Home / Romansa / Tumbal Pernikahan / Part 2 - Penolakan Angga

Share

Part 2 - Penolakan Angga

last update Last Updated: 2022-02-08 12:34:32

Sepulang dari liburan, Angga langsung mengajak Amanda untuk tinggal berdua. Dewi dan Feri menolak keras usul darinya dengan alasan takut bila Angga menyakiti wanita itu. Amanda sendiri juga sempat berpikir demikian. Namun, ia mencoba menepisnya. Yakin bahwa Angga tak mungkin bermain kasar meskipun tiap ucapannya selalu tak mengenakkan hati.

Dewi memberikan banyak wejangan supaya Angga menjaga Amanda dengan baik, wanita paruh baya itu benar-benar tak rela berpisah dengan sang menantu. Demi kemandirian ia pun harus rela membiarkan anak dan sang menantu tinggal berdua.

***

Setelah menempuh perjalan yang cukup lama, kini mereka telah sampai di kediaman milik Angga. Rumah minimalis bergaya modern dengan dua lantai. Berpagar besi berwarna hitam yang lumayan tinggi. Amanda terus mengekor di belakangnya sambil menikmati suasana rumah yang akan mereka tinggali berdua. Rumah dengan warna abu-abu yang mendominasi.

"Kamarnya cuma satu. Kamu di kamar dan aku di ruang tengah," ucap Angga dingin sambil memutar anak kunci, seperti biasa Amanda hanya mengangguk tanpa bersuara. "Aku mau membersihkan diri. Kamu beres-beres dulu. ingat! Jangan pernah merubah apa pun yang berada di ruangan ini, atau pun melepas semua foto-foto itu." Angga menunjuk beberapa bingkai foto yang berada di ruang tamu. Foto-fotonya dengan Nessa---wanita yang seharusnya menjadi istri Angga---ketika mereka masih bersama.

"Iya, tapi Angga, aku, 'kan sudah jadi is ...."

"Istriku gitu. Kamu lupa, aku menikah sama kamu, karena terpaksa Amanda," jelas Angga penuh penekanan supaya Amanda sadar akan posisinya, bahwa pria itu tidak akan pernah menganggapnya ada.

"Setidaknya hargai aku sebagai istri kamu," jawab Amanda sambil menahan tangisnya yang entah sudah keberapa kali.

Angga tersenyum remeh sambil menatap Amanda lama. "Jangan pernah berharap aku akan melakukannya, kamu tahu benar seharusnya yang aku nikahi itu siapa?" Tepat setelah mengatakan demikian, Angga pergi meninggalkan Amanda yang mulai menangis.

Amanda terduduk lemah di atas lantai, menatap nanar bingkai foto kemesraan Angga dan Nessa. "Kenapa kamu harus pergi dan melimpahkan semuanya padaku. Sekarang lihat! Bagaimana sikap Angga padaku, ia muak dan benci. Menolakku dalam hidupnya." Di hari pertama tinggal berdua Amanda sudah menangis. Bagaimana jika satu bulan lamanya. Apakah ia akan sanggup menghadapi sikap acuh Angga yang tidak pernah menghargai dirinya. Kesabarannya mulai di uji oleh tuhan. Amanda sanggup atau tidak melewati itu atau malah menyerah dan mundur.

***

Hubungan keduanya masih sama, tak ada perkembangan sama sekali. Angga sudah aktif di kantor, tetapi Amanda belum. Wanita itu meminta cuti selama satu bulan penuh dan Jadwal cutinya masih tersisa lima hari lagi. Merasa mulai bosan Amanda memutuskan untuk mengunjungi sang bunda. Sekali pun baru minggu lalu bertemu, tetapi sekarang ia merindukan wanita yang telah melahirkannya itu. Amanda memasuki area rumah sederhana milik ibundanya dengan hati bahagia. Ia rindu kepada Rania---sang Ibunda.

"Assalamualaikum, bunda, Amanda datang," ucap Amanda penuh binar bahagia. Namun, tak ada sahutan dari yang bersangkutan. "Bunda," ulangnya dan tetap sama, Rania tidak menyahuti. Mengetahui pintu tidak di kunci membuat Amanda memutuskan masuk begitu saja.

***

Amanda terus menangis di samping gundukan tanah yang masih basah, sungguh, ia benar-benar tak menyangka bahwa Rania akan meninggalkannya secepat ini. Ia menemukan Rania tak sadarkan diri di rumah, dengan perasaan kalut ia membawa wanita itu ke rumah sakit. Rupanya penyakit jantung yang selama ini di derita kambuh yang mengakibatkan anfal saat itu juga.

"Bunda ... Kenapa pergi? Amanda nggak bisa tanpa bunda, masih ingin bunda di sini. Amanda sendirian sekarang." Masih dengan tangisan, Amanda mengusap nisan sang ibunda. Selama ini hanya Rania yang ia miliki, dan sekarang wanita itu malah pergi.

Dewi memeluk menantunya penuh sayang. "Amanda nggak sendirian, ada mama sama papa dan juga Angga. Kami keluarga kamu, Sayang," kata Dewi penuh kelembutan. Memberi kekuatan kepada menantu malangnya.

