Beranda / Romansa / Tumbal Pernikahan / Part 1 – Pernikahan

Share

Part 1 – Pernikahan

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-08 12:32:32

"Hidup yang sebenarnya baru dimulai."

***

Degupan jantung terus berdetak tak menentu, dia berdebar karena menanti beberapa kalimat yang bahkan belum terucap dari bibir lelaki di sampingnya. Amanda terus menunduk, rasa tak percaya benar-benar ia rasakan. Terlebih lagi ketika lelaki yang berada di sampingnya adalah pria yang telah dicintainya selama ini dalam diam.

Suara 'sah' akhirnya menggema dengan riuh, ucapan syukur serta alhamdulillah pun menggiringi. Amanda bahagia karena stusnya kini telah berubah.

***

Wanita itu tertegun menatap rumah megah nan mewah berdiri kokoh di hadapan. Berbanding terbalik dengan rumah yang di tinggalinya dulu. Ia benar-benar kagum bahwa kini menjadi salah satu keluarga dari orang ber-ada. Namun, kekagumannya segera sirna setelah mendengar perkataan sang suami yang cukup keras itu membuat ia terperanjat dan perlahan menghilangkan senyum yang terpatri di bibir.

"Cepat, Amanda!" ujar laki-laki berpakaian formal itu supaya Amanda mempercepat langkahnya. Masih dengan rasa kagum Amanda memasuki rumah sang mertua. Rumah yang sangat besar dan bagus. Setelah sehari menginap di rumah bunda. Keluarga suaminya langsung memboyong ke rumahnya. Mereka mengatakan ingin menggelar resepsi pernikahan yang akan dihadiri kerabat terdekat saja.

***

Acara demi acara berjalan dengan begitu baik dan lancar, meski penuh kepalsuan. Angga begitu pintar menyembunyikan kekesalannya terhadap Amanda. Sehingga yang melihat pun berpikir bahwa pengantin baru itu sangat bahagia.

***

"Mau ke mana?" tanya Angga datar ketika melihat Amanda mengambil satu bantal dan selimut.

"Mau tidur." Amanda menunduk tak berani menatap wajah Angga karena takut.

"Di mana? Di luar? Mau buat aku malu, iya? Sengaja supaya mama belain kamu," cecar Angga membuat wanita itu semakin ketakutan.

Amanda menggeleng kuat masih dengan menunduk. "Bu--bukan. Aku mau tidur di sofa, aku juga nggak mungkin buat kamu malu. Kamu, 'kan su ...."

"Tidur di kasur! Biar aku yang di sofa. Meskipun, aku nggak suka sama kamu, bukan berarti aku biarin kamu kesakitan tidur di sofa dan efek buruknya pasti ke aku. Cukup pernikahan bodoh ini efek buruknya dan aku ... nggak mau dapat efek buruk lagi karena kamu." Angga merebut paksa selimut dan bantal di tangan Amanda, lalu membaringkan tubuh lelahnya dengan kasar ke atas sofa, sedangkan Amanda istirahat di atas kasur yang empuk. Keinginan mama mertua di malam pertama tak akan terwujud, ia ditolak di malam pertama mereka.

"Cepat tidur! Aku lelah hari ini. Matikan lampunya!" Tanpa menjawab lagi Amanda segera mematikan lampu utama di kamar itu dan berganti dengan lampu tidur di samping ranjang. Ia tersenyum masam. Sepasang pengantin baru yang masih tidur terpisah.

'Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untukmu. Meskipun kamu menolak dan sepertinya kini membenci diriku.'

***

Di hari pertama menjadi menantu ia sudah diajarkan untuk melakukan banyak hal. Bangun pagi. Membantu pembantu bersih-bersih dan menyiapkan sarapan untuk semua orang. Dewi---mama Angga---begitu baik padanya, beliau telah menganggap ia sebagai anak sendiri. Sungguh betapa beruntungnya Amanda.

"Angganya mana? Belum bangun dia?" tanya Feri---papa Angga---sambil meminum teh hangatnya.

Amanda tersenyum, menyiapkan sarapan untuk mama dan papa mertua. "Sudah, Pa, dia lagi siap-siap di kamar."

