Share

Penyelamat Calista

Calista terbangun dengan rasa sakit yang menghantam kepalanya. Ingatan terakhirnya hanya sampai pada saat ia menari-nari seperti orang gila di bar yang ia kunjungi semalam. Untuk menjadi seseorang yang dewasa seperti yang ayahnya katakan. 

Calista mengacak-acak rambutnya, berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin. Ia melihat ke sekeliling kamarnya dan menemukan sebuah dress dan minuman yang terlihat asing baginya. 

Di atas dress yang terlipat rapi itu, tertempel sebuah kertas yang kecil. Calista mengambil dan melihat isi tulisan dari kertas itu. 

“Hai, nona manis. Saat ini kau pasti sedang kebingungan. Kenapa kau bisa sampai berakhir dengan berada di kamar ini.” 

“Kemarin aku menolongmu dari pria yang hampir saja mengambil keuntungan darimu yang sedang mabuk dan tidak sadarkan diri. Jangan khawatir, aku tidak melakukan apa-apa padamu.” 

“Minumlah obat pengar yang aku taruh di atas nakas itu untuk meredakan sakit kepalamu.” 

Calista menatap minuman yang ada di nakas itu. Ternyata itu adalah obat pengar. Calista baru tahu bentuknya seperti itu. 

“Jika kau ingin keluar dari sini, pakailah dress ini. pakaian yang kau pakai sekarang, tidak cocok untukmu.”~Penyelamatmu 

Calista tidak tahu apakah ia harus berterimakasih atau tidak pada orang yang menyebut dirinya penyelamatnya itu. 

Tidak ada artinya juga pria itu menyelamatkan seseorang seperti dirinya. Hidup Calista sudah cukup kacau, tidak masalah jika harus lebih kacau dari ini lagi. Calista sudah tidak peduli sama sekali. 

Tapi untuk menghargai pria yang sudah susah payah menolongnya itu, Calista melakukan apa yang dikatakan oleh pria itu. Ia pun meminum obat pengar yang ada di atas nakas. Sesaat kemudian, rasa sakit yang ada di kepalanya mulai mereda. 

Calista juga mengganti bajunya dengan sebuah dress yang tampak lebih tertutup. Berbeda dengan bajunya yang sangat ketat. Calista akui, bajunya memang tidak layak untuk di pakai di luar rumah. 

Calista pikir dengan meminum alkohol lalu mabuk dan tidak sadarkan diri akan membuatnya lupa dengan masalah yang sedang ia hadapi. Ternyata setelah sadarkan diri, kenyataan yang harus ia hadapi terasa lebih menyakitkan lagi dari sebelumnya. 

Tidak ada yang berubah dengan merugikan dirinya sendiri seperti ini. Bagaimanapun, orang tua Calista tetap tidak akan peduli padanya. 

“Oh, kau sudah bangun?” tanya seorang pria yang tidak Calista kenal. 

Setelah selesai mengasihani dirinya sendiri, Calista segera keluar dari kamar hotel itu. Ia harus segera pulang. Jika tidak ia akan terlambat pergi ke sekolah hari ini. 

“Kau siapa?” tanya Calista heran dengan om-om yang seakan mengenalnya ini. 

“Aku pemilik hotel ini.” 

“Apakah kau yang menyebut dirimu penyelamatku itu?” Calista menduga jika pria ini adalah orang yang menyelamatkannnya. 

“Penyelamat? Jadi dia menyebut dirinya sendiri penyelamat? Pfftt.” Pria itu terlihat seperti menahan tawanya.

“Ternyata seseorang yang menakutkan seperti Addison bisa bersikap manis juga,” Pria itu akhirnya tertawa lepas.

“Kau teman Si Addison itu ya,” tebak Calista langsung. 

Calista yakin Addisonlah orang yang menyelamatkannya. Ia mengambil kesimpulan dari ucapan pria yang ada di depannya ini.

“Iya, perkenalkan aku Aiden Harrison. Teman si penyelamatmu itu.” Aiden tersenyum ramah, memperkenalkan dirinya pada Calista. 

“Aku Calista Hadley, senang berkenalan denganmu.” Calista memperkenalkan balik dirinya pada Aiden. 

"Sebaiknya kau menunggu penyelamatmu di sini terlebih dahulu. Ia berpesan padaku untuk mengatakan hal itu padamu." Aiden menyampaikan pesan Addison semalam. 

