagung. Semalam, ia mendapat jagung gratis dari pemilik kontrakan. Rezeki memang tidak bisa ditebak.
Ting
Notifikasi dari m-banking membuatnya hampir berteriak. Saking sibuknya, ia hampir lupa bahwa hari ini gajian. Akhirnya, ia tidak pusing lagi mengenai kontrakan untuk 2 bulan ke depan.
Hari ini semua tugasnya berjalan dengan lancar. Proses syuting iklan tadi hanya membutuhkan waktu 4 jam karena model yang sudah professional. Ia juga mendapat pujian karena pemilihan outfit yang sesuai dan menyatu dengan tema.
Dari kejauhan ia melihat Ais selaku manager dari Davichi menghampirinya sambil membawa botol minuman. Alea pun langsung menutup bekalnya dan menaruh di atas tas punggungnya.
Wanita itu menyerahkan botol minuman pada Alea dan diterimanya dengan ramah. Jarang sekali ada kliennya yang baik hati seperti ini. Alea jadi merasa tersanjung.
"Maaf ya mbak, Ichi masih perjalanan kesini. Itu anak emang susah banget kalo mau tanda tangan kontrak. Mbak ada kesibukan lain habis ini?"
"Ngga ada Bu"
Ais bernafas lega mendengarnya. Iklan ini sangat penting bagi Davichi. Brand fashion yang sudah terkenal itu bisa jadi sponsor pada setiap outfit aktornya itu. Ia jadi bisa mengalihkan pengeluaran ke barang lainnya.
"Panggil mbak aja. Saya orangnya santai kok" Alea hanya tersenyum. Untung saja manager ini baik, daritadi ia sudah harap-harap cemas saat tak kunjung mendapat balasan.
Alea menanyakan waktu dan tempat untuk tanda tangan kontrak itu sejak pukul 10. Tapi Ais membalasnya pukul 2. Bayangkan saja bagaimana jantungnya yang cemas karena hal itu.
Ia tidak sabar bertemu dengan aktor itu dan melihatnya menandatangi kontrak kerjasama. Ini pertama kalinya bagi Alea melakukan pekerjaan ini. Tentu saja ia antusias. Jika gajinya naik, ia akan mengirim uang lebih banyak ke panti.
*****
Dengan langkah lemas, Davichi mengikuti Dimas yang masuk ke lobi apartemen. Nyawanya masih belum penuh karena Dimas yang membangunkannya secara biadab.
Bagaimana tidak, pria itu dengan kurang ajar melempar bantal tepat di mukanya. Untung saja nyawanya kembali, jika tidak pasti pria itu menjadi orang pertama yang dihantuinya.
Tanpa melihat orang disampingnya, Davichi langsung duduk dan kembali memejamkan mata. Matanya semakin rapat saat mendengar omelan dari sang manager.
"Bangun ngga, jangan malu-maluin"
Davichi berdecak kesal saat lagi-lagi sebuah bantal mendarat di mukanya. Ia menatap Ais tajam kemudian mengambil minuman di depannya yang entah milik siapa. Ia hanya ingin minum.
"Aduh, maaf ya mbak. Ichi emang kurang ajar kalo lagi ngantuk. Harap dimaklumi ya"
Ais sungguh malu, ia sebagai manager seperti tidak pernah memberikan nasihat pada pria kekanak-kanakan itu.
"Ngga apa-apa kok mbak. Saya paham" Davichi memutar bola mata malas. Siapa sih gadis ini? Ooh, pasti perwakilan dari Hero Advertising. Kenapa tidak Ares saja yang memintanya untuk tanda tangan kontrak.
Ares adalah sahabat karib Davichi yang menjabat sebagai CEO perusahaan Hero Advertising. Dia sangat terkenal di kalangan masyarakat berkat nama orang tuanya.
