Share

Rencana Licik Addison

Calista sudah siap dengan dress bermotif bunganya. Seperti yang sudah ia janjikan, malam ini ia akan ikut dengan ayahnya menghadiri pesta ulang tahun anak pertama keluarga Caldwell.

Semenjak bertengkar dengan ayahnya malam itu. Calista tidak pernah lagi berbicara dengan ayahnya.

“Non, Tuan Ansell telah menunggu di bawah.” Bi Ina menyadarkan Calista dari lamunannya.

“Baik Bi, aku akan turun sebentar lagi.”

Calista memasang aksesoris yang cocok dengan dress yang ia pakai sekarang. Kalung bermotif bunga daisy dan sepasang anting dengan motif yang sama.

Setelah semua siap, Calista segera turun ke bawah. Ia tidak ingin berlama-lama agar ayahnya itu tidak marah padanya.

Calista masih seseorang yang menumpang di rumah orang tuanya. Ia belum bisa memberikan balasan yang berarti bagi orang tuanya untuk semua jasa mereka.

“Pastikan kau tidak membuat masalah di sana nanti,” ucap Ayah Calista ketika ia baru saja memasuki mobilnya.

“Baik, tentu saja,” ucap Calista datar.

Calista harus bisa menahan dirinya selama beberapa tahun kedepan. Sampai ia bisa hidup secara mandiri.

Calista akan membalas semua jasa orang tuanya, sehingga ia bisa terlepas dari mereka. Calista ingin hidup bebas tanpa memikirkan konsekuensi dari segala tindakannya.

Selama di perjalanan, Calista berusaha untuk melatih senyumannya. Agar ia tidak terlihat murung ketika berada di pesta nantinya.

Walaupun hanya sebuah senyuman yang terpaksa. Calista harus tersenyum agar terlihat seperti perempuan yang baik dan anggun.

Tidak ada percakapan diantara keluarga Hadley. Semuanya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Ayahnya fokus menyetir mobil dan ibunya bermain ponsel. Sedangkan Calista sendiri hanya memandangi jalanan kota yang masih ramai.

Membutuhkan waktu yang cukup lama di perjalanan. Untuk sampai di tempat acara pesta ulang tahun yang akan mereka hadiri itu.

Pesta ulang tahun yang diadakan oleh keluarga Caldwell bukan semata-mata diadakan hanya untuk merayakan bertambahnya usia anak sulung mereka.

Pesta yang mereka adakan itu bertujuan sebagai ajang untuk membangun hubungan dan konektivitas di antara para kolega bisnis. Ayah Calista tidak akan melewati kesempatan seperti ini.

“Gandeng tangan mama, anak manis,” bisik Elena Rosaline Hadley pada Calista.

Elena mulai berakting karena di depan sana telah banyak media yang telah meliput acara ini. Calista hanya mengikuti alurnya sembari terus tersenyum manis di depan kamera. Drama keluarga Hadley yang harmonis pun di mulai.

“Boleh dilihat undangannya dulu pak?” tanya seorang pria yang menjaga pintu masuk dengan ramah.

Ansell menyerahkan undangannya. Pria itu melaksanakan tugasnya sebagai pemeriksa undangan para tamu yang akan datang. Setelah memastikan undangannya dengan benar, pria itu mempersilahkan keluarga Hadley untuk memasuki ruangan.

Pesta ulang tahun anak pertama keluarga Caldwell itu diadakan di villa mewah milik mereka. Pemandangan yang disuguhkan oleh villa itu cukup memanjakan mata. Calista dan keluarganya memasuk ke dalam ruangan.

Di dalam sana telah banyak tamu undangan yang datang. Dari wajah-wajah orang yang sekian banyak itu, tidak ada satu pun yang Calista kenal.

“Ayah, aku mau ke toilet dulu sebentar.”

Untuk mencari aman. Calista segera melarikan diri dari orang tuanya yang telah mulai menyapa kenalan-kenalan mereka.

“Baiklah putri cantikku.” Ansell bertindak sebagai ayah yang penyayang di depan rekan-rekannya.

Calista telah berpisah dari ayah dan ibunya. Ia sengaja memisahkan diri dari awal agar tidak perlu terlalu banyak berbasa-basi pada kenalan orang tuanya.

“Hai,” sapa seseorang ketika Calista sedang sibuk memperhatikan makanan yang dihidangkan.

“Om kok ada di sini juga?” tanya Calista heran melihat Addison di sana.

Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Addison di sini.

“Seharusnya saya yang tanyakan itu pada kamu. Tadi saya ajak ke sini gak mau.”

Calista memang menolak ajakan Addison untuk pergi bersamanya tadi karena sudah mempunyai janji lain. Namun, Calista tidak menyangka ternyata tempat tujuan mereka sama.

“Ini janji dengan ayahku yang aku bilang tadi om. Aku mana tahu kalau om mau ngajak aku ke sini juga,” ucap Calista berusaha menjelaskan.

“Ooh begitu. Mungkin ini memang sudah takdir. Baguslah kamu ada di sini sekarang. Mau ya, saya kenalkan pada orang tua saya nanti.”

Padahal Calista sudah cukup lega karena tidak perlu berpura-pura jadi pasangan Addison. Namun, ternyata ia bertemu dengan Addison lagi di sini.

Calista juga tidak bisa menolak permintaan Addison karena ia sudah berjanji untuk memberikan satu pertolongan. Sebagai balasan terhadap bantuan Addison padanya.

“Baiklah om. Karena sudah berjanji, aku akan menepatinya.” Calista menyetujui permintaan Addison.

Ini akan jadi pertama kalinya bagi Calista dikenalkan pada orang tua pacarnya. Walaupun hanya berpura-pura.

Calista tidak tahu harus bersikap bagaimana nantinya di depan orang tua Addison. Sedangkan menghadapi keluarganya sendiri saja ia tidak mampu.

“Kamu tidak usah gugup seperti itu. Ini hanya perkenalan sederhana sebagai tameng. Bukan berarti saya akan melamarmu saat ini juga.”

Calista berusaha menghilangkan rasa gugupnya setelah mendengar ucapan dari Addison.

“Palingan juga orang tua saya yang akan memaksa kamu untuk menikah dengan saya secepat mungkin,” ucapan Addison setengah serius dan setengah bercