Home / Romansa / Tunangan Kecil CEO Muda / Rencana Licik Addison

Share

Rencana Licik Addison

last update Last Updated: 2024-02-13 23:39:32

Calista sudah siap dengan dress bermotif bunganya. Seperti yang sudah ia janjikan, malam ini ia akan ikut dengan ayahnya menghadiri pesta ulang tahun anak pertama keluarga Caldwell.

Semenjak bertengkar dengan ayahnya malam itu. Calista tidak pernah lagi berbicara dengan ayahnya.

“Non, Tuan Ansell telah menunggu di bawah.” Bi Ina menyadarkan Calista dari lamunannya.

“Baik Bi, aku akan turun sebentar lagi.”

Calista memasang aksesoris yang cocok dengan dress yang ia pakai sekarang. Kalung bermotif bunga daisy dan sepasang anting dengan motif yang sama.

Setelah semua siap, Calista segera turun ke bawah. Ia tidak ingin berlama-lama agar ayahnya itu tidak marah padanya.

Calista masih seseorang yang menumpang di rumah orang tuanya. Ia belum bisa memberikan balasan yang berarti bagi orang tuanya untuk semua jasa mereka.

“Pastikan kau tidak membuat masalah di sana nanti,” ucap Ayah Calista ketika ia baru saja memasuki mobilnya.

“Baik, tentu saja,” ucap Calista datar.

Calista harus bisa menahan dirinya selama beberapa tahun kedepan. Sampai ia bisa hidup secara mandiri.

Calista akan membalas semua jasa orang tuanya, sehingga ia bisa terlepas dari mereka. Calista ingin hidup bebas tanpa memikirkan konsekuensi dari segala tindakannya.

Selama di perjalanan, Calista berusaha untuk melatih senyumannya. Agar ia tidak terlihat murung ketika berada di pesta nantinya.

Walaupun hanya sebuah senyuman yang terpaksa. Calista harus tersenyum agar terlihat seperti perempuan yang baik dan anggun.

Tidak ada percakapan diantara keluarga Hadley. Semuanya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Ayahnya fokus menyetir mobil dan ibunya bermain ponsel. Sedangkan Calista sendiri hanya memandangi jalanan kota yang masih ramai.

Membutuhkan waktu yang cukup lama di perjalanan. Untuk sampai di tempat acara pesta ulang tahun yang akan mereka hadiri itu.

Pesta ulang tahun yang diadakan oleh keluarga Caldwell bukan semata-mata diadakan hanya untuk merayakan bertambahnya usia anak sulung mereka.

Pesta yang mereka adakan itu bertujuan sebagai ajang untuk membangun hubungan dan konektivitas di antara para kolega bisnis. Ayah Calista tidak akan melewati kesempatan seperti ini.

“Gandeng tangan mama, anak manis,” bisik Elena Rosaline Hadley pada Calista.

Elena mulai berakting karena di depan sana telah banyak media yang telah meliput acara ini. Calista hanya mengikuti alurnya sembari terus tersenyum manis di depan kamera. Drama keluarga Hadley yang harmonis pun di mulai.

“Boleh dilihat undangannya dulu pak?” tanya seorang pria yang menjaga pintu masuk dengan ramah.

Ansell menyerahkan undangannya. Pria itu melaksanakan tugasnya sebagai pemeriksa undangan para tamu yang akan datang. Setelah memastikan undangannya dengan benar, pria itu mempersilahkan keluarga Hadley untuk memasuki ruangan.

Pesta ulang tahun anak pertama keluarga Caldwell itu diadakan di villa mewah milik mereka. Pemandangan yang disuguhkan oleh villa itu cukup memanjakan mata. Calista dan keluarganya memasuk ke dalam ruangan.

Di dalam sana telah banyak tamu undangan yang datang. Dari wajah-wajah orang yang sekian banyak itu, tidak ada satu pun yang Calista kenal.

“Ayah, aku mau ke toilet dulu sebentar.”

Untuk mencari aman. Calista segera melarikan diri dari orang tuanya yang telah mulai menyapa kenalan-kenalan mereka.

“Baiklah putri cantikku.” Ansell bertindak sebagai ayah yang penyayang di depan rekan-rekannya.

Calista telah berpisah dari ayah dan ibunya. Ia sengaja memisahkan diri dari awal agar tidak perlu terlalu banyak berbasa-basi pada kenalan orang tuanya.

“Hai,” sapa seseorang ketika Calista sedang sibuk memperhatikan makanan yang dihidangkan.

“Om kok ada di sini juga?” tanya Calista heran melihat Addison di sana.

Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Addison di sini.

“Seharusnya saya yang tanyakan itu pada kamu. Tadi saya ajak ke sini gak mau.”

Calista memang menolak ajakan Addison untuk pergi bersamanya tadi karena sudah mempunyai janji lain. Namun, Calista tidak menyangka ternyata tempat tujuan mereka sama.

“Ini janji dengan ayahku yang aku bilang tadi om. Aku mana tahu kalau om mau ngajak aku ke sini juga,” ucap Calista berusaha menjelaskan.

“Ooh begitu. Mungkin ini memang sudah takdir. Baguslah kamu ada di sini sekarang. Mau ya, saya kenalkan pada orang tua saya nanti.”

Padahal Calista sudah cukup lega karena tidak perlu berpura-pura jadi pasangan Addison. Namun, ternyata ia bertemu dengan Addison lagi di sini.

Calista juga tidak bisa menolak permintaan Addison karena ia sudah berjanji untuk memberikan satu pertolongan. Sebagai balasan terhadap bantuan Addison padanya.

“Baiklah om. Karena sudah berjanji, aku akan menepatinya.” Calista menyetujui permintaan Addison.

Ini akan jadi pertama kalinya bagi Calista dikenalkan pada orang tua pacarnya. Walaupun hanya berpura-pura.

Calista tidak tahu harus bersikap bagaimana nantinya di depan orang tua Addison. Sedangkan menghadapi keluarganya sendiri saja ia tidak mampu.

“Kamu tidak usah gugup seperti itu. Ini hanya perkenalan sederhana sebagai tameng. Bukan berarti saya akan melamarmu saat ini juga.”

Calista berusaha menghilangkan rasa gugupnya setelah mendengar ucapan dari Addison.

“Palingan juga orang tua saya yang akan memaksa kamu untuk menikah dengan saya secepat mungkin,” ucapan Addison setengah serius dan setengah bercanda.

Mata Calista terbelalak melihat ke arah Addison. Ia langsung panik mendengar ucapan Addison itu.

“Hahaha… wajahmu terlihat sangat lucu saat ini.” Addison tertawa lepas melihat ekspresi Calista yang lucu ketika terlihat tambah panik.

“Berhenti menggodaku om. Candaannya tidak lucu,” ucap Calista dengan nada marah.

Bahkan Calista yang sedang marah padanya, terlihat semakin lucu bagi Addison. Ia tidak peduli jika perbedaan umur mereka sangat jauh. Addison akan memperjuangkan Calista bagaimanapun caranya.

Addison benar-benar telah jatuh hati sepenuhnya pada Calista. Bersama dengan Calista terasa sangat menyenangkan bagi Addison.

“Kebetulan orang tua kita sedang berbincang di sana. Ini adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan dirimu sebagai pasangan saya.”

Addison merasa takdir sangat mendukungnya kali ini. Ia akan menjebak Calista dengan melamarnya di depan kedua orang tua mereka.

Asalkan orang tua mereka setuju nantinya. Addison akan mencari cara untuk mendapatkan hati Calista setelah itu.

“Tapi om…”

Keraguan Calista bertambah untuk menolong Addison. Melihat orang tuanya di depan sana. Ia tidak ingin terlibat dengan hal yang rumit setelah ini.

“Gapapa, tenang aja. Tidak akan terjadi apa-apa.”

Addison langsung menarik tangan Calista menuju ke tempat orang tua mereka berdua berada. Ia tidak akan melepaskan kesempatan emas kali ini.

Calista yang ditarik Addison terlihat hanya bisa pasrah saja. Addison sangat bersemangat untuk memperkenalkan dirinya.

“Halo om, tante,” sapa Addison setelah berada di depan kedua orang tua mereka.”

“Eh, Calista. Daritadi papa cariin gak kelihatan dimana-mana. Ternyata kamu lagi sama yang punya pestanya.

Kening Calista sedikit berkerut mendengar ucapan Ansell. Ia tidak tahu jika Addisonlah orang yang mempunyai pesta ini.

“Iya pa, maaf. Tadi Calista habis dari toilet kebetulan ketemu sama Kak Addison di luar.”

Calista menyembunyikan rasa keterkejutannya. Ia berusaha senatural mungkin membuat alasan yang masuk akal.

“Jadi ini putri tungaal kalian itu? Cantik sekali,” puji Erinna Caldwell, ibu Addison.

“Tentu saja, dia adalah putri kesayanganku,” ucap Elena Rosaline Caldwell, ibu Calista.

Calista merasa mual mendengar ucapan ibunya itu. Sejak kapan ia menjadi putri kesayangan. Ketika nyawanya hampir melayang saja, ibunya tidak pernah peduli.

“Perkenalkan, ini putra sulungku. Addison Caldwell.”

Erinna memperkenalkan putra sulungnya itu. Mungkin saja dengan itu, ia akan mendapatkan menantu kali ini.

“Tampan sekali, mungkin akan cocok jika bersanding dengan putriku ini.” puji Ibu Calista.

Elena memasang topengnya. Berusaha tampak seperti ibu-ibu yang baik dan ramah. Padahal ketika di rumah, hanya wajah masam yang Calista dapatkan dari ibunya.

“Kebetulan sekali tante. Saya ingin mengumumkan sesuatu yang sangat penting terkait dengan hal itu.” Addison mengambil kesempatan untuk berbicara.

Calista yang sedang ada di genggaman Addison merasa sangat panik. Dengan apa yang akan dikatakan oleh Addison selanjutnya.

“Saya ingin melamar Calista, jika om dan tante berkenan.”

Calista tahu semua ini hanyalah sebuah sandiwara. Namun, setelah mendengar ucapan dari Addison, ia tetap saja merasa terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tunangan Kecil CEO Muda   Sandaran?

    Para tamu undangan mulai berdatangan memenuhi halaman belakang rumah Calista. Acara pertunangan yang diadakan secara dadakan oleh Addison tidak menemukan kegagalannya sama sekali.Addison sudah terbiasa untuk mempersiapkan berbagai acara semenjak jabatannya masih menjadi anak magang di perusahaan orang tuanya sendiri. Mempersiapkan acara dadakan seperti ini bukanlah masalah yang besar baginya.“Bi, kamar Calistanya dimana ya? Saya udah gak sabar, pengen lihat calon tunangan saya,” tanya Addison pada Bi Ina yang sibuk melayani para tamu undangan.“Di lantai dua den, cuman ada satu kamar di sana. Itu kamarnya non Calista,” jawab Bi Ina dengan senang hati memberitahukan letak kamar Calista.“Terimakasih Bi.” Dengan semangat yang menggebu-gebu Addison langsung menuju ke kamar Calista.Ketika Addison akan memasuki kamar Calista, ia tidak sengaja mendengar suara Ansell yang sedang berbicara pada Calista.Addison mengurungkan niatnya untuk melangkah lebih jauh lagi. Ia bersembunyi di balik va

  • Tunangan Kecil CEO Muda   Tunangan Dadakan

    Seluruh anggota keluarga Addison terlihat sangat senang mendengar kabar gembira yang dibawanya. Di acara ulang tahun Addison yang ke 27 tahun itu.Pesta ulang tahun Addison telah usai dari beberapa jam yang lalu. Para tamu undangan pun telah pergi dari Villa milik mereka. Menyisakan Addison dan keluarganya yang memilih untuk menginap di sana malam ini.Di sela-sela acaranya tadi. Addison mengumumkan pada khalayak ramai, bahwa ia akan melamar Calista. Untung saja Calista bisa ikut bekerja sama dengan tindakannya yang cukup mendadak itu.Tidak terbayangkan oleh Addison jika Calista kabur di tengah-tengah acara. Apalagi tepat pada saat ia sedang berbicara. Dengan maksud untuk melamar Calista. Karena ia tidak pernah menyetujui hal itu sebelumnya.“Oh, jadi karena ini kamu gak mau ketemu sama wanita yang udah mama jodohin sama kamu.” Erinna mengurungkan niatnya untuk memarahi Addison habis-habisan kali ini.Erinna sudah berencana untuk melakukan hal itu karena Addison tidak bisa menepati ja