Kisah cinta orangtua Ares diangkat menjadi sebuah drama, dimana Davichi berperan sebagai Jauhar di drama berjudul Between Us itu. Jadi sudah jelas kan bagaimana terkenalnya pria itu.
Dan lagi, kakak Ares yang bernama Kafka adalah pemilik brand Infinite yang nantinya akan bekerjasama dengannya. Wow sekali bukan. Keturunan Dewarangga memang sultan sejak lahir.
"Nih, buruan ttd"
"Bentar, masih ngumpulin nyawa" Ais menghembuskan nafas pasrah. Jika tidak ada Alea, mungkin ia sudah menjitak kepala bocah tengil itu.
Mata yang masih redup, ia arahkan ke gadis di sampingnya. Ia melihat sosok yang sepertinya tidak asing di ingatannya. Sebentar, sepertinya ia menyadari sesuatu.
"Lo yang jambak gue tadi pagi kan? Ngaku lo" Davichi menunjuk tepat di muka gadis itu dengan penuh amarah. Liat saja, lehernya masih tercetak jelas cakaran bocah gila itu.
"Sa-salah orang kali, sa-saya ngga ke supermarket kok"
"Tau darimana kalo gue dijambak di supermarket? Ketahuan kan lo. Uda ngaku aja"
Melihat wajah gadis itu yang terlihat takut membuat Davichi puas. Apalagi saat gadis itu menepuk kencang bibirnya, ia hampir menyemburkan tawa. Awas saja, ia akan memulai aksi balas dendamnya.
"Ada apa lagi sih? Ini tinggal ttd doang" ucap Ais gemas. Rasanya ia ingin memilintir aktornya itu.
"Ogah gue"
Mendengar respon Davichi, Dimas pun langsung membisikkan sesuatu pada Ais. Ia pun baru sadar jika gadis yang membuat cakaran di leher Davichi adalah gadis itu.
"Ttd dulu, baru kalian selesaiin masalah pribadi"
Masalah pribadi? Geli sekali ia mendengar kata itu. Davichi menatap tajam manager dan asistennya, bahkan semakin tajam saat menatap gadis gila itu.
"Pokoknya gue ngga mau ttd. Titik"
Rasanya Ais ingin mencakar pria itu. Ia sudah kesal menghadapi beritanya yang menjadi trending, dan sekarang pria itu lagi-lagi membuatnya emosi.
"Sabar mbak, itu bocah kalo dimarahin makin ngga karuan" Dimas tau betul bagaimana tempramen Davichi saat kesal atau marah. Enam tahun bekerja dengannya, membuat Dimas hafal di dalam kepala. Iya di dalam, kalau di luar namanya ilang.
"Ya uda kalian urusin masalah kontrak ini. Saya masih ada kerjaan. Nanti kalo Davichi masih ngga mau tanda tangan, kamu hubungin saya lagi aja. Biar saya santet itu bocah"
Ais mengajak Dimas untuk meninggalkan 2 orang itu. Mereka masih harus mengurus masalah berita yang tak kunjung reda. Semoga saja, Davichi tidak berbuat macam-macam lagi.
"Saya harus gimana?"
"Saya? Cih? Tadi pagi aja gue lo. Lo ngga inget uda ngumpatin gue?" Ucap Davichi sarkas.
"Mau lo apa, buruan. Gue mau pulang" nah kan keluar juga sifat aslinya. Gadis ini memang sok baik di depan Ais dan Dimas tadi.
"Sabar dong gue juga lagi mikir" Entah kenapa, ia jadi antusias saat memikirkan hal apa yang akan membuat mak lampir itu kapok. Gadis ini harus diberi pelajaran karena sudah berani mengacaukan paginya.
Sebuah kotak di samping gadis itu membuat Davichi penasaran. Sejak tadi ia mencium bau makanan lezat, sepertinya berasal dari kotak itu. Dengan gesit, ia langsung mengambil dan membukanya.
