Ketika tugas membantu keluarganya di Rusia telah selesai, Hanz kembali ke Swiss dan melanjutkan kegiatannya seperti biasa.
Malam ini di Kafi Dihei. Hanya ada beberapa pengunjung yang sedang menikmati santap malam dan juga ngopi.Mark punya teman akrab bernama Gerald. Mereka tahu kalau Hanz bekerja di sini. Sengaja mereka datang hanya untuk mempermalukan Hanz.“Hei, Pelayan!” pekik Mark, padahal ada tiga waiter, tapi yang disahuti hanya Hanz.Hanz pun mendekat. Merasa kenal, Hanz mau tidak mau tetap melayani dua orang bengal ini.“Layani kami!” titah Gerald sambil mengangkat kaki.“Babu kok bisa kuliah di ETH sih?!” sindir Mark. “Kami pesan makanan yang paling mahal dan rekomen. Kau boleh pesan apa saja, Babu, kami yang bayar!”Gerald mengaparkan buku menu. Plak! “Ya, yang paling sering dipesan orang. Kau tahu kan, kami anak orang kaya?”Mark melototi Hanz. “Kenapa kau diam ha? Cepat kerjakan!”Hanz membalik badannya dengan santai, lalu beringsut meninggalkan mereka. Setelah pesanan mereka diantarkan, Hanz ingin segera melayani tamu yang lain, tapi dua orang itu malah banyak kehendak.“Woi sini dulu! Layani kami!”“Ini garpu dan pisaunya tolong kau lap pakai tisu!”“Kau tuangi minuman ini!”“Kau bersihkan mejanya!”Selama satu jam mereka berdua asyik mengerjai Hanz, jika menolak, mereka berdua sudah bicara sebelumnya sama manager untuk berbuat demikian. Hanz tak berkutik.Mark menatap remeh dan berkata, “Wajar saja kekasihku Alyona tidak mau berhubungan lagi denganmu, pria menyedihkan. Mana mungkin Keluarga Lukinov mau menerima orang rendahan seperti kau! Enyahlah!”Hanz menghela napas sebentar, menatap mata Mark cukup tajam, kemudian berkata, “Mark, bukankah kau disebut sebagai pembawa sial oleh Mikhailovic Lukinov, orang yang katamu sebagai calon mertuamu?” sentak Hanz sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana.Mark terperanjat kaget. Jidatnya langsung mengerut. “Bicara apa kau? Bahkan kau tidak pernah berbicara sekali pun dengan Mikhailovic Lukinov.”Sepertinya Hanz harus memberi pelajaran pada Mark saat ini juga. Jika dibiarkan, orang ini bakal ngelunjak. Hanz berkata dingin, “Kau tidak mungkin lupa. Kau kena kata-katai sebagai pembawa sial oleh Mikhailovic, bapaknya Alyona, di halaman parkir Oilzprom.Mark menjadi kikuk, meskipun sudah berlalu, dia tidak mungkin lupa. Waktu itu, Mark tampak bingung karena dimaki-maki oleh Mikhailovic, padahal Mark baru juga mengenal Alyona.Kejadian sebenarnya adalah Alyona hanya memanfaatkan Mark saja agar Lukgaz bisa dapat jatah minyak dari Oilzprom. Namun, nyatanya, bapaknya Mark selaku salah satu manager di Oilzprom sangat tidak punya pengaruh.Waktu itu, Mikhailovic sangat kecewa dengan Mark yang tidak berguna. Bahkan, Mikhailovic mencaci putrinya sendiri lantaran saking kesalnya. Baginya, Alyona dan Mark memang pembawa sial.Hanz sudah melupakan Alyona dalam ingatannya. Dia pandai dalam berdamai dengan masa lalu. Namun, sepertinya Mark sengaja membuka galian yang sudah dikuburnya.Hanz menatap Mark lurus-lurus, lalu berkata sangat dingin, “Mark, aku tahu saat ini kau menjalani hubungan yang bimbang bersama Alyona. Jika kau tidak bisa membantu Lukgaz untuk maju, berarti kau sampah di mata Mikhailovic! Sebentar lagi, kau akan menjadi sampah!”Biji mata Mark membulat sempurna. Mulutnya menganga lebar. Ada ekspresi ketidakpercayaan pada dirinya atas ucapan Hanz barusan. Tak dinyana, rupanya Hanz seberani ini. Pada saat awal bertemu, Hanz tampak kalem, makanya Mark cukup berani.Belum sempat Mark ingin bicara karena terlusut api amarah, Hanz melenggang meninggalkan meja, lalu masuk ke ruangan karyawan. Di sini, dia menelepon ayahnya.Dalam pembicaraan tersebut, Hanz menyuruh ayahnya