  • Tunangan Kecil CEO Muda   Rencana Licik Addison

    Calista sudah siap dengan dress bermotif bunganya. Seperti yang sudah ia janjikan, malam ini ia akan ikut dengan ayahnya menghadiri pesta ulang tahun anak pertama keluarga Caldwell. Semenjak bertengkar dengan ayahnya malam itu. Calista tidak pernah lagi berbicara dengan ayahnya. “Non, Tuan Ansell telah menunggu di bawah.” Bi Ina menyadarkan Calista dari lamunannya. “Baik Bi, aku akan turun sebentar lagi.” Calista memasang aksesoris yang cocok dengan dress yang ia pakai sekarang. Kalung bermotif bunga daisy dan sepasang anting dengan motif yang sama. Setelah semua siap, Calista segera turun ke bawah. Ia tidak ingin berlama-lama agar ayahnya itu tidak marah padanya. Calista masih seseorang yang menumpang di rumah orang tuanya. Ia belum bisa memberikan balasan yang berarti bagi orang tuanya untuk semua jasa mereka. “Pastikan kau tidak membuat masalah di sana nanti,” ucap Ayah Calista ketika ia baru saja memasuki mobilnya. “Baik, tentu saja,” ucap Calista datar. Calista harus bisa

  • Tunangan Kecil CEO Muda   Ditembak Addison

    Kegusaran tampak jelas di wajah Addison. Dering teleponnya tetap berbunyi walaupun berkali-kali telah diabaikan. Penelpon yang keras kepala itu adalah ibunya sendiri. Addison sengaja tidak mengangkat telepon dari ibunya setelah membaca pesan yang ibunya kirimkan itu padanya. “Mama menemukan seorang wanita cantik dan baik untuk dijadikan istrimu. Mama telah mengatur pertemuan kalian berdua. Datang ke café xxx pukul 6 sore nanti yaa.” Addison hanya bisa geleng-geleng kepala setelah membaca pesan dari ibunya itu ketika ia baru saja selesai rapat. Addison mengira, ia mendapatkan pesan dari Calista. Sebagai sebuah hiburan setelah semua urusan pekerjaan yang sangat memusingkan ini. “ADDISON CALDWELL,” suara nyaring ibunya langsung memenuhi telinga Addison. Ia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. “Kenapa baru diangkat sekarang? Sudah puluhan kali mama telepon.” “Maaf mama cantik. Addison sedang rapat tadi. Baru aja selesai.” Daripada harus disembur dengan rasa marah ibunya. Addis

  • Tunangan Kecil CEO Muda   Ketua Kelas

    “Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Ansell heran dengan kehadiran Addison di rumahnya.“Saya ada urusan dengan Calista om.”Addison sengaja tidak menggunakan bahasa formal. Walaupun perusahaannya dan perusahaan Ansell akan bekerja sama. Tetapi saat ini mereka tidak bertemu karena ada urusan bisnis.Selain itu, Addison juga ingin mendekatkan diri. Bagaimanapun, orang ini adalah ayah dari gadis yang disukainya.“Ternyata kamu kenal anak saya ya.” Ansell tersenyum canggung.“Iya om.”Addison dan Ansell pun berbincang masalah pekerjaan. Mereka juga membicarakan sedikit tentang kerja sama yang akan dilakukan.“Ayo pergi.” Calista menarik tangan Addison agar segera keluar.Perbincangan Addison dan Ansell tiba-tiba terinterupsi dengan kedatangan Calista. Calista tampak tidak peduli dengan Ansell yang sedang berbincang dengannya. Bahkan Calista menatap tajam Ansell dengan sorot penuh kebencian.“Kalau begitu permisi om.”Addison yang terkejut dengan Calista yang tiba-tiba menarik tangannya

  • Tunangan Kecil CEO Muda   Calon Ayah Mertua

    “Addison?” tanya Calista pada pria yang tiba-tiba membawanya ke mobil hitam yang cukup mewah. Pria itu bersetelan jas rapi seperti seorang pekerja kantoran. “Darimana kamu tahu namaku?” tanya Addison balik bertanya. Addison tidak pernah memberitahukan namanya pada Calista. Bahkan di catatan yang ia tinggalkan untuknya pun, Addison hanya menyebut dirinya sebagai penyelamat. “Dari kakak tampan yang mencegatku pergi dari hotel tadi. Dia bilang kalian berteman.” “Oh, Aiden,” ucap Addison paham. “Makasih udah nyelamatin aku kemarin om, tapi maaf, aku sedang terburu-buru sekarang.” Calista tidak peduli menyebut Addison dengan panggilan om. Addison terlihat cukup tua. Umur mereka pasti terpaut cukup jauh “Kau menyebut Aiden dengan panggilan kakak, sedangkan menyebutku dengan panggilan om?” Mata elang Addison menatap tajam ke arah Calista. “Habisnya om terlihat cukup tua. Umur kita pasti beda jauh kan.” Calista hanya berkata jujur tentang apa yang dipikirkannya. “Lalu kenapa kau mema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status