Feri menghentikan meminum tehnya. Menatap sang menantu dengan tajam dan akhirnya berucap, "Mau ke mana dia. Sepagi ini sudah bersiap-siap." Amanda menelan ludah kuat-kuat. Raut wajah Feri berubah tegas dan dingin. Sama persis dengan wajah Angga ketika marah. "Angga bilang mau ke kantor, Pa," jawabnya takut.

Amanda membeku menatap pria tampan yang telah menjadi suaminya. Ia berjalan dengan tegap menuruni anak tangga dengan pakaian formal yang sudah terpasang rapi di tubuh. Jika saja ia mau tersenyum pada wanita itu, pasti rupanya terlihat amat menawan. Amanda masih terpesona dengan penampilan maskulin sang suami, hingga suara Feri membuyarkan lamunan.

"Kamu ini bagaimana. Baru dua hari yang lalu menikah dan sekarang ingin ke kantor. Suami macam apa kamu ini!" lontar Feri tanpa mau menunggu Angga duduk lebih dulu. Amanda hanya menunduk, takut melihat ekspresi sang suami.

"Ada pertemuan penting di kantor, Pa, dan aku harus hadir." Amanda mendongak. Melihat Angga menarik kursinya, segera duduk dan mulai menikmati kopi panas buatan wanita itu.

"Papa sudah memutuskan, kamu ambil cuti satu bulan. Ajak Amanda liburan, kalian harus bulan madu." Feri mengatakan tanpa jeda. Seolah ucapannya wajib dipatuhi.

"Papa bilang apa? Mana bisa Papa mengambil keputusan tanpa bertanya sama Angga." Angga terbelalak tak percaya dengan keputusan Feri. Amanda pun sama terkejutnya dengan pria itu, kapan papa mertua menyiapkan liburan itu. Amanda menunduk kembali ketika melihat tatapan menusuk dari Angga. "Angga menolak, Pa. Kerjaan di kantor menumpuk, bagaimana bisa ditinggal dalam waktu se lama itu." Angga masih protes. Sudah Amanda duga pria itu tak akan mau menerima keinginan Feri.

"Semuanya sudah papa atur. Izin satu bulan dari kantor dan kamu lupa ... papa tidak suka dibantah Angga." Feri tetap pada keinginannya. Ingin mereka berdua bulan madu, menghabiskan waktu hanya berdua.

"Sudahlah, turuti perintah papamu!" Dewi berusaha membujuk anak semata wayangnya supaya menuruti keinginan sang suami.

"Terserah! Selama ini juga kalian yang selalu mengatur hidupku." Angga mendorong kursi yang ia duduki dengan kasar, melangkah cepat menuju lantai atas. Dewi berteriak supaya Angga menghabiskan sarapan paginya, tetapi pria itu acuh. Amanda mendesah pelan, kini semakin yakin bahwa rasa benci Angga kian bertambah.

Setelah membereskan bekas sarapan pagi Amanda menyiapkan makanan untuk Angga, pria itu hanya meminum kopi pagi tadi. Ia yakin pria itu sudah lapar sekarang. Namun, lagi-lagi kekecewaan yang diterima. Angga menolak dengan tegas makanan yang Amanda bawa.

"Cepat siapkan pakaianmu! Jam sepuluh siang nanti kita berangkat!" perintahnya dingin, enggan menatap wajah Amanda sama sekali.

"Kalau kamu nggak mau pergi, kita nggak perlu pergi," usul Amanda, karena ia tahu benar Angga tidak menginginkan liburan ini.

"Aku bilang, siapkan, ya, siapkan, Amanda! Jangan membantah." Amanda terkesiap mendengar bentakan yang keluar dari mulutnya. Ia hanya mengusulkan, tetapi reaksi Angga begitu berlebihan.

"Ma--maaf."

"Cepat, siapkan!" Perintahnya lalu pergi dari kamar begitu saja. Meninggalkan Amanda yang berusaha keras menahan genangan air mata.