Matanya langsung berbinar melihat beberapa bakwan jagung. Seketika perutnya langsung lapar saat mencium baunya. Tanpa izin sang pemilik, Davichi langsung melahapnya sampai habis.
Ia tidak menyangka bisa menikmati gorengan. Untung saja manager dan asistennya sudah pergi. Jika tidak, pasti ia hanya akan diberi makan salad, salad, dan salad. Membayangkan saja, Davichi sudah ngeri.
Ctak...
"Aww" Davichi berteriak kencang begitu mendapat pukulan tiba-tiba. Ia menggosok-gosok kepalanya dengan cepat. Kurang ajar, Berani sekali gadis itu menjitak kepala seorang aktor terkenal.
Sudah 2 kali gadis gila itu menyerang kepalanya. Siapa yang mau tanggung jawab jika ia berubah jadi idiot. Awas saja, ia tidak akan membiarkan gadis itu hidup tenang.
Senyum licik terlukis begitu menyeramkan di bibir Davichi. Gadis gila itu tidak akan lepas dari genggamannya. Ia tidak akan menandatangani kontrak itu sebelum berhasil membalas dendam.
*****
Fans mencerminkan idolanya, benar kan? - Alea Zahira____________________"Apalagi sekarang? Ngga cukup buat para Inch cemburu gara-gara kamu deket dengan cewek ngga jelas ini?" Tanya Farah dengan wajah bersungut-sungut."Kamu salah paham. Aku cuma nolongin Alea yang mau ke kamar mandi.""Bohong. Nyatanya kalian malah tindih-tindihan di lantai!!!"Uhuk uhukAlea sampai tersedak ludahnya sendiri. Ucapan Farah, ketua fans club Davichi itu sungguh membuatnya sakit kepala. Dia bilang apa tadi? Tindih-tindihan?Oh god. Bukan mau Alea jatuh menimpa pria itu. Salahkan saja Davichi yang berinisiatif menolongnya. Jadi begini kan sekarang? Belum selesai satu masalah, tapi pria itu menambah kesalahpahaman lagi.Susah memang jika menjadi cecunguk pria menyebalkan macam Davichi."Uda mbak. Jangan memperkeruh suasana. Mbak Alea lagi sakit, jadi biarin dia istirahat." Timpal Dimas berusaha melerai."Ya ngga bisa gitu dong. Gue juga butuh penjelasan Dim. Mbak Ais mana sih? Padahal dia loh yang nyuruh
Siapa yang pernah menolong orang, tapi malah terkena getah? Angkat tangan - Davichi Park____________________Suasana fans meeting kali ini sangatlah berbeda dari yang dulu-dulu. Biasanya para Inch akan menyambutnya dengan hyme yang tak henti-hentinya dialunkan.Namun sekarang, beberapa inch sedang memberikan laporan di kantor polisi karena kejadian tadi. Termasuk Farah yang merupakan ketua fans club nya.Tragedi penganiayaan Alea tadi benar-benar membuatnya syok. Ia tidak menyangka bahwa para Inch bisa mengeroyok gadis itu dengan sadis. Ia dengar dari mbak Ais bahwa gadis itu sampai dilarikan ke rumah sakit.Karena kejadian itu, pihak mall pun langsung memanggil para polisi untuk mengkondusifkan kondisi disana. Bahkan kini ia dijaga ketat karena tadi ada haters yang berusaha mencelakainya.Setelah acara penandatanganan dan foto bareng selesai, Davichi langsung meminta pada Dimas untuk membawanya ke rumah sakit dimana Alea dirawat. Juj
