LOGINAluna bangun dengan tubuh yang terasa cukup pegal karena dia tadi malam mabuk. Saat bangkit dari ranjang dan duduk, Gadis itu melihat Devano yang baru keluar kamar mandi hingga dia bergerak menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Aku mau memasukkan satu pelayan," ucap Aluna tiba-tiba membuat Devano yang akan berjalan ke walk in closet berhenti dan menoleh ke arahnya. "Untuk apa?" Aluna menatapnya, lalu menaikkan alis. "Kau bertanya untuk apa? Tentu saja untuk melayaniku, aku terbiasa dilayani dari kecil dan saat sampai di rumahmu ini aku bahkan tidak menemukan satupun pelayan. Meskipun aku bisa memasak, tapi aku juga bekerja dan sangat sibuk. Aku butuh seseorang untuk mengurus ku selain Leny, karena kau sama sekali tidak ada niatan untuk memberikan pelayan di rumah ini jadi aku akan membayar pelayanku sendiri," ucapnya membuat Devano terdiam. Tak juga mendapatkan respon dari pria itu, Aluna menarik napasnya. "Tidak perlu khawatir, dia hanya akan melayaniku dan tidak akan mengganggumu. Pernikahan kita hanya sandiwara kan? Sandiwara juga aku tidak bisa menghabiskan waktu di dapur pagi siang dan malam untuk memberikan makanan untukmu. Kau memang tidak mencintaiku, tapi bukan berarti aku akan menjadi pembantu yang akan melayani semua kebutuhan makanmu di rumah ini. Ada kalanya aku ingin memasak tapi bukan setiap hari, hari ini pelayanku yang akan memasak," ujarnya membuat Devano akhirnya mendengus. "Lakukan saja, tapi kalau dia adalah pengganggu dan juga selalu mencampuri urusan pernikahan sandiwara kita, Aku tidak akan segan untuk melakukan sesuatu padanya," ujar Devano tegas, membuat Aluna tersenyum santai. "Pelayanku adalah orang-orang yang berpendidikan, tidak serendah yang kau pikirkan. Tentu saja pelayanku tahu apa saja yang bisa mereka lakukan dan apa yang tidak. Kau tidak perlu khawatir, dia juga tidak akan mempedulikanmu," ujar Aluna lalu turun dari atas ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi. Tetapi sebelum masuk ke sana, dia menatap wajah Devano dan mengulurkan tangannya. Pria itu menaikkan alis, bertanya tanpa kata tentang apa yang diinginkan oleh gadis yang dihadapannya. "Jangan lupa untuk membuat surat perjanjian pernikahan sandiwara. Tetapi jika kau tidak keberatan aku juga bisa membuatnya," ujar Aluna membuat Devano terdiam lagi. Dia bisa melihat dengan jelas kalau gadis ini semakin berani. Semalam dia menurut apa saja yang dikatakan oleh Devano, bahkan saat mereka membuat perjanjian dari ucapan saat malam pertama pernikahan. Semuanya dikatakan dengan begitu jelas, dan Aluna juga setuju tanpa banyak bicara. Tetapi hari ini entah kenapa sifatnya sedikit berubah lebih tegas, membuat Devano terdiam setiap kali dia bicara. "Kurasa tidak perlu pakai perjanjian, orang bodoh pun tidak akan mau membatalkan ucapan dan janji yang dibuatnya dengan gadis sepertimu." Tak mau kalah dengan harga dirinya, Devano bersuara membuat Aluna tersenyum kecil. "Kau adalah orang yang tidak mau kalah, Aku hanya tidak mau kau menggunakan kemampuan itu untuk menindasku di hadapan keluargamu. Perlu kau ketahui, aku bukan Amanda yang bahkan sudah mengatakan dia punya pacar dan akan menikah dengan pria lain tapi masih mengharapkan cinta dan perhatianmu. Aku setuju untuk melakukan pernikahan sandiwara dihadapan orang tuamu supaya hidupku juga tenang tanpa dipaksa menikah. Jadi, jangan