Share

Chapter 123 Luluhnya Hati

Author: Sya Reefah
last update Huling Na-update: 2025-01-25 23:57:45

Matahari mulai menampakkan diri, langit perlahan berubah warna, menunjukkan gradasi lembut dari biru gelap menuju keemasan yang membentang di cakrawala.

Setelah hujan, udara terasa segar dan menenangkan. Udara yang masih basah itu terasa sejuk dan menyegarkan, seolah bumi bernapas lega setelah hujan mengguyurnya.

Genangan air di jalanan menjadi cermin, memantulkan bayang-bayang kota dan langit biru yang mulai cerah. Tetesan air yang berjatuhan dari dedaunan dan atap rumah seperti irama yang menenangkan hati.

Sama halnya seperti dua insan manusia yang saat ini masih tertidur pulas di dalam satu ruangan yang sama. Keduanya tampak pulas, tanpa terusik sedikitpun.

Perlahan pintu terbuka, ujung dari sepatu pantofel itu terlihat di celah-celah pintu. Pintu pun terbuka sepenuhnya, ternyata dia adalah Ryan.

Namun pergerakannya terhenti saat di ambang pintu. Kedua matanya tertuju pada dua insan yang tengah tertidur pulas di dalam sana.

Eva yang masih berbaring di atas brankar, masih dalam
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 277 Tamat

    Waktu cepat berlalu, hingga usia kesembilan bulan kehamilan Eva. Perutnya semakin membesar, pergerakan di dalam perut semakin terasa, dan tanggal kelahiran sudah di depan mata. Namun, bagi Henry terasa berat. Dia harus bolak-balik San Francisco dan Manhattan untuk memastikan proyek raksasanya berjalan lancar. Dia benci jarak jauh, tetapi pekerjaannya menuntutnya. Dia selalu meyakinkan Eva bahwa dirinya akan kembali cepat. Eva berusaha kuat di setiap Henry akan pergi. Setiap Henry pergi, mereka selalu melakukan panggilan video. Henry selalu bersikap lembut, menenangkan sang istri bahwa dia baik-baik saja dan akan segera pulang. Hari-hari menjelang kelahiran terasa lambat sekaligus cepat. Ponsel Henry selalu dalam mode siaga, begitu juga keperluan bersalin Eva yang sudah Elise siapkan. Lengkap. Namun, sebelum tanggal kelahiran tiba, Eva mengalami kontraksi pertamanya. Awalnya ringan, tetapi semakin lama rasa sakitnya semakin meningkat. Ternyata, kelahirannya lebih cepat dari t

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 276

    Hari demi hari terlewati, hingga tanpa terasa usia kandungan Eva sudah tujuh bulan.Sejak kehamilannya, Eva banyak berubah. Bukan hanya perutnya yang semakin membesar, tetapi juga suasana hatinya sering berubah-ubah.Sore itu, Eva berada di ruang tengah dengan TV besarnya menyala. Matanya tak sengaja menangkap keberadaan Rosa yang tengah menikmati cemilan di tangannya bersama pelayan lain di dapur.Eva berharap Rosa akan melihatnya dan menawarkan cemilan itu padanya.Eva terus menunggu. Hingga cemilan itu habis di tangan Rosa.Tiba-tiba saja bibir Eva mengerucut. Tangannya menekan tombol off, lalu melangkah pergi menuju kamar.Sesampainya di kamar, tangannya meraih ponsel dan segera menghubungi Henry.Saat itu, di ruangannya, Henry sedang menerima laporan mengenai perkembangan proyek raksasa miliknya. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering.Begitu melihat nama di layar ponselnya. Henry segera menekan tombol hijaunya. “Ada apa? Ada yang kau inginkan?”Terdengar suara tidak bersahabat dar

