Share

Rahasia Anne

"Dia menolak lamaranmu. Dan dia bersikeras akan menikah sore ini. Jadi sebaiknya kamu mundur, Henry." Reginald menatap sang adik yang tidak tidur semalaman karena menanti kabar baik dari Andrew. 

Raja itu juga bingung, mengapa Andrew yang sedari tadi menentang keinginan Henry, langsung tampak gembira ketika Henry menyebutkan nama putrinya. Mary bahkan menikah hari ini! Sungguh, sepertinya kerajaan Arthanavia sudah kehilangan orang waras. Reginald menerima undangannya, ia sendiri juga akan menyempatkan hadir. Calon suami Mary adalah Mayor Arthur Thompson. Bukan dari kalangan biasa-biasa saja. Berani betul, Andrew melepaskan komitmen itu hanya karena Henry menginginkan putrinya? 

"Tidak. Aku akan ke sana dan melamarnya sendiri!" 

"Henry!" Reginald berusaha mencegah agar adiknya tidak bertindak bodoh. "Hentikan kegilaanmu itu dan sadarlah!" 

Namun, Henry segera melepaskan tangan sang kakak dan segera berlari menuju garasi kerajaan. Ia sudah dikuasai egonya, yang tidak mau kalah karena ada wanita yang berani menolaknya. Henry segera menyetir Audi keluaran terbaru dan menjelajahi jalanan Gaia, demi menuju lokasi pernikahan Mary dan Arthur di kota tetangga, yaitu Asivia.

Sebelum ia menemui Reginald, ia sudah mencari CCTV kerajaan untuk mencari foto gadis pirang yang menawan hatinya. Ia pun bertanya kepada Theo yang segera mencari info. Begitu ia tahu bahwa Mary yang ia temui adalah putri Andrew Thomas, Henry segera menetapkan hatinya. 

Sesampainya ia di kediaman Thomas, Henry segera berlari ke gerbang yang tampaknya masih tertutup. Namun, di teras maupun di berbagai ruangan yang terbuka dan tampak dari luar, sudah banyak orang yang sedang berlalu lalang dan melakukan persiapan pernikahan. 

Saat Henry membunyikan bel, seseorang segera membuka dan menyuruhnya masuk. "Anda pasti dari pihak Katering? Silakan, kami sedang menyiapkan dekorasi acaranya." 

"Bukan, aku ..." Namun Henry tak sempat menjelaskan, karena lelaki itu menarik tangannya dan mengajaknya ke suatu tempat di dalam rumah. 

"Ini, Anda berkoordinasi dengan adik mempelai wanita. Dia yang mengurus segalanya." Lelaki itu memamerkan deretan giginya yang berantakan. "Anne! Ini ada orang katering! Cepatlah selesaikan, sebelum kamu juga dirias! Pendamping pengantin harus tampil menarik!" 

Anne yang mendengar seseorang memanggilnya, menghentikan kegiatannya yang sedang menghitung jumlah piring untuk makanan penutup. "Baiklah. Aku ke sana!" 

Gadis itu berlari dan segera menghampiri orang yang memanggilnya tadi sebelum ia akhirnya membelalakkan mata karena melihat Henry Baldwin. 

"Kau?" Anne menelan saliva. Ini sungguh sebuah kebetulan yang menyeramkan. 

Henry yang menatap wajah yang tampak sangat familiar tetapi dengan rambut legam mengernyitkan dahi. "Kau yang ..." 

"Ah, maaf. Aku sedang sibuk untuk pernikahan ini, jadi, silakan Anda melihat-lihat dulu!" Anne segera membalik badan dan berlari menghindari Henry. Ia tak bisa menghadapi lelaki itu lagi, setelah pertemuan mereka di BalaiRaja. Benaknya segera memutar kejadian saat mereka bertemu di atas atap gedung karena Anne sedang mendinginkan kepalanya. 

"Itulah yang membuatnya berbeda. Karena rokok tersebut telah menyentuh bibirmu. Taste as strawberry." Suara lelaki itu serak dan bergetar. Ibu jarinya mengelus bibir Anne yang membuka karena sentuhan Henry. Gadis itu kemudian menatap Henry yang kemudian mendaratkan bibirnya di sana.  

Gadis itu segera mengenyahkan pikirannya, karena sekarang dipenuhi dengan adegan mereka yang saling memagut dan bercumbu dengan panas.

"Ini gila! Bagaimana mungkin ..." Anne mencerocos sebelum sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. 