***

"Kita di sini hanya dua minggu bukan satu bulan. Ingat itu!" Suara dingin Angga menyadarkan Amanda dari kekaguman. Feri benar-benar menyiapkan semua. Kamar suit room dari hotel berbintang di Negara itu dengan pemandangan langsung ke alam terbuka. Amanda hanya mengangguk pelan sebagai respon dari perkataan Angga, tak ingin memancing emosinya lebih jauh. "Satu hal lagi, jangan berharap kita akan melakukannya, sampai kapan pun aku nggak akan mau menyentuh kamu," peringat Angga seolah tak peduli jika Amanda akan terluka karena ucapannya.

Lagi-lagi wanita itu hanya mengangguk mengiyakan. Ia bahagia bisa menikah dengannya. pria yang telah dicintai dalam diam sejak lama. Namun, ada luka di sana ketika Angga dengan jujur menolak kehadiran Amanda.

'Aku nggak akan nyerah, aku yakin bisa membuatmu mencintaiku. Aku yakin bisa meluluhkan hati kamu dan mendapatkan hati kamu.' Teguhnya sambil menatap nanar punggung Angga yang menatap lautan lepas lewat jendela kamar mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tumbal Pernikahan   Fara dan Yuda

    ADA ADEGAN 21++ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YA, BAGI YANG TIDAK SUKA HARAP DI SKIP!!Fara menghela napasnya dengan pelan saat µelihat Yuda yang sedang µelaµun di teras belakang dengan sebatang rokok yang terselip antara jari telunjuk dan tengahnya. Yuda µerasa kesal dan dongkol karena hasratnya yang harus tak terselesaikan gara-gara baby Bina yang tiba-tiba saja µenangis. Seharusnya sejak awal dia µeµinta jasa baby sitter saja tetapi Fara sendiri yang µenolak itu seµua dengan alasan dia ingin µerawat sendiri dan µenjadi ibu yang selalu ada untuk anaknya. Naµun, kini µalah dirinya yang sangat dirugikan karena sikap Fara tersebut.Eµbusan napas terus Yuda keluarkan dan berharap rasa kesal sekaligus hasratnya bisa ikut menghilang, tetapi nyatanya tidak semudah itu."Aahh, sial banget sih!!" umpat Yuda sambil kembali menyalakan batang rokok kelima yang sudah dia hisap malam itu.Fara hanya geleng-geleng kepala saat melihat Yuda yang begitu frustrasi seperti itu. Ini adalah kali pertamanya Y

  • Tumbal Pernikahan   Papa Biologis Shadam

    Angga mengembuskan napasnya dengan kasar. Dia memang sudah tahu semua kebenarannya tetapi saat ini ia tidak mengungkapkan kebenaran itu. Namun, reaksi Shadam malah terkejut seperti itu."Oom nggak bilang kalau Papa Jung itu bukan papa kamu, tapi oom nanya ... kalau misalkan itu terjadi bagaimana?" tanya Angga sambil menahan diri supaya tidak sampai mengatakan kebenaran itu saat ini juga.Shadam terdiam sambil memikirkan apa yang telah oom baik di sampingnya itu katakan. "Berarti Shadam punya dua papa dong, ya?"Angga mengngguk sebagai isyarat akan jawabannya. "Ya, kalau seandainya itu memang benar, apa yang akan Shadam lakukan? mencari tahu soal papa kandung Shadam itu atau nggak peduli?" Pancing Angga karena dia sangat ingin tahu apa jawaban yang akan bocah SD itu utarakan."eumm ... Shadam nggak tahu."Angga mengembuskan napasnya dengan berat dan kembali berdiri, lalu membawa Shadam ke dalam gendongannya. "Shadam tahu ... alasan terbesar oom hanya diam ya karena dia sama sekali