Mengagumi seseorang memang boleh, tapi jangan terlalu terobsesi sampai fanatik. Karena sesuatu itu baik dalam kadar yang cukup - Alea Zahira____________________Fans meeting yang di adakan di Elle Mall kali ini sangatlah meriah. Tidak seperti fans meeting biasanya, sebab di mall tersebut juga sedang mengadakan promo khusus untuk para Inch yang sudah meluangkan waktu berdesak-desakan demi bertemu dengan idola mereka.Saking meriahnya, Alea yang tadi mengekori Dimas kini telah terpisah dan tak tau arah jalan pulang. Iya benar. Ia terjebak di antara lautan manusia yang histeris karena idola yang ditunggu-tunggu telah datang. Oh god, sepertinya nasibnya lebih miris daripada kucing liar di jalanan, Hiks."Al, Aleaaaa. Kamu dimana Al?""Disini, disini" Alea mengangkat tangannya ke udara. Entah siapa yang mencarinya itu, ia hanya ingin segera diselamatkan.Melihat Ais yang menyuruh para Inch untuk memberi ruang untuknya, membuat Alea bernafa
Jangan menyimpulkan sesuatu hanya dari apa yang kau lihat - Davichi Park____________________Setelah 2 bulan bergelung menjadi stylist di drama Kill Me Now membuat Alea lupa bahwa pekerjaan itu hanya bersifat sementara. Sebenarnya ia bisa ikut dengan staff disana, tapi mereka juga sedang tidak ada job. Hanya beberapa staff yang memang memiliki pekerjaan tetap di agency.Alea menatap jenuh laptopnya yang tidak menampilkan satupun lowongan saat ia mencari dengan kata kunci fashion stylist atau stylist. Duh, bisa-bisa ilmunya hilang karena kebanyakan menganggur. Ehm, apa ia meminta bantuan saja pada Alvin? Sepertinya itu ide bagus.Memakai baju kasual dengan rambut kuncir kuda membuatnya bak gadis yang habis mandi. Padahal menyentuh air saja tidak. Ia hanya berganti pakaian dan sedikit merapikan penampilan agar tidak terlihat kucel.Ia melangkahkan kakinya menuju Happy Apartement. Senyumnya langsung terbit saat bertemu dengan para satpam. Satpam disi
Salah satu kata terindah adalah ucapan terima kasih yang tulus - Davichi Park____________________Alea ingin menangis rasanya. Bagaimana bisa ia yang merupakan fashion stylist beralih profesi menjadi pemain pengganti. Ya sebenarnya ia senang sih sekali-kali bisa turut andil dalam sebuah drama, tapi kenapa harus akting bersama iblis itu."Pak, saya ngga ada bakat akting, sumpah" ucap Alea memohon."Saya ngga suruh kamu akting. Cuma adu mata aja sama Davichi""Kenapa harus saya pak?""Mata kamu mirip sama Vio, dan untuk rambut, tolong staff dibenerin dulu"Melihat salah satu staff yang menariknya ke suatu tempat membuat Alea panik. Heh, apa-apaan ini? Ia kan belum mengatakan setuju. Oh god, tolong bantu hamba.Alea hanya pasrah saat rambutnya disemprot dengan cairan, entahlah ia tidak tau. Yang pasti tubuhnya sedang tremor karena panik. Mana ia kebelet kencing. Duuh, kandung kemihnya memang tidak bisa di ajak kompromi."D
Makna takdir di hidupku adalah sesuatu yang muncul saat berhenti untuk berusaha - Davichi Park____________________"Banguuuuun. Ya ampun, kebo banget sih"Davichi semakin merapatkan selimut mendengar teriakan Dimas yang memekakkan telinga. Kenapa sih pria itu selalu menganggu tidurnya? Ia tidak liat apa matanya yang masih menghitam karena kurang tidur.Semalam ia baru sampai di apartemen pukul 1 pagi karena ada rapat dadakan yang di adakan oleh Agency. Dan saat perjalanan pulang juga ada problem yang menyebabkan jalanan menjadi macet.Alhasil, pagi ini ia benar-benar masih mengantuk. Ditambah dengan suhu yang dingin membuatnya semakin enggan untuk turun dari kasur."Dav, bangun. Lo ngga lupa kan ada syuting jam 8? Ini uda jam 7 bego. Buru bangun. Apa mau gue mandiin disini?""Ok ok gue bangun" ucap Davichi ogah-ogahan sambil bangkit dari tidurnya.Lihat saja kelaukan asistennya itu, kurang ajar sekali kan. Dan lagi, asisten ma
Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Jadi, jangan patah semangat untuk mencari pekerjaan. Fighting! - Alea Zahira____________________HiksHuwaaaaahAir mata Alea kini sudah mengering. Ia seperti tidak memiliki tujuan hidup. Tubuhnya bahkan seperti gembel karena hanya mandi sehari sekali.Hobi Alea sekarang sudah berubah menjadi rebahan. Bagaimana tidak, 1 bulan ini ia habiskan di atas kasur sambil menunggu panggilan kerja.Ia sudah mengirim surat lamaran ke berbagai perusahaan, mulai dari fashion, periklanan, bahkan ia sampai mencoba melamar di pabrik kain. Tapi apa? Tidak ada satupun panggilan untuk interview. Miris sekali hidupnya.Alea harus segera mendapatkan pekerjaan. Sewa kosnya hanya tinggal satu bulan. Jika ia diusir, dimana ia harus tinggal. Mana barang-barangnya segunung. Ya kali jadi gelandangan sambil membawa banyak barang seperti ini. Duuuh.Sebenarnya Alvin sudah menawari Alea untuk tinggal di apartemennya. Tap
Jika mencium gadis yang bukan siapa-siapa, apa masuk ke dalam kejahatan? Atau hanya khilaf? - Davichi Park____________________Davichi mengernyitkan dahi bingung. Ia sudah mencoba menghubungi Alea, tapi tidak ada satupun panggilan yang dia jawab. Bahkan pesan yang ia kirim hanya di read oleh gadis itu. Ada apa dengannya?Apa jangan-jangan Alea marah karena dirinya yang sudah mencium bibirnya seenaknya. Ya ampun, ia lupa tidak meminta maaf. Tapi sebagai balasan, ia sudah memberikan tanda tangan kontrak. Jadi seharusnya gadis itu sudah memaafkannya, iya kan?Pagi ini Davichi kembali ke kota karena ada pemotretan untuk cover majalah. Ia sudah berangkat dari jam 5 tadi. Duh, untung saja semalam ia cukup tidur. Ia tidak mau sampai drop saat pengambilan gambar nanti.Karena pemotretannya yang diundur menjadi siang, Dimas pun mengantarkan Davichi ke apartemen. Ini baru jam 8, jadi ia akan membiarkan aktornya untuk beristirahat.Dengan lemas, Davic
Kalian tau rasanya, sudah bekerja keras tapi dibohongi? Itu seperti jantung yang ditusuk dengan pisau kue secara perlahan - Alea Zahira____________________"Lo mau bukti?"Heh, apa dia bilang? Bukti? Bukti apa Tuhan. Kenapa pria itu jadi gendeng plus sinting begini. Setelah mengaku bahwa ini cupang karyanya, pria itu dengan kurang ajarnya juga menawarkan sebuah bukti. Memangnya ia ini apa?Alea memicingkan mata ke arah Davichi yang masih sibuk tertawa. Lihat saja, bahkan air matanya sudah menetes. Ia yang kesal pun hanya bisa menghembuskan nafas pelan."Cih, mana mungkin. Kamu aja ngga pernah tuh cium aku. Apalagi sampe bikin kissmark"Lagi-lagi mata Alea melotot. Frontal sekali ucapan iblis betina itu. Ia tidak peduli wanita itu dapat kissmark atau tidak. Yang jadi masalah sekarang adalah semua pasang mata sedang melihat ke arah mereka karena ucapan Angela yang bak toak.Dan sekarang, cupang karya si sinting Davichi sudah di ekspos