coba-coba melakukan sesuatu di luar dari kesepakatan kita." Aluna berkata tegas lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Devano menghela napasnya, terlihat kesal tapi juga tak bisa melakukan apapun. Berjalan ke arah walk in closet, dia berganti pakaian dan memakai pakaian formal karena hari ini dia akan kembali ke perusahaan tanpa peduli dengan pernikahan mereka. *** "Kau sungguhan akan menikahi pria itu? Pria yang kau bawa saat datang ke acara pernikahanku?" Amanda menatap wajah Devano dengan sedih, lalu mengangguk. "Keluargaku di bawah sekali derajatnya jika mau dibandingkan dengan keluarga Aluna, Devan. Aku sempat di rumorkan memiliki hubungan denganmu tapi karena kau menikah dengan gadis seperti Aluna, jadi aku harus memulihkan nama baik kita dengan mereka bersama dengan pria lain. Cara itu yang bisa kulakukan untuk menjaga nama baikmu, juga nama baik Aluna," ujarnya membuat Devano menarik napas. Dia mengambil tangan Amanda, menggenggamnya dengan lembut bersamaan dengan Aluna yang bergerak dan menemukan mereka berada di koridor ruangan Devano. Tempat yang memang selalu menjadi tempat dimana mereka bertemu, makanya Aluna berhenti di sana dan melihat apa yang akan dilakukan oleh dua orang pasangan itu. "Putuskan pacarmu, aku bisa membuatnya tidak mampu melakukan apapun dan aku bisa menarik semua rumor itu. Walaupun kita tidak menikah tapi aku tetap mencintaimu jadi aku membutuhkanmu. Kalau kamu mau mengikuti rencana yang kubuat, ke depannya kamu yang akan menjadi istriku, aku bisa menceraikan Aluna jika kamu mau mengikuti semua rencanaku," ujar Devano dengan serius membuat Aluna menghela napas sendiri. Dia sudah tahu itu rencana apa, pasti tentang kehamilan yang sempat disinggungnya semalam. Aluna tak bisa membayangkan suaminya akan menghabiskan malam dan bercinta dengan wanita lain, walaupun hubungan mereka adalah sandiwara tapi tetap saja sumpah pernikahan mereka nyata di hadapan Tuhan dan pendeta. Semua ini akan ternodai jika Amanda setuju untuk melakukan hal gila itu. Tetapi dia juga tidak mau jika harus melahirkan anak untuk pewaris keluarga Herdian. Aluna tidak ingin anaknya terlahir dalam keadaan keluarga yang berantakan dan ayah ibu yang tak saling mencintai. "Rencana apa? Apa maksudmu dengan ingin melibatkanku?" Devano menarik napasnya dalam-dalam, meyakinkan hatinya sekali lagi sebelum akhirnya bersuara. "Aku ingin kau mengandung anakku," ucap Devano serius membuat Amanda membulatkan matanya. "Jika berhasil, aku akan membawamu ke keluargaku. Aku dan Aluna sudah setuju untuk melakukan ini, dia juga tidak mencintaiku dan aku juga tidak mencintainya. Jika memang kita ingin memperjuangkan hubungan dan cinta kita, ayo kita lakukan hal ini. Kalau kau sudah hamil anakku, maka aku bisa menceraikan Aluna dan mengatakan pada keluargaku jika dia seorang yang mandul. Kedua orang tuaku tidak akan menentang hubungan kita lagi dan pasti kau bisa menjadi istriku." Amanda dengan cepat melepaskan genggaman tangan Devano, menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Aku memang miskin tapi kau tidak bisa mempermalukan aku seperti ini, Devan!" Amanda berteriak tiba-tiba dan itu cukup membuat Devano dan Aluna yang masih mengintip langsung menaikkan alis. Aluna kaget dengan tanggapan yang diberikan oleh Amanda. Dengan segala sikap murahan wanita itu selama ini, kenapa dia merasa