Share

2 - Ayo Nikah

"Nama kamu siapa?" Tanya Elea dengan wajah mendongak karena perbedaan tinggi mereka.

"Geff," jawab Geff singkat. Laki-laki itu sedikit menyesal bertemu gadis di depannya ini. Sungguh merepotkan.

"Nama panjang?" Tanya Elea lagi karena kurang puas dengan jawaban jodohnya itu.

"Geffrey de Parveen."

Elea terdiam. Dari sekian banyak orang di muka bumi ini, mengapa jodohnya harus bermarga Parveen?

"Parveen?" Tanya gadis itu memastikan dia tak salah mendengar.

Geff menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu melihat Elea terdiam membisu. Aneh.

"Jangan bilang lo-" Kata Geff yang baru paham keterdiaman Elea karena apa.

Geff menatap Elea dari atas ke bawah. Bagaimana dia tak menyadari kemungkinan itu. Padahal terlihat jelas Elea memakai gaun pengantin. Apalagi tingkahnya menaiki pohon yang mungkin untuk menghilangkan rasa stres gadis itu.

Pantas saja ketika melihat wajah gadis itu, Geff merasa tidak asing. Tadi Geff dikirimkan foto Elea untuk memudahkan mencarinya. Laki-laki itu tidak tau wajah calon istri adiknya karena dia tidak pernah ikut pertemuan keluarga akibat tinggal di luar kota.

Melihat gadis didepannya tambah membuat laki-laki itu tak mengerti dengan pemikiran adiknya. Mengapa Eric meninggalkan Elea, gadis itu cantik, ralat, gadis tercantik yang pernah Geff temui.

Elea menghembuskan napasnya pelan. "Huft, kenapa sih aku gak ketemu kamu dulu. Tapi gak papa kita sekarang ketemu. Emang udah jodohnya sih."

"Hah? Maksudnya?" Geff mengernyitkan dahinya bingung tidak mengerti maksud ucapan Elea.

"Kamu tadi kan mau tanggung jawab," kata gadis bergaun pengantin.

Otak Geff membunyikan alarm waspada. Pemikiran Elea kan diluar nalar. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu sekarang.

"Tanggung jawab apa?" Tanya Geff pura-pura lupa.

Gadis yang ditinggal kabur kekasihnya itu melihat pakaian Geff, lalu melihat gaun pernikahannya. Senyum licik tersemat di wajahnya.

"Nikahin aku," ucap Elea tanpa basa basi. Gadis itu melangkah ke arah Geff yang menyebabkan jarak mereka hanya terpaut satu langkah.

Geff membeku. Tubuh kaku, otak tidak bisa berpikir, dan bibir kelu dirasakan laki-laki itu setelah mendengar perkataan Elea. Mungkin kalau bisa, Geff ingin pingsan saja. Dia tak sanggup menghadapi kegilaan Eleanor Alicia.

"Lo beneran gila." Setelah terdiam cukup lama, Geff baru bisa membalas ucapan Elea.

Elea menyilangkan tangannya membentuk huruf X. "No, aku waras kok. Makanya aku ajak kamu nikah," ucap Elea tak lupa dengan senyum manisnya.

"Gue cuma jatuhin lo ya, gak ngehamilin. Mana ada tanggung jawab nikah." Elak Geff tak terima. Laki-laki itu merasa ditipu. Niat baiknya menolong gadis itu malah membuatnya pusing nyaris gila.

"Tapi aku suka kamu." Kekeh gadis itu.

Geff memijit kepalanya pening. Ingin rasanya meninggalkan Elea, tapi dia ditugaskan untuk menjemput gadis itu. Semua salah Eric, andai adiknya itu tak berulah.

"Lo calon istri adik gue." Jelas laki-laki itu dengan perlahan agar Elea mengerti maksudnya.

"Mantan." Ralat Elea dengan memelototkan matanya tak terima.

"Iya itu," balas Geff cepat.

"Liat baju kamu sama gaun aku udah pas. Tinggal nikah apa susahnya sih." Gerutu Elea. Geff sudah memakai jas dan Elea juga memakai gaun pengantin.

"Gue gak mau nikah," ujar laki-laki itu jujur.

"Aku mau." Elea mengangguk-anggukan kepalanya.

