Share

Bab 2

"Mas, kenapa lemarinya bergoyang?" 

"Sepertinya ada sesuatu di dalam sana, kita harus periksa," ujar Mas Adnan.

"Tapi sayang, kita belum selesai sampai puncaknya!" 

Aku mendengus mendengar ucapan Rayna, wanita itu benar-benar gatal. Di posisi seperti ini ia masih saja membicarakan tentang hasratnya, sedangkan respon Mas Adnan, dia terlihat tidak peduli dan kembali memakai bajunya lalu mendekati lemari ini. 

Ya tuhan, aku benar-benar takut. Bagaimana jika Mas Adnan sampai melihat kami berdua. 

"Mas Zayyan, bagaimana ini?" bisikku padanya. Tapi lelaki itu malah sibuk mengutak-atik ponsel miliknya. 

"Buat lemari ini semakin bergoyang!"

"Apa?" 

Brak! Brak! 

"Cit ... Cit!"

Mataku terbelalak saat melihat Mas Zayyan menggoyangkan lemari dengan kuat, sambil menghidupkan suara tikus di ponselnya yang terdengar seperti ribuan tikus berkeliaran.

"AAA DI DALAM SANA BANYAK TIKUS!" 

Aku melihat Rayna menjerit histeris, Mas Adnan yang sudah mendekati lemari ini pun langsung mundur dengan wajahnya yang juga terlihat ketakutan. 

"Mas, di dalam sana kayaknya isinya tikus semua." Rayna menangis sembari memeluk Mas Adnan.

"Kenapa di hotel bintang lima seperti ini ada tikus. Ini tidak bisa di biarkan, sekarang pakai bajumu. Mas akan melapor pada menejer hotel ini!" 

"Mas tunggu, aku takut."

***

"Ayok, keluar!" ujar Mas Zayyan saat melihat mereka berdua sudah pergi. Lelaki itu menarik tanganku, ia tampak celingungan menatap ke sekeliling. 

Kami akhirnya bernafas lega saat sudah keluar dari sana. "Hampir saja," ucapku sembari menoleh ke arahnya. 

Aku melihat wajah Mas Zayyan yang terlihat begitu tenang, aku heran apakah dia benar-benar tidak merasa terluka saat melihat istrinya bercumbu dengan lelaki lain. Rasanya aku sendiri ingin sekali menyiram bubuk cabe pada wanita itu, tetapi aku menahan diri karena tahu bahwa Mas Zayyan memiliki rencana yang lebih baik.

Tiba-tiba aku terkejut saat Mas Zayyan mengusap kedua pipiku dengan lembut.

"Sudahlah, jangan menangis lagi. Air matamu terlalu berharga untuk untuk lelaki seperti dia," katanya membuatku terpaku.

Ia lalu melirik arlozinya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dengan tegas, lelaki itu kembali menarik tanganku, membawaku masuk ke dalam kamar hotel yang berbeda.

"Mm--Mas, kenapa kita masuk ke kamar hotel?" tanyaku dengan gugup. Mataku kembali melebar saat seorang lelaki juga masuk ke dalam kamar ini. 

Mas Zayyan tidak menjawab apa-apa, ia hanya tersenyum tipis lalu menghampiri lelaki itu. 

"Terimakasih atas kerja samanya, Pak."

"Pak Zayyan, jika bukan karena Bapak adalah teman pemilik hotel ini, saya mungkin tidak akan bisa membantu Anda. 

Sebenarnya, tindakan seperti yang Anda lakukan tadi melanggar aturan hotel ini karena itu termasuk privasi pengunjung. Namun, karena ini adalah perintah langsung dari atasan dan dengan alasan yang masuk akal, kami akan dengan senang hati membantu Anda. 

"Apakah tadi mereka curiga?"

"Mereka sempat marah-marah, wanita tadi juga bilang akan memviralkan hotel ini. Tapi kami sudah mengatasi semuanya, mereka juga tidak curiga karna kami langsung menyuruh yang lain untuk membawa lemari itu keluar."

"Terimakasih Pak, saya senang bekerja sama dengan anda," ujar Mas Zayyan sembari menjabat tangannya. 

"Sama-sama Pak," jawabnya sembari menoleh ke arahku. "Dia?" 

"Namanya Kania, dia istri dari pria yang bersama Rayna."

"Wanita secantik itu diselingkuhi," ucap lelaki itu sembari terkekeh. 

"Yah, tapi perselingkuhan mereka ada untungnya untuk saya." 

Aku melebarkan mataku mendengar jawaban Mas Zayyan. Sedangkan lelaki tadi, ia juga tampak kaget. Tapi seolah enggan untuk bertanya. 

***

Setelah melihat kepergian lelaki tadi, Mas Zayyan menghampiriku yang masih berdiri di sisi kasur. Ia lalu mengajakku duduk dengan matanya yang terus menatap wajahku. 

"Benar kata lelaki tadi ... Sayang sekali, lelaki bodoh itu mencampakan bidadari sepertimu," ucap Mas Zayyan membuatku tersipu. 

Lelaki itu mengelus rambutku dengan lembut, entah kenapa aku begitu gugup sekarang, biasanya Mas Zayyan tidak seperti ini. 

Aku memejamkan mataku saat Mas Zayyan mendekatkan wajahnya padaku, tapi tiba-tiba lelaki itu seperti tersadar dan langsung  berdiri. 

"Ma--maafkan saya, Kania. Saya tidak bisa menahan diri saya ...." Ia menyugar rambutnya dengan kasar dan wajahnya tampak terlihat penuh penyesalan.

"Mas, kamu tidak melakukan apapun padaku. Tenanglah!"

"Tidak Kania, sekarang saya bisa menahannya. Tapi nanti mungkin tidak." 

Aku benar-benar tertegun mendengar ucapan Mas Zayyan, lelaki itu memang tidak pernah menyentuhku. Ia selalu bilang bahwa jika dia berbuat seperti itu, maka kami sama bejatnya dengan mereka. 

"Sekarang lebih baik kamu tidur, saya akan pergi memesan kamar lain. Sekamar berdua seperti ini tidak baik untuk kita." 

"Mas tunggu," teriakku membuat Mas Zayyan yang akan pergi kembali menoleh ke arahku. 

"Terimakasih!" ucapku membuatnya tersenyum.

"Hm ... Jangan kecewakan saya, Kania. Setelah semuanya terungkap, semoga saja kamu tidak berbuat bodoh dengan tetap mempertahankan lelaki itu." 

Tidak Mas, sekarang aku hanya mencintaimu. Tapi, ucapan itu hanya ada di hatiku. Entahlah, aku tidak bisa mengatakan itu semua padanya. 

Mas Zayyan menutup pintu dan pergi keluar, meninggalkanku yang masih sendirian di kamar ini. 

Aku kembali tersenyum mengingat kejadian tadi, apakah malam indah mereka kembali berlanjut atau ah sudahlah, aku tidak ingin memikirkannya. 

Ting! 

Ting!

Aku meraih ponselku sesaat setelah mendengar suara notifikasi yang berdering.

Mas Adnan:

[Sayang, sepertinya pekerjaanku dipercepat. Besok, aku akan pulang. Beristirahatlah dengan nyenyak, selamat malam.]

Mas Zayyan:

[Cepat tidur.]

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
bener kalian jangan seperti mereka dengan melakukan hal yg sm sebelum halal dan msalah rmh tangga kalian selesai.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status