untuk segera menghubungi Harry Gorbachev agar memperbolehkan Lukgaz mendapat jatah minyak, tidak selama enam bulan, tapi satu bulan saja.Pihak Oilzprom pun segera menghubungi Mikhailovic untuk segera ke kantor Oilzprom malam ini juga. Meskipun dapat jatah satu bulan, bagi Mikhailovic yang saat ini berada di ambang kehancuran, jelas baginya seperti angin segar.Namun, Hanz memberikan syarat dan syarat tersebut harus dilakukan sekarang juga. Mikhailovic yang tengah kebakaran jenggot menghadapi krisis di tubuh perusahaannya rela melakukan apa saja asal Oilzprom segera memberikan bantuan.Sepuluh menit kemudian, Hanz kembali ke meja Mark dan Gerald. Hanz menyeret satu kursi dan mendekatkannya ke dua orang itu. Saat ini, penampilan Hanz memang paling rendah di antara mereka bertiga.Hanz merapikan celemeknya, lalu berkata dingin, “Aku ingin gabung bersama kalian. Tadi aku sudah pesan satu kopi, sesuai dengan pemberian kalian, tapi terima kasih, aku bisa bayar sendiri.”Drrtt....Ponsel milik Mark bergetar dan berdering.Sebelum Mark menjawab telepon, Hanz berkata, “Biar aku tebak. Kau akan berpisah dari Alyona. Karena kau pria menyedihkan!” sentak Hanz dengan tanpa ekspresi.Mendengar itu, Gerald emosi dan ingin memberikan pukulan terhadap Hanz, tapi Gerald hanya menggertak. Hanz tersenyum getir saja. Dia melipat tangan di dada dan tidak sabar menunggu.“Halo?” sapa Mark dengan wajah biasa. Cara bicaranya pun masih santai.“Mark! Aku Mikhailovic Lukinov, papanya Alyona!”Mendengar suara tinggi seperti orang marah itu, Mark bergidik. Baru saja dia ingin menyapa dengan suara sopan, malah sekarang wajahnya pucat pasi. Matanya memancarkan rasa kekhawatiran.Mark mencoba berbicara. Suaranya melirih dan terbata-bata. “Iy-iya, Om. Ada apa?” Mark sangat kikuk. Gelagapannya lebih parah daripada bandar narkoba kena gerebek polisi.“Kau sampah yang tidak berguna! Kau tidak bisa diandalkan dalam bisnis! Kau tidak pantas menjadi kekasih anakku dan menjadi menantuku! Kau PEMBAWA SIAL! Berhenti kau berhubungan dengan anakku. Mati saja kau!”Memang tidak di-loudspeaker, tapi getaran suaranya masih jelas terdengar oleh Hanz dan Gerald.Wajah Mark makin pucat seperti mayat. Dia dibunuh oleh rasa yang terlalu banyak dan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.“Kau PEMBAWA SIAL! Jangan pernah juga kau sombong di hadapan orang orang, siapa saja! Kau salah dalam menilai orang! Enyahlah!”KLIK!Mark langsung tersandar lemas. Rasa kopinya seperti oli dan rotinya seperti sandal. Bibirnya bergetar hebat. Matanya langsung memerah tapi tidak ingin menangis.Gerald tertunduk. Tidak tahu dia harus mau ngomong apa. Prihatin, tapi juga tidak bisa bantu. Sahabat macam apa itu?Hanz beranjak dan mengambil kopinya, lalu berkata, “Tisunya masih banyak. Gratis bagi pelanggan. Jika ada yang kalian berdua butuhkan, silakan panggil aku.” Hanz tersenyum hambar.Rasanya, wajah Mark lebih baik digilas pakai mobil truk tronton saja. Dia bingung mau meletakkan di mana mukanya.Mark terlalu bocah jika dihadapkan dengan persoalan seperti ini. Mem-bully, nomor satu. Lucunya, dia bangga dengan status sebagai anak manager Oilzprom.Hanz belum cukup puas dengan hal barusan. Dia harus memberi pelajaran lagi terhadap Mark.Masih di Kafi Dihei, Zurich. Malam ini akan menjadi malam yang kelabu bagi Mark. Pria sombong dan buruk seperti dirinya memang pantas mendapatkan balasan. Setelah pekerjaannya selesai, Hanz kembali duduk di hadapan Mark dan berkata sangat dingin, “Seumur-umur, aku tidak pernah sampai dikatakan pembawa sial. Apalagi oleh calon mertua.” Hanz tersenyum tipis. Dia melihat wajah Mark yang masih saja tertekuk lesu, persis kerupuk kena air. Mark mendengus jengkel seraya menyandarkan punggungnya. “Diam kau, pria miskin! Kau tidak mengerti apa apa dengan masalahku."Hanz melipat tangan di dada dan berkata, “Aku prediksi hubungan singkatmu bersama Alyona akan sangat berantakan dan berakhir tragis.”Mendengar itu, dada Mark makin panas. “Kau seperti peramal yang mengandalkan kebetulan. Berhenti mengada-ada!"“Aku bukan peramal, Mark. Kita akan membuktikannya malam ini juga.” Hanz mengulas senyum tipis.Mark dan Alyona sudah sangat keterlaluan terhadapnya. Hal yang telah dilakukan oleh dua oran
