Share

Sweet Girl and Bitches in Bed

"Apa-apaan kamu ini, Anne?" Mary mendelik ketika menatap bungkusan yang barusan diberikan oleh adiknya itu.

Anne tersenyum menggoda. "Ayolah, kamu akan menikah akhir pekan ini. Itu hadiah pernikahanmu, enjoy!"

Mary, putri sulung keluarga Thomas memiliki rambut berwarna pirang keeemasan yang indah, menaruh bungkusan itu ke atas ranjangnya. Kertas pembungkusnya saja sudah meneriakkan nama perusahaan yang memproduksi pakaian dalam yang terkenal di dunia, Victoria's Secret. Gadis itu merasa risih bahkan sebelum membukanya.

"Tidak, aku takkan membukanya." Mary bergidik, menatap wajah cantik adiknya yang berambut hitam legam, kontras dengan kulitnya yang pucat. Selama ini, setiap orang yang melihat putri-putri keluarga Thomas selalu mengatakan bahwa Anne adalah kecantikan yang sempurna. Sementara Mary adalah simbol gadis sederhana dengan wajah yang biasa-biasa saja. Meski pun rambutnya yang pirang keemasan itu selalu membuat siapa pun menoleh dan menatapnya.

"Ssst, aku susah payah mendapatkannya di Gaia, jangan buat usahaku sia-sia, Sister!" Anne merangkul leher Mary yang sedang berdandan di depan meja riasnya. Meski pun Anne selalu mendapatkan perhatian dari semua orang, tetapi Mary sangat sayang padanya.

"Hmm. Kamu belum bercerita bagaimana pertemuanmu di Gaia minggu lalu. Bagaimana? Kamu mewakili ayah untuk bertemu sang Raja. Pasti menyenangkan sekali."

Anne berdecak, "Ah, tidak ada yang menarik. Aku malah pusing menanggapi obrolan para menteri-menteri penjilat itu. Mereka omongannya setinggi langit tapi isinya nol besar. Phew!" Gadis berkulit pucat itu mengambil kursi lain dari dalam kamar itu dan duduk di sebelah kakaknya, membantu sang kakak menyisir rambutnya.

"Benarkah? Tapi bukankah itu impianmu, menjadi perdana menteri di Arthanavia? Kalau begitu kamu harus mulai memahami perkataan mereka dari sekarang."

"Bukan begitu, Mary. Dengar ya, pada saat di sana, aku sengaja mengecat rambutku menjadi pirang, serta melakukan tanning sebelum acara agar kulitku sedikit kecoklatan. Aku sengaja membuat penampilanku berbeda dan apa yang mereka katakan? Aku terlalu cantik untuk berada di kabinet. Gadis sepertiku hanyalah pemanis yang hanya cocok dijadikan boneka! Ew, aku bukan Barbie, maksudku, aku benar-benar ingin mempelajari kehidupan kabinet dan mereka malah melecehkan gadis berambut pirang! Rasanya aku ingin mencolok mata mereka dan ..."

"Anne, bahasamu." Mary menegurnya dengan lembut.

"Ah, Sister. Untung kamu tidak ada di sana. Mereka pasti akan mengerjaimu juga!"

Mary tersenyum manis. "Aku hanya akan menjadi istri yang baik, Anne. Penuh ambisi dan berapi-api, itu bukan hal yang cocok untukku."

"Astaga!" Anne menepuk dahinya. "Aku lupa, bahwa kakakku yang manis ini akan menikah. Oh ya, katakan, bagaimana calon suamimu?"

Gadis berambut pirang itu tersipu malu. "Sejujurnya, aku belum mengenal dia terlalu banyak. Kami hanya bertemu dua kali. Dan Arthur, menolak untuk berkencan di luar pertemuan bersama keluarga."

"Kalian kan sudah bertunangan!" seru Anne membelalak tak percaya. "Sebagai putra seorang jenderal militer yang berwibawa, harusnya dia juga lebih berani dan liar. Ya ampun!"

"Anne, hush. Jangan asosiasikan liar dengannya. Bagiku Arthur sangat lembut dan penyayang." Mary tersenyum dan tersipu sekali lagi. "Coba katakan, apa aku harus mengenakan pita biru di balik kerudungku nanti?"

Mempelai perempuan di negara-negara Eropa, terutama di Arthanavia memiliki tradisi yang didasari oleh rima bahasa Inggris sejak abad ke sembilan belas. Something old, something new, something borrowed and something blue, a sixpence in your shoe (sesuatu yang lama, sesuatu yang baru, sesuatu yang dipinjamkan, dan sesuatu yang biru, koin enam penny di sepatumu). Artinya mempelai perempuan mengenakan sesuatu yang lama dan baru, sesuatu yang dipinjam dan berwarna biru.

Anne bangkit dari kursinya dan meraih bungkusan di atas ranjang Mary dan membukanya. "Lihatlah, yang harus kamu kenakan adalah ini!" Sebuah lingerie berwarna merah dengan hiasan garis berwarna biru dengan desain yang cukup menantang. Mary bahkan ternganga menatapnya sebelum ia membuat tanda salib dan berkomat-kamit membaca doa. "Ini biru, dan ini baru. Nah, dijamin kamu akan membuat tuan muda Arthur akan terpesona dan hmmm. Kamu harus beritahu aku detailnya!"

"Tidak, tidak, aku takkan mengenakan itu dibalik gaun pengantinku. Yesus akan membuatku dihukum di neraka, Anne!" desis Mary yang memalingkan muka.

"Ya ampun, kamu mengenakan ini di hadapan suamimu, yang sah. Mengapa kamu harus malu? Memangnya Arthur akan terkesan dengan dalaman bra old school berwarna putih yang membosankan itu? Kamu belum menjadi ibu rumah tangga, tapi kamu sudah seperti mereka!" omel Anne.

"Aku memang hanya bercita-cita sebagai ibu rumah tangga, tidak ada salahnya, kan?"

Anne menghampiri kakaknya dan berkata, "Memang tidak ada, ibu rumah tangga itu baik dan mulia. Hanya saja, kuberitahu kamu sesuatu ya, Sis. Laki-laki itu menginginkan istrinya baik di luar, tapi liar di ranjang, rrr," Anne menirukan geraman kucing.

"Ya ampun. Otakmu sudah teracuni dengan novel-novel Amerika yang kamu baca itu, Anne. Sungguh tidak pantas. Apalagi kamu ini juga belum menikah, kan?"

"Aku bilang yang sebenarnya. Mereka juga ingin istri mereka bisa melakukan hubungan intim dengan banyak gaya seperti para pelacur yang mereka sewa. Ah, memangnya Kakak tidak tahu itu? Makanya, demi bisa membuat suamimu terkesan, apalagi nanti di malam pertama mereka, gunakan ini," ujar Anne sambil mengangkat alisnya.

Mary menunduk, merasa malu dengan ucapan adiknya yang sangat tidak senonoh. "Sudahlah, Anne. Aku akan menikah, jadi jangan kotori pikiranku. Aku hanya akan menjaga kesucianku baik tubuh mau pun pikiran untuk suamiku nanti. Jadi jangan bicara yang aneh-aneh lagi."

"Ah, kamu memang tidak seru, Sis. Memangnya kamu ini hidup di abad pertengahan? Sekarang sudah abad 21, kita sudah moderen, dengan kecanggihan teknologi dan semua informasi bisa kita dapatkan dengan mudah. Lagipula belajar pendidikan seks seperti ini akan berguna untuk rumah tanggamu nanti. Siapa tahu nanti suamimu malah akan semakin mencintaimu," goda Anne memeluk kakaknya. Mary tersenyum dan rona merah mewarnai pipinya.

"Entahlah. Aku merasa ... tidak pantas mengenakan pakaian anehmu itu. Ambil saja untukmu sendiri, supaya kamu bisa mengenakannya untuk suamimu nanti."

Anne mendesah kecewa. Namun sebuah ide mendadak muncul dalam pikirannya. "Eh, Kak. Bagaimana kalau kita luangkan satu hari sebelum kamu menikah ke kota Gaia? Anggaplah ini pesta lajangmu kan! Kita bersenang-senang, dan aku akan mencarikan lingerie yang bagus untukmu, yang tidak akan membuatmu malu memakainya. Bagaimana? Aku akan minta izin kepada ayah."

"Tidak, tidak. Aku tak mau berada dalam toko lingerie yang itu. Terlalu ... terbuka."

Mendengar kalimat sang kakak, Anne memutar bola mata. "Memang kamu akan melakukan hubungan intim bersama suamimu dengan mengenakan jaket tebal dan seluruh tubuh tertutup? Kasihan sekali suamimu." Anne berdecak dan membuat Mary melempar puff bedak yang dipegangnya ke arah kepala adiknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status