"Iya, Nak. Kami juga orang tuamu, jadi jangan pernah berkata kamu sendirian," sahut Feri yang berdiri di belakang istri dan menantunya membuat Amanda tersenyum masih dengan tetesan air mata, lalu menatap Angga sekilas yang saat itu entah sedang memikirkan apa.

'Bahkan, saat aku kehilangan, sekali pun kamu nggak peduli. Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan, Ga. Pasti Nessa,' ucap Amanda dalam hati sambil menahan rasa sakit yang terasa kian nyata.

"Sebaiknya tinggal dengan mama-papa dulu, mama khawatir sama keadaan kamu."

"Nggak perlu, Ma. Amanda harus ikut sama Angga," tolak Amanda halus dan sesekali melirik Angga dengan ekor matanya.

"Apa Angga bisa menjaga kamu?" ucap Feri, seolah ia tahu bahwa Angga tidak mampu menjaga sang menantu dengan sangat baik. Mengingat sikap Angga pada wanita itu membuat Feri meragukan sang anak.

"Mama-Papa tenang saja. Angga akan menjaganya dengan sangat baik." Angga merangkul bahu Amanda dan berdiri di sampingnya membuat wanita itu terkejut dengan dada yang berdebar, karena pertamakalinya ia sedekat ini dengan lelaki itu. "Angga juga akan membahagiakannya," lanjutnya masih merangkul bahu Amanda dengan sebelah tangan, membuat senyum bahagia terbit di bibir Feri dan Dewi.

***

Mereka berpisah di luar pemakaman, Amanda langsung ikut Angga pulang ke rumah mereka. Sepanjang perjalanan ia terus tersenyum, teringat akan perlakuan Angga beberapa menit lalu dan juga janji pria itu.

"Jangan pernah berharap lebih tadi hanya sandiwara." Angga menoleh, menatap Amanda dengan senyum satu sudut. Senyum meremehkan karena wanita yang duduk di sampingnya telah percaya akan sandiwaranya.

"Maksud kamu apa?" Amanda benar-benar tak tahu maksud dari ucapan Angga, jangan-jangan janjinya tadi ....

"Itu hanya janji palsu, Amanda. Kamu tahu benar bagaimana sikapku terhadapmu, sampai kapan pun aku tidak akan menerimamu, A--manda Fri--sela," jelas Angga mengeja nama lengkap sang istri. Amanda terdiam, mengalihkan pandangan ke jendela mobil di sampingnya. Baru menit yang lalu ia berharap dan kini sudah dijatuhkan. Namun, dalam hati terus merapalkan do'a supaya sikap sang suami segera berubah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tumbal Pernikahan   Fara dan Yuda

    ADA ADEGAN 21++ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YA, BAGI YANG TIDAK SUKA HARAP DI SKIP!!Fara menghela napasnya dengan pelan saat µelihat Yuda yang sedang µelaµun di teras belakang dengan sebatang rokok yang terselip antara jari telunjuk dan tengahnya. Yuda µerasa kesal dan dongkol karena hasratnya yang harus tak terselesaikan gara-gara baby Bina yang tiba-tiba saja µenangis. Seharusnya sejak awal dia µeµinta jasa baby sitter saja tetapi Fara sendiri yang µenolak itu seµua dengan alasan dia ingin µerawat sendiri dan µenjadi ibu yang selalu ada untuk anaknya. Naµun, kini µalah dirinya yang sangat dirugikan karena sikap Fara tersebut.Eµbusan napas terus Yuda keluarkan dan berharap rasa kesal sekaligus hasratnya bisa ikut menghilang, tetapi nyatanya tidak semudah itu."Aahh, sial banget sih!!" umpat Yuda sambil kembali menyalakan batang rokok kelima yang sudah dia hisap malam itu.Fara hanya geleng-geleng kepala saat melihat Yuda yang begitu frustrasi seperti itu. Ini adalah kali pertamanya Y

  • Tumbal Pernikahan   Papa Biologis Shadam

    Angga mengembuskan napasnya dengan kasar. Dia memang sudah tahu semua kebenarannya tetapi saat ini ia tidak mengungkapkan kebenaran itu. Namun, reaksi Shadam malah terkejut seperti itu."Oom nggak bilang kalau Papa Jung itu bukan papa kamu, tapi oom nanya ... kalau misalkan itu terjadi bagaimana?" tanya Angga sambil menahan diri supaya tidak sampai mengatakan kebenaran itu saat ini juga.Shadam terdiam sambil memikirkan apa yang telah oom baik di sampingnya itu katakan. "Berarti Shadam punya dua papa dong, ya?"Angga mengngguk sebagai isyarat akan jawabannya. "Ya, kalau seandainya itu memang benar, apa yang akan Shadam lakukan? mencari tahu soal papa kandung Shadam itu atau nggak peduli?" Pancing Angga karena dia sangat ingin tahu apa jawaban yang akan bocah SD itu utarakan."eumm ... Shadam nggak tahu."Angga mengembuskan napasnya dengan berat dan kembali berdiri, lalu membawa Shadam ke dalam gendongannya. "Shadam tahu ... alasan terbesar oom hanya diam ya karena dia sama sekali