Siang ini di Kampus ETH, Zurich.Setelah perkuliahan selesai, mengejutkan, dua orang berjas hitam dan berkacamata masuk ke dalam ruang kelas kemudian mendekati Hanz. Salah satu dari mereka memberikan sepucuk kertas bertinta emas.“Anda mendapat undangan resmi dari Tuan Dmitry Fadeyka untuk hadir di acara pertunangan anaknya bernama Stefan Fadeyka pada hari minggu nanti yang akan berlangsung di Park Hotel Vitznau.”Semua orang terkesima! Sontak satu kelas menyoroti Hanz secara berbarengan, memandangi wajah Hanz dengan pandangan heran. Setelah itu, Hanz dan Avraam pun melangkah menuju parkiran kampus. Mereka terperanjat begitu tahu ban sepeda mereka kempis semua. Tidak hanya habis angin, tapi semua bannya robek disayat pakai pisau.Avraam menggeleng-geleng tak percaya sambil menggerutu, “Aku yakin ulah dua orang itu.”Hanz menghela napas panjang dan menjawab, “Kita tidak punya bukti. Jangan berpikiran negatif.”“Siapa lagi kalau bukan mereka?”“Jalanan di sini cukup bebas, bisa saja ula
“Adakah di kelas ini bernama Hanz?” tanya seorang pria.Dosen yang tengah memberikan kuliah tersentak karena pria tersebut terburu-buru masuk ke dalam kelas tanpa permisi terlebih dahulu.Hanz mengacung. Semua mata tertuju pada Hanz.“Silakan ikut aku dan langsung menuju ruangan Profesor Alexander. Penting sekali.”Liburan semester selama lebih dari dua bulan waktu itu, yang mana aktivitas kampus agak mengendur, dimanfaatkan oleh sekelompok hacker yang sengaja masuk ke server kampus untuk mencuri data ujian tes masuk. Setelah perkuliahan di tahun ajaran baru telah berlangsung selama beberapa hari, barulah hal tersebut disadari oleh pihak kampus.Soal beserta jawaban ujian masuk ETH tersebut lantas diperjualbelikan di sebuah situs terlarang yang jarang dijamah oleh orang pada umumnya, di darknet. Tidak sembarang orang mampu mengaksesnya.Setibanya di ruangan Profesor Alexander, Hanz si mahasiswa yang dianggap menyedihkan bagi orang-orang yang baru mengenalnya ini pun berbicara empat ma
Sejak awal pertama studi, Zahid terus memperhatikan dua orang Eropa itu. Mereka terlihat miskin karena baju dan celana mereka terlihat lusuh dan kusam padahal mereka merupakan mahasiswa calon magister di salah satu kampus terbaik dunia.Zahid kemarin membeli beberapa pakaian di sebuah toko di Zurich. Dia merasa kasihan. “Hanz, Avraam, aku punya hadiah buat kalian.”“Oh, My God,” Avraam terbelalak. “Kemarin-kemarin kau beberapa kali mentraktir kami berdua makan. Kau baik sekali.”“Terimakasih, Orang Indonesia. Lain kali tidak usah memberikan sesuatu kepada kami,” balas Hanz.“Agama dan keluargaku mengajarkan untuk berbuat baik kepada siapa pun. Terimalah.”Mereka bertiga duduk di halaman kampus.“Apa kegiatanmu selain dari mahasiswa di sini, Zahid?” tanya Avraam. Pria ini berambut pirang. Wajahnya putih kemerahan. Sekilas mirip Shevchenko.“Apa kau bekerja?” tanya Hanz. Sekilas Hanz mirip Eden Hazard.“Di Indones