dihina dengan ucapan Devano yang menawarkan sebuah rencana padanya? "Mempermalukan apa? Aku hanya ingin memperjuangkan cinta kita apapun caranya. Setelah semua jalan buntu, aku akhirnya menemukan jalan ini. Kita bisa lakukan, Amanda. Ini jalan yang paling mudah, tapi peluang keberhasilannya sangat besar. Ayo kita bercinta agar kau bisa hamil anakku!""Tidak," tolak Amanda lalu bergerak menyamping, menjauhi Devan dengan cepat. "Devan, itu tidak akan menyelesaikan masalah kita. Kau tetap suami Aluna dan tidak akan bisa menjadi suamiku walaupun aku hamil anakmu. Itu hanya akan jadi aib, aku hanya akan malu sendiri kalau sempat melakukannya." "Amanda masih rasional juga pemikirannya," gumam Aluna mendengarnya. "Tapi, aku tidak mencintai Aluna! Kalau kamu hamil anakku, setidaknya aku bisa membuat posisi ini berganti. Aku akan mudah mencampakkan Aluna dari dalam hidupku, lalu membawamu dalam pernikahan yang baru." Devano terus memaksa, cara soal sesuatu yang pasti masuk akal dalam pikirannya sendiri. Amanda terlihat kesal, tapi dia menahannya baik-baik dan kembali menatap wajah Devano dengan tatapan seolah-olah dia adalah gadis tersakiti. "Devan... kalau kau memang mencintaiku, caranya bukan begini. Cari cara untuk menceraikan Aluna, cara lain yang tidak perlu melakukan sesuatu untuk mempermalukanku. Aku tidak mau kalau harus ham
Aluna bangun dengan tubuh yang terasa cukup pegal karena dia tadi malam mabuk. Saat bangkit dari ranjang dan duduk, Gadis itu melihat Devano yang baru keluar kamar mandi hingga dia bergerak menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang."Aku mau memasukkan satu pelayan," ucap Aluna tiba-tiba membuat Devano yang akan berjalan ke walk in closet berhenti dan menoleh ke arahnya."Untuk apa?"Aluna menatapnya, lalu menaikkan alis. "Kau bertanya untuk apa? Tentu saja untuk melayaniku, aku terbiasa dilayani dari kecil dan saat sampai di rumahmu ini aku bahkan tidak menemukan satupun pelayan. Meskipun aku bisa memasak, tapi aku juga bekerja dan sangat sibuk. Aku butuh seseorang untuk mengurus ku selain Leny, karena kau sama sekali tidak ada niatan untuk memberikan pelayan di rumah ini jadi aku akan membayar pelayanku sendiri," ucapnya membuat Devano terdiam.Tak juga mendapatkan respon dari pria itu, Aluna menarik napasnya. "Tidak perlu khawatir, dia hanya akan melayaniku dan tidak akan mengganggum
"Apa? Astaga, bagaimana bisa kau melakukan hal bodoh itu bersamanya?" Bastian menatapnya tak percaya, malam itu saat mereka bertemu lagi untuk membahas beberapa proyek. Aluna menghela napas, dia mengambil wine untuk melegakan lehernya karena rasanya sangat kering setelah dia menceritakan perjanjian yang dia buat dengan Devano tentang siapa yang akan hamil dan memberikan keturunan untuk keluarga pria itu. "Hanya itu yang bisa kulakukan, sejauh ini aku tidak mungkin langsung bercerai hanya karena permasalahan kecil tentang dia yang tak menerimaku. Dia yang bodoh dengan salah menyukai orang lain, tapi menyalahkanku karena bukan Amanda. Harusnya hari itu dia bisa langsung menikah dengan Amanda saja, Kenapa pura-pura menerima di hadapan keluargaku dan membuatku kesulitan sendiri?" Aluna berkata sambil menarik nafasnya. Devano adalah seorang yang cukup menyebalkan, tapi Aluna tidak bisa melakukan apa pun saat ini karena dia tahu pria itu juga tidak akan mau disalahkan atau dipermalukan.