  • Tumbal Pernikahan   Pertanyaan Shadam

    "Jadi ... kapan Oom baik mau kembali ke Indonesia? kenapa nggak tinggal lebih lama aja, Oom," usul shadam yang saat ini sedang berjalan bersisian dengan Angga.Keduanya akhirnya jalan-jalan bersama meski sebenarnya Amanda sangat menolak dengan keras kedekatan anak dan ayah itu. Amanda juga sangat tidak setuju dengan kedekatan keduanya, tetapi dia juga tidak mungkin memberikan larangan yang sangat keras dan nantinya akan membuat Daejung semakin curiga saja dengan sikapnya yang kian berubah. "Beberapa bulan lagi, Sayang. Kerjaan oom di sana juga banyak jadi harus segera kembali. Shadam juga tahu benar kan kalau pekerjaan oom itu tidak sedikit." Angga menghentikan langkahnya, lalu berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan bocah lucu tersebut. "Berarti Oom juga sama sibuknya ya kayak Papa. Malahan Papa sering nggak pulang dari rumah sakit." Shadam menatap ke atas karena sedang mengingat bahwa Daejung yang memang kerap sering menginap di rumah sakit sehingga sering mengabaikan Shad

  • Tumbal Pernikahan   Kembali Dekat

    "Bisa jadi kan kalau Angga tahu semuanya dari kak Altan, bisa aja juga kalau dia sengaja kirim Angga ke sini supaya bisa deketin kamu lagi atau malah lebih buruknya ... ambil Shadam dari kamu.""Enggak, Ra. Seffina udah ceritain semuanya ke aku kalau Angga tahu kehamilan itu dari surat diagnosis yang aku tinggalin. Aku memang ceroboh karena masih nyimpan hasil tespack dan surat itu. Seffina juga cerita kalau Angga tahu itu semua dari barang-barangku yang masih Angga simpan," jelas Amanda. Hatinya sedikit bergetar saat mengingat kenyataan bahwa Angga masih menyimpan sisa-sisa barangnya."Jadi ... apa Angga juga udah tahu kalau Shadam anaknya?""Entahlah ... aku juga udah berusaha supaya mereka nggak terlalu dekat, tapi Shadam ... dia yang nggak bisa aku kendalikan. Sementara Daejung, dia juga mendukung kedekatan Shadam dengan Angga." Amanda menghela napasnya dsngan frustrasi. Dia benar-benar belum siap bila harus berpisah dengan Shadam. "Apa Daejung tahu soal masa lalu kalian?" tanya

  • Tumbal Pernikahan   79. Perceraian Yuda dan Fara

    "Aku minta maaf sama kamu, Nda. Andai aja waktu itu aku ikhlas . Mungkin, kamu nggak akan sendirian menghadapi ini semua. Aku benar-benar minta maaf sama kamu, Amanda," sesal Fara akan kesalahannya di masa lalu. Amanda melepaskan dekapan Fara dan menatap wajah sahabatnya itu yang kini menjadi sendu dan bersalah. Amanda tidak mengerti apa yang Fara ucapkan barusaja. "Maksud kamu apa, Ra?" Amanda menatap Fara engan ekspresi yang benar-benar merasa kebingungan. Dia benar-benar tak mengerti dengan kata ikhlas yang Fara maksudkan tadi. Fara menghela napasnya dengan sangat berat. Kini dia harus mengingat kembali kejadian tujuh tahun silam saat pertengkaran paling hebat dalam pernikahannya. "Waktu itu ... beberapa hari setelah aku keguguran ...." "Apa?! kamu pernah keguguran sebelum ini. AStaga, Fara. Apa Yuda nggak jagai kamu dengan baik sampai keguguran kayak gitu," potong Amanda karena merasa sangat terkejut mendengar kabar kalau Fara pernah keguguran. Fara mengang

  • Tumbal Pernikahan   Awal Pertemuan Amanda dan Daejung

    Amanda hanya diam dan berusaha untuk mengingat dokter tampan yang saat ini berbicara dengannya. Dia merasa kalau sebelum hari ini mereka telah bertemu sebelumnya. "Kenapa menatapku seperti itu?" Dokter tampan yang sedang memeriksa cairan infus milik Amanda langsung menoleh saat dia merasakan kalau wanita hamil itu sedang mentapnya cukup lekat. "Ah, Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Amanda masih mencoba mengingat di mana dia bertemu dengan dokter itu, tetapi rasa pening di kepalanya malah menghalangi. "Saya merasa kalau pernah bertemu dengan Dokter sebelum ini tapi lupa kita bertemu di mana." Dokter tampan itu diam, tetapi mengembuskan napasnya dengan berat beberapa kali. Pertemuan pertamanya dengan Amanda sangat jauh dari kata mengesankan jadi wajar kalau saat ini wanita itu melupakan pertemuan mereka. "Kamu harus banyak-banyak istirahat, tidak perlu memikirkan hal yang memang tidak harus dipikirkan," jelas dokter tampan itu dan kemudian berlalu dari ruangan Amand

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status