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 275

    Eva dan Henry masih berpelukan erat, seakan merasakan tekad baru. Henry memejamkan kedua matanya, mencium pucuk kepala Eva lagi, dan lagi. Ciuman itu turun ke bawah, berhenti di leher jenjang Eva. Eva menutup mulut Henry, menjauhkan wajah itu darinya. “Hentikan, Henry. Itu geli,” ucapnya diikuti kekehan kecil. Tiba-tiba saja, bel penthouse berbunyi, memecah momen hangat mereka. Keduanya saling pandang. Eva melepaskan pelukannya, sementara wajah Henry gusar, tak ingin lepas, tak ingin diganggu siapapun pagi ini. “Siapa yang datang?” Henry hanya menggeleng tidak tahu. Terhitung jarang sekali mereka kedatangan tamu luar. Bel berbunyi lagi. Henry memberikan isyarat agar Eva tetap di tempat, tak peduli siapa yang datang. Yang dia inginkan hanya bersama Eva. Istrinya. Salah satu pelayan yang bertugas bergegas membuka pintu. Di ambang pintu, tampaklah Martin dan Elise. Martin datang dengan senyum tulusnya, sementara Elise memasang wajah gelisah, campuran kegengsian yang terlihat

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 274

    Suasana penthouse semakin sunyi. Eva masih terjaga menunggu kedatangan Henry. Dia tampak mengantuk, tetapi matanya menyimpan kekhawatiran yang mendalam. Tiba-tiba suara bel berbunyi nyaring, memecah keheningan. Eva segera berlari ke arah pintu dan menariknya hingga pintu terbuka. Di ambang pintu, berdirilah Samuel yang memegang lengan Henry, yang kini terlihat lebih buruk daripada di bar. Henry terseok-seok, kepalanya bersandar penuh pada Samuel. Bau alkohol begitu menyengat menusuk hidung Eva. Seketika wajahnya berubah, bercampur lega sekaligus panik karena melihat kondisi Henry. “Dia mabuk?” “Seperti yang kau lihat.” Tanpa berlama-lama, Samuel segera menuntun Henry masuk. Langkah Henry tak beraturan, kakinya tersandung dengan kakinya yang lain. Samuel mengerahkan seluruh tenaganya untuk membimbing tubuh Henry yang berat sampai di sofa. Mereka mencapai sofa. Samuel dengan hati-hati merebahkan tubuh Henry di atas sofa panjang. Eva menatap ke arah Henry lalu beralih mengara

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 273

    Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Henry belum pulang. Biasanya, suaminya akan memberi kabar jika telat, tetapi malam ini ponselnya terasa dingin, tak ada notifikasi apapun. Eva meraih ponselnya mencoba menghubungi Henry. Panggilan pertama, tidak terjawab. Panggilan kedua, tidak terjawab. Tak biasanya Henry mengabaikan panggilannya. Rasa cemas mulai merayapi hatinya. Apa terjadi sesuatu?Eva mencoba menepis pikiran negatif. Dia beralih menghubungi sopir pribadinya, terakhir, dia pergi bersama Henry.Setelah beberapa detik sambungan terhubung, dan mulai terdengar suara di ujung telepon. “Selamat malam, Nyonya.”“Apa Tuan Henry di mobil sekarang?” tanya Eva, mencoba untuk tenang. “Saya sudah di rumah, Nyonya. Tuan Henry meminta saya pulang sejak sore tadi. Tuan kata, ada urusan pribadi yang harus diselesaikan, Nyonya.”Tak berselang lama panggilan telepon berakhir. Dia mencoba menghubungi orang-orang yang bersama Henry. Nomor Ryan pun tak ada jawaban. Mengingat keberad

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 272

    Martin menepuk pundak Samuel. “Terima kasih atas bantuanmu, Sam. Uncle berhutang budi padamu.”Samuel tersenyum lalu menggeleng. “Tidak perlu sungkan, Uncle. Aku hanya tidak ingin membiarkan wanita itu terus-terusan memanipulasi keluarga kita.”“Uncle akan memberimu bonus atas kerja kerasmu.” Pandangan Martin beralih ke arah Elise yang terduduk dengan tatapan tidak percaya. “Sekarang kau tahu sendiri, ‘kan? Orang yang selalu kau bela itu justru pelaku sebenarnya. Apa kau masih ingin memusuhi orang yang tidak bersalah?”Elise hanya diam, tidak bisa menjawab. Dia merasa menyesal dan bersalah, tetapi gengsi mengalahkan semuanya. Dia hanya bisa menunduk malu di hadapan suami dan keponakannya. Malu karena sudah membela Julia dengan sepenuh hatinya. “Papa harap setelah ini Mama meminta maaf pada Eva.” Elise ingin menunjukkan protesnya, tetapi, baru saja dia membuka mulut, Martin kembali membuatnya terdiam. “Papa tidak menerima bentuk protes apapun!” Sementara di ruang kerja…Mata Henry

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status