"Udah jangan ngomong macem-macem. Ayo ikut gue." Geff menarik tangan gadis itu menuju tempat parkir mobilnya. Namun, belum selangkah mereka berjalan, Elea kembali berulah.

"Mau kemana?" Tanya Elea menarik tangan Geff agar berhenti.

"Ke hotel," jawab Geff menatap mata Elea.

"Kita kan belum nikah," kata Elea dengan mata polosnya. Geff langsung berpikir bagaimana Eric bisa mendapatkan gadis polos gila ini.

"Heh lo pikir kita mau ngapain. Lo nikah kan di hotel." Sahut Geff cepat agar Elea tak salah paham.

"Oh iya. Ih gak mau ke sana, aku malu," ucap Elea.

Gadis itu melepaskan tangannya dari genggaman Geff. Mengambil posisi jongkok lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya, khas bocil ngambek.

"Hey, lo gak salah, Eric yang salah. Jadi, jangan malu, okay?" Geff mengelus kepala Elea pelan membujuk gadis itu. Dalam hati Geff menyumpah serapahi Eric karena membuatnya berada di posisi ini.

Elea mendongakkan wajahnya. "Kalo kamu nikahin aku, aku gak malu."

Geff tak menyahuti omongan gila Elea. Laki-laki itu baru sadar jika Elea tidak memakai alas kaki apa pun.

"Nih pake." Geff melepaskan sepatunya lalu meletakkan di depan kaki Elea.

Elea langsung memakai sepatu itu, omg jodohnya baik banget.

"Tuhkan kamu baik, ayo nikahin aku," ucap Elea yang sudah berdiri. Gadis itu menatap mata Geff.

"Lo ngajak nikah kaya beli permen," kata Geff.

"Kenapa kamu gak mau nikahin aku?" Tanya Elea.

"Gini ya dek. Pertama, gue gak suka lo. Kedua, gue gak mau nikah. Ketiga, kita belum kenal." Jelas Geff panjang. Laki-laki itu berharap Elea mengerti, nikah bukan perkara mudah. Apalagi mereka baru bertemu. Status Elea saja mantan calon adik iparnya.

"Pertama, aku suka kamu. Kedua, aku mau nikah. Ketiga, nama aku Eleanor Alicia," balas Elea. Ini Eleanor Alicia, gadis keras kepala yang tak mau mengalah.

"Pusing gue." Geff kehabisan kata untuk membalas gadis itu.

"Sini aku usapin." Elea menjinjitkan kakinya agar bisa menyentuh kepala Geff. Dia hendak mengelusnya agar laki-laki itu tidak pusing.

"Jangan pegang-pegang." Geff tak sengaja menyentak tangan gadis itu. Sungguh, Geff tak bermaksud.

Elea langsung menarik tangannya, wajahnya memerah menahan tangis. Dari dia mendengar kabar Eric meninggalkannya, Elea belum meneteskan air matanya sedikitpun. Tapi, entah mengapa, mendapat penolakan dari Geff membuat hatinya sakit.

"Aku emang seburuk itu ya sampai kamu gak mau nikahin aku?" Elea menatap ke bawah karena tidak ingin Geff tau doa menangis.

Geff menjambak rambutnya frustrasi. Laki-laki itu merasa bersalah Elea menangis karena perbuatan yang tak disengajanya.

"Gak gitu maksud gue," kata Geff pelan. Geff menatap Elea yang masih menundukkan wajahnya.

"Emang iya kayaknya. Eric yang suka sama aku aja ninggalin aku, apalagi kamu yang gak suka aku," ucap Elea sembari mengusap air matanya.

"Mamah bilang laki-laki pada beruntung dapetin aku. Tapi-" Gadis itu tak sanggup meneruskan perkataannya. Berbicara sambil menangis memang menyakitkan, Elea tak sanggup.

"Maaf, maaf, gue gak sengaja." Geff menarik Elea ke pelukannya.

Melihat Elea menangis, membuatnya merasa sangat bersalah. Gadis yang tidak menitihkan air mata sedikitpun ketika ditinggalkan kekasih, malah menangis karenanya.

Kondisi calon istri adiknya yang ada dipikiran Geff adalah mata membengkak karena menangis dan wajah yang muram. Semua itu tak ada di Elea ketika pertama kali Geff melihatnya. Laki-laki itu berpikir betapa kuatnya Elea menahan itu semua.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status