"Tunggu sebentar. Ini kau kan? Strawberry kiss?" Henry memindah sebentuk wajah dengan dagu lancip dengan mata yang berkilau indah. "Jadi ... kamu mengecat rambutmu untuk menyamar?" 

"Aku tak mengerti apa yang sedang Anda bicarakan," elak Anne memalingkan muka agar Henry tak bisa mengenalinya. 

"Tunggu, aku bicara padamu!" Henry memaksa gadis itu berhenti dengan memegang kedua bahunya. "Dengarkan aku. Kamu Anne? Kamu putri Andrew Thomas?" 

"Tidak, bukan. Anda salah orang. Permisi, aku harus ... harus segera pergi!" Anne berhasil meloloskan diri dan berlari menaiki deretan tangga menuju kamarnya. Terserah mereka akan menimbulkan keributan apa di sana, yang pasti ia tak boleh bertemu dengan lelaki itu lagi. Bagaimana mungkin lelaki itu bisa berada di sini? Semesta pasti bercanda padanya. 

Andrew Thomas yang gagal membujuk Mary duduk termangu di kursi ruang tamu, sampai ia melihat Henry yang tergesa memasuki ruangan itu, seakan mencari seseorang. "Yang Mulia! Anda kemari?" 

Henry menghampiri menteri pertahanan itu dan mengatakan, "Aku sedang mencari putri Anda." 

"Maaf, Yang Mulia. Saya sebenarnya bersedia menikahkan Anda dengan Mary, tapi gadis itu tidak bersedia. Anda boleh menghukum saya, Yang Mulia." Andrew mengatakan itu dengan masygul. 

"Tidak, bukan Mary." Henry menghela napas. "Anne. Aku menginginkan dia, sekarang. Pertemukan aku dengannya sekarang." 

"Anne? Tapi mengapa? Bukankah Anda bilang bahwa Anda ingin menikahi Mary?" Tangan Andrew mengusap rambutnya yang memutih. Setidaknya Anne belum menikah. Lelaki itu terkekeh karena ia lolos dari hukuman yang menderanya karena tidak berhasil membujuk Mary. Andrew bisa saja sekalian menikahkan Anne dan Henry sekarang, saat ini juga setelah Mary. 

"Bukan, Andrew." Henry mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Wajah Anne yang cantik dan menarik, tak bisa ia lupakan. Ia memang terpesona dengan kelembutan Mary, tetapi kecantikan Anne sungguh berbeda. Setelah mereka bercinta di Balairaja, Henry tak bisa melupakan gadis itu. Namun, ia tak bisa mencarinya karena gadis itu tak meninggalkan nomor telepon. Mungkin aneh karena ia seakan mudah sekali berpaling, tetapi demi Anne, seribu Mary pun akan ia tinggalkan. Bagi Henry, Anne adalah paket lengkap. 

"Baiklah. Mungkin Anda tak bisa menyadari nama mereka, karena mereka memang sering bersama. Namun, Anne berambut hitam gelap, Mary berambut pirang seperti ibunya. Namun, orang memang suka salah menyebutkan nama." Andrew segera mempersilakan tamu agung itu duduk dan ia akan memanggil putrinya. 

Henry tersenyum kecil. Rupanya saat di Balairaja itu, Anne mengenakan rambut palsu atau memang mengecat rambutnya menjadi pirang. Namun, dengan rambut legamnya, wajah gadis itu tampak lebih memesona. Aura kecerdasannya segera terlihat tanpa perlu gadis itu berkata-kata. 

Sementara Anne yang ketakutan, merasa panik. Ia sungguh khawatir pernikahan kakaknya akan kacau, tetapi bagaimana ia tahu kalau lelaki yang bercinta dengannya waktu itu belum pulang? Haruskah ia mengenakan topeng sekarang? Ia tidak bisa menemui lelaki itu--entah siapapun namanya. Sebab ia tak boleh berada di Balairaja saat itu. Ia mengatakan sedang mengikuti kuliah etika di Paris kepada ayahnya, bukannya sedang melakukan riset pribadinya dengan mendengarkan para orang penting yang sedang membahas undang-undang yang akan disahkan parlemen, lalu merayakan peresmian balairaja. Orang luar tidak boleh masuk, tetapi Anne berhasil menyusup dengan mencuri identitas seseorang. Karena itu, jika ayahnya tahu bahwa ia ke sana, ayahnya akan membunuh Anne dengan tangannya sendiri. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status