"Kau sudah masuk kerja secepat ini?"Aluna menoleh ke arah samping saat mendengar suara itu. Hingga dia menemukan Bastian yang bicara dan itu membuatnya dengan malas menoleh lagi ke arah komputer.Bastian menaikkan alisnya, mengambil duduk di depan Aluna yang tampak serius. "Astaga, Nona Aluna yang terhormat. Bagaimana bisa kau langsung masuk kerja padahal semalam baru selesai melakukan acara pernikahan? Apakah tidak ada kegiatan bulan madu atau setelah menikah liburan dulu begitu? Kenapa langsung masuk kerja?" tanyanya tak habis pikir. "Kalian juga orang kaya, mustahil sekali kalau kalian kehabisan uang hanya untuk membuat acara pernikahan makanya sekarang sudah masuk kerja, 'kan?"Aluna menatapnya datar. "Jangan mengejekku dengan pura-pura tak tahu," balasnya datar membuat Bastian terkekeh pelan."Baiklah, baiklah, aku hanya bercanda. Aku tidak menduga kalau dia akan sekejam itu." Bastian menggeleng pelan. "Harusnya walau dia tak menyukaimu, berikan sedikit harga diri. Siapa sangka
Devano bersiap untuk pergi bekerja hari ini. Ya, bekerja. Padahal mereka baru menikah semalam dan pria ini sudah sibuk untuk masuk kerja lagi."Tidak mau libur dulu? Apa kata karyawan nanti kalau kamu langsung masuk setelah menikah?" Aluna berkata sambil menatap Devano yang sedang bersiap."Apa aku peduli dengan ucapan karyawan?" Devano menatapnya dengan tatapan datar. "Mereka tidak akan bisa melakukan apapun padaku, lagi pula sudah menikah atau tidak juga tidak ada bedanya dengan jam operasional kerja. Untuk apa aku di rumah ini?"Aluna menghela napas pelan lalu diam sesaat."Kau berharap kita akan bulan madu seperti pasangan-pasangan yang baru menikah lainnya?"Belum sempat Aluna bicara, Devano sudah kembali bersuara dan itu membuat Aluna tak jadi mengatakan apa yang dia pikirkan."Jangan harap, aku hanya mencintai Amanda."Setelah mengatakannya, Devano mengambil tas dan berjalan pergi meninggalkan kamar. Aluna hanya bisa memperhatikan dengan wajah yang tampak serba salah, mau bagai
"Kita menjadi suami istri karena perjodohan masa lalu sialan ini! Lalu ayahmu memaksa kita menikah, begitupun kedua orang tuaku. Aku tidak sepenuhnya menerima pernikahan ini tapi kalau mau menjalaninya dengan baik juga tidak masalah. Dengan satu cara," ucap seorang pria di malam pertama pernikahan mereka. Gadis yang sudah menjadi istrinya itu mengangkat pandangan, menatapnya dengan wajah lelah setelah seharian melakukan pesta. "Apa caranya, Devan?" "Kita bisa melakukan pernikahan Sandiwara, aku tidak mau nama baikku rusak, nanti orang tuaku malu dan merasa bersalah. Kita bisa menjalani pernikahan sandiwara, selamanya, karena aku tidak mencintaimu sama sekali." Aluna menarik napasnya pelan lalu bangkit. Dia menatap wajah suaminya, seorang CEO ternama di kota mereka dan tempatnya bekerja dan kini harus terjebak pernikahan dengannya. Devano Herdian, nama asli pria ini. "Tidak ada tenggat waktu?" Devano menatapnya. "Tidak, Amanda sudah memutuskan untuk menikah dengan pria lain dan