  • Tumbal Pernikahan   Pertanyaan Shadam

    "Jadi ... kapan Oom baik mau kembali ke Indonesia? kenapa nggak tinggal lebih lama aja, Oom," usul shadam yang saat ini sedang berjalan bersisian dengan Angga.Keduanya akhirnya jalan-jalan bersama meski sebenarnya Amanda sangat menolak dengan keras kedekatan anak dan ayah itu. Amanda juga sangat tidak setuju dengan kedekatan keduanya, tetapi dia juga tidak mungkin memberikan larangan yang sangat keras dan nantinya akan membuat Daejung semakin curiga saja dengan sikapnya yang kian berubah. "Beberapa bulan lagi, Sayang. Kerjaan oom di sana juga banyak jadi harus segera kembali. Shadam juga tahu benar kan kalau pekerjaan oom itu tidak sedikit." Angga menghentikan langkahnya, lalu berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan bocah lucu tersebut. "Berarti Oom juga sama sibuknya ya kayak Papa. Malahan Papa sering nggak pulang dari rumah sakit." Shadam menatap ke atas karena sedang mengingat bahwa Daejung yang memang kerap sering menginap di rumah sakit sehingga sering mengabaikan Shad

  • Tumbal Pernikahan   Kembali Dekat

    "Bisa jadi kan kalau Angga tahu semuanya dari kak Altan, bisa aja juga kalau dia sengaja kirim Angga ke sini supaya bisa deketin kamu lagi atau malah lebih buruknya ... ambil Shadam dari kamu.""Enggak, Ra. Seffina udah ceritain semuanya ke aku kalau Angga tahu kehamilan itu dari surat diagnosis yang aku tinggalin. Aku memang ceroboh karena masih nyimpan hasil tespack dan surat itu. Seffina juga cerita kalau Angga tahu itu semua dari barang-barangku yang masih Angga simpan," jelas Amanda. Hatinya sedikit bergetar saat mengingat kenyataan bahwa Angga masih menyimpan sisa-sisa barangnya."Jadi ... apa Angga juga udah tahu kalau Shadam anaknya?""Entahlah ... aku juga udah berusaha supaya mereka nggak terlalu dekat, tapi Shadam ... dia yang nggak bisa aku kendalikan. Sementara Daejung, dia juga mendukung kedekatan Shadam dengan Angga." Amanda menghela napasnya dsngan frustrasi. Dia benar-benar belum siap bila harus berpisah dengan Shadam. "Apa Daejung tahu soal masa lalu kalian?" tanya

  • Tumbal Pernikahan   79. Perceraian Yuda dan Fara

    "Aku minta maaf sama kamu, Nda. Andai aja waktu itu aku ikhlas . Mungkin, kamu nggak akan sendirian menghadapi ini semua. Aku benar-benar minta maaf sama kamu, Amanda," sesal Fara akan kesalahannya di masa lalu. Amanda melepaskan dekapan Fara dan menatap wajah sahabatnya itu yang kini menjadi sendu dan bersalah. Amanda tidak mengerti apa yang Fara ucapkan barusaja. "Maksud kamu apa, Ra?" Amanda menatap Fara engan ekspresi yang benar-benar merasa kebingungan. Dia benar-benar tak mengerti dengan kata ikhlas yang Fara maksudkan tadi. Fara menghela napasnya dengan sangat berat. Kini dia harus mengingat kembali kejadian tujuh tahun silam saat pertengkaran paling hebat dalam pernikahannya. "Waktu itu ... beberapa hari setelah aku keguguran ...." "Apa?! kamu pernah keguguran sebelum ini. AStaga, Fara. Apa Yuda nggak jagai kamu dengan baik sampai keguguran kayak gitu," potong Amanda karena merasa sangat terkejut mendengar kabar kalau Fara pernah keguguran. Fara mengang

  • Tumbal Pernikahan   Awal Pertemuan Amanda dan Daejung

    Amanda hanya diam dan berusaha untuk mengingat dokter tampan yang saat ini berbicara dengannya. Dia merasa kalau sebelum hari ini mereka telah bertemu sebelumnya. "Kenapa menatapku seperti itu?" Dokter tampan yang sedang memeriksa cairan infus milik Amanda langsung menoleh saat dia merasakan kalau wanita hamil itu sedang mentapnya cukup lekat. "Ah, Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Amanda masih mencoba mengingat di mana dia bertemu dengan dokter itu, tetapi rasa pening di kepalanya malah menghalangi. "Saya merasa kalau pernah bertemu dengan Dokter sebelum ini tapi lupa kita bertemu di mana." Dokter tampan itu diam, tetapi mengembuskan napasnya dengan berat beberapa kali. Pertemuan pertamanya dengan Amanda sangat jauh dari kata mengesankan jadi wajar kalau saat ini wanita itu melupakan pertemuan mereka. "Kamu harus banyak-banyak istirahat, tidak perlu memikirkan hal yang memang tidak harus dipikirkan," jelas dokter tampan itu dan kemudian berlalu dari ruangan Amand