Pesta pertunangan yang begitu meriah berlangsung dari sore hingga malam ini di Park Hotel Vitznau Swiss. Pemandangan berupa pegunungan dan hamparan Danau Luzern begitu menakjubkan.Tuan Dmitry Fadeyka hanya mengundang orang-orang tertentu saja di acara pertunangan anaknya, seperti pejabat negara, petinggi Fadeyka Energy, dan orang-orang terdekat. Hanz dan Avraam duduk di kursi bagian belakang, sengaja mengasingkan diri.Semua orang di Rusia dan beberapa negara di dunia tercengang mendengar Tuan Dmitry melangsungkan acara dadakan ini karena semua orang di dunia tahunya beliau tidak memiliki seorang anak pria.Secara diam-diam Stefan disekolahkan selama belasan tahun di Amerika Serikat. Di usianya yang ke dua puluh tiga, setelah lulus studi S2, dia baru diperkenalkan kepada dunia bahwa Tuan Dmitry punya seorang penerus.“Di hari pertunangan anak saya yang tampan dan gagah ini akan saya umumkan siapa yang bakal jadi CEO baru di Fadeyka Energy.” Tuan
Fadeyka Energy Holding Company merupakan perusahaan swasta terbesar di Rusia yang bergerak di bidang energi dan sumber daya mineral. Perusahaan induk tersebut mempayungi lebih dari enam puluh perusahaan yang tersebar di seluruh dunia, seperti ONE Migas di Indonesia, English Petroleum di Inggris, Germany Electra di Jerman, Platonic Petroleum di Yunani, Yuan You Energy di China, Khan Energy di India, dan banyak lagi.Di antara kesemua itu, perusahaan paling besar dengan pendapatan tertinggi adalah Oilzprom di Rusia yang bergerak di bidang minyak dan gas. Dalam waktu satu tahun saja pendapatan Oilzprom bisa mencapai sekitar 110 billion US Dollar atau 1.500 triliun rupiah. Baru-baru ini menagement perusahaan mengumumkan penemuan cadangan minyak di Laut Pechora, Artik.Oilzprom berkantor di Lakhta Center, Saint Pertersburg. Oilzprom telah terintegrasi dan aktif di semua sektor industri minyak dan gas Rusia, termasuk eksplorasi, produksi, pemurnian, transportasi, distribusi, pemasaran, dan p
Sepulang dari acaranya Tuan Dmitry, Hanz langsung disibukkan dengan tugas berat. Kali ini dia harus bisa menemukan siapa pelaku yang telah berasil masuk dan menguasai server ETH sehingga si pelaku mampu mencuri beberapa data penting dan berharga.Semenjak libur kuliah, akhirnya Hanz kembali masuk ke dalam ruangan sepetak yang disebutnya sebagai warnet mini ini. “Menyalakan sistem!” ucapnya. Dan hanya butuh waktu seperkian detik, lalu komputer di ruangan ini langsung menyala.Setelah berjam-jam lamanya di depan komputer, akhirnya Hanz berhasil menemukan dua orang pelaku tersebut di darknet berdasarkan bukti data yang diterima. Cerdiknya, Hanz hanya berpura-pura menjadi seseorang yang nantinya akan ikut tes masuk ETH dan butuh soal serta jawabannya.Cukup dengan beberapa dialog dan transaksi, tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Hanz untuk membongkar siapa orangnya, bahkan Hanz tahu nama-nama 170 mahasiswa ETH yang membeli data dari mereka.Keesok
Tuan Harley menuju Libya. Dia menjemput sepupunya yang tepat pada hari ini keluar dari salah satu penjara seram Tripoli. Tuan Harley berkata dingin, “Dua puluh empat tahun adalah waktu yang sangat lama, Frank.”Pria itu merapikan topinya. Rambutnya hampir botak. Dia menjawab, “Sampai-sampai seorang staff sekarang bisa menjadi CEO di Red York. Apa kabar putriku, saudaraku?”“Putrimu Julya baik-baik saja.” Bagaimana tidak, semua biaya hidup Julya dari kecil hingga tamat kuliah, semua ditanggung oleh Tuan Harley. “Istrimu jahat, dia menelantarkan putrimu.”Frank Solonik adalah pembunuh anak dari Tuan Dmitry Fadeyka! Dan pada hari ini dia bebas. Frank sangat terkejut begitu tahu berita dari sepupunya bahwa ternyata Tuan Dmitry masih mempunyai anak laki-laki lain bernama Stefan.Dan yang mengejutkan lagi adalah saat ini putrinya Julya menjadi sekretaris Stefan Fadeyka di Fadeyka Energy. “Setahuku dia berhasil punya anak perempuan sebelum kematian istrinya.”Tuan Harley mengedikkan bahu, lal