"Maaf, aku tidak bisa melakukan hal itu. Saat ini aku sedang terburu-buru. Tolong sampaikan saja terima kasihku padanya nanti." 

Calista harus siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jika tidak, ayahnya akan marah padanya karena terlambat. Calista harus menjadi seorang murid yang teladan agar tidak mencoreng nama keluarganya. 

"Baiklah, aku juga tidak bisa memaksamu." 

Aiden tidak berusaha untuk menghentikan Calista yang segera ingin pergi dari sana. Padahal Addison telah mengatakan padanya, apapun yang terjadi ia harus bisa menahan Calista di sana. 

"Terima kasih Kak Aiden," ucap Calista berterima kasih dengan sopan. 

Calista sebenarnya ingin memanggil Aiden dengan sebutan om karena Aiden terlihat jauh lebih tua darinya. Tapi Calista takut ia tersinggung dengan hal itu. Calista juga tidak tahu pasti berapa umur Aiden. 

Calista pun segera berlalu pergi dari sana. Ia hanya mempunyai waktu beberapa jam lagi untuk bersiap pergi ke sekolah. Tidak ada waktu untuk menunggu penyelamatnya itu hanya untuk sekedar berterima kasih. 

"Sepertinya kau harus segera kesini," ucap Aiden dibalik telepon setelah tersambung pada Addison. 

Aiden langsung menghubungi Addison setelah melihat Calista pergi jauh menghilang dari pandangannya. Walaupun ia tahu Addison akan memarahinya, Aiden tetap saja memberitahu kegagalannya untuk menghalangi Calista pergi begitu saja. 

"Kenapa kau tidak menahannya?" tanya Addison dengan marah. 

"Aku sudah mengatakan untuk menahannya bagaimanapun caranya bukan? Kenapa kau malah membiarkannya pergi begitu saja." 

"Sudah kukatakan agar dia menunggumu terlebih dahulu di sini. Tapi sepertinya ia sedang terburu-buru," jelas Aiden tidak terima dengan Addison yang memarahinya. 

"Lalu apakah setidaknya kau meminta ia untuk meninggalkan nomor teleponnya?" tanya Addison yang berharap Aiden sedikit berguna untuknya. 

"Tentu saja tidak. Untuk apa aku meminta nomor teleponnya. Aku kan sudah punya istri yang cantik di rumah." Rasa setia Aiden pada istrinya, membuat ia tidak sadar maksud dari pertanyaan Addison. 

"Bukan untukmu, tapi untukku goblok." Kata-kata kasar seketika keluar begitu saja dari mulut Addison karena sangat geram dengan tingkah laku Aiden. 

"Aku tahu kau sangat setia pada istrimu, tapi setidaknya kau harus menolong temanmu yang sedang jatuh cinta ini bukan." 

"Mana kutahu. Tidak terpikirkan sampai ke sana olehku." 

"Sudahlah, tidak ada gunanya bicara padamu." 

Addison langsung memutuskan sambungan teleponnya. Daripada berbicara dengan Aiden, ia lebih baik menyusul Calista ke hotel terlebih dahulu. Mana tahu ia masih sempat bertemu dengan Calista. 

Untung saja ia sudah bangun sedari tadi, Addison langsung pergi untuk segera mengejar Calista. Ia tidak ingin kehilangan jejak Calista. Addison berniat untuk mengantarkan Calista pulang hari ini. 

Setelah mengantarkan Calista ke hotel, Addison harus kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ia tidak bisa menginap di hotel yang sama dengan Calista agar tidak terjadi hal seperti ini. Selain itu, ia juga takut menyerang Calista di tengah malam tanpa sadar. 

Karena itu Addison memilih untuk balik ke apartemennya setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya di kantor. 

"Taksi." 

Addison melihat seorang gadis yang mirip Calista memanggil taksi di depannya. setelah kembali menajamkan matanya, ternyata gadis itu benar-benar Calista. 

Addison keluar dari mobilnya dan langsung menghampiri Calista. "Tidak jadi pak," ucap Addison pada sopir taksi yang telah berhenti di hadapan mereka. 

"Ikut aku." Addison menarik tangan Calista dan membawanya ke mobilnya. 

Calista terlihat kebingungan karena seorang pria tiba-tiba saja menarik tangannya. Wajah pria itu tampak familier bagi Calista. Namun, ia tidak bisa mengingat di mana ia bertemu dengan pria ini

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status