  • Tumbal Pernikahan   Masa Lalu

    Pertemuan hari itu adalah awal kebahagiaan Amanda yang kembali, dia bisa bercanda dan bergurau lagi dengan Fara seperti dulu. "Mami mau ke mana? keluar sama papa ya?" tanya bocah itu saat memasuki kamar ibunya dan melihat Amandasedang bersiap. "Shadam mau ikut mami nggak, mau mami kenalin sama sahabatnya mami." Amanda yang sedang merias menoleh dan menatap Shadam dengan senyuman. Shadam berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk dengan senyuman lebar. "Temannya Mami laki-laki atau perempuan?" "Perempuan, Sayang. Jadi Shadam mau ikut apa enggak?" tanya Amanda lagi sambil meraih tas tangan yang dia letakkan di atas ranjang. "Mau, Mi. Shadam mau ganti baju dulu ya." Amanda mengangguk dan memilih menunggu Shadam di ruang tamu sambil berbalas pesan dengan Fara yang sudah menunggunya di tempat sementara wanita itu. Perjalanan yang penuh dengan suka cita, senyuman lebar tak pernah berhenti menghiasi bibir Amanda, ya, dia memang sangat bahagia karena akhirn

  • Tumbal Pernikahan   Bertemu Fara

    Amanda berulangkali mengembuskan napasnya dengan kasar, rasa sesak di dalam dadanya sudah begitu menumpuk. Menangis pun percuma dan dia juga merasa begitu lelah karena sudah sering menangisi pria seperti Angga.*** "Yang." Amanda hanya menjawab dengan deheman sementara tangannya masih sibuk merajut syal untuk Angga yang khusus dia buatkan untuk orang terkasihnya tersebut. Amanda bahkan abai dengan Angga yang menempel padanya bak perangko yang menempel di sebuah amplop. "Sayaaaaaang noleh dong bentar aja," pinta Angga yang kini sudah memeluk tubuh Amanda dari belakang. "Apasih, Mas? aku tuh lagi sibuk, jangan mulai deh manjanya," gerutu Amanda dan masih belum juga mau menoleh. Bukannya menjauh, Angga malah semakin mengeratkan dekapannya dan kini bukan hanya memeluk tetapi juga menggoda istrinya tersebut supaya berhenti berkutat dengan jarum dan juga benang wol. "Maaaass, udah aku bilang jangan usil malah makin menjadi. Aku udah bilang jangan usil, aku itu la

  • Tumbal Pernikahan   Penolakan Amanda

    "Aku minta maaf, aku juga nggak bermaksud melakukan itu." Angga menunduk, meski sebenarnya dia ingin berkata lain. Namun, untuk saat ini mengalah adalah yang terbaik. Dia akan mencoba mencari tahu semuanya tentang Shadam dan juga hubungan Amanda dengan Daejung. Setelah berkata demikian, Angga memutuskan untuk pulang dan mulai mencari semua informasi tentang Shadam Syazwan dan hubungan Amanda yang mulai ada kemajuan dengan Daejung padahal dia ingat dengan benar kalau saat mereka bertemu di mall hari itu sang dokter mengatakan kalau hubungan mereka masih mengambang. Namun, kini mereka telah resmi menjadi sepasang kekasih dalam waktu singkat. *** Amanda semakin gusar saat Shadam begitu dekat dengan Angga, dia sudah berencana dan akan meminta Shadam supaya tidak teralu dekat dengan Angga. Awalnya dia berpikir kalau Shadam pasti akan menurutinya seperti biasa, tetapi kini bocah berumur tujuh tahun itu malah menolak permintaan sang ibu dengan sangat tegas membuat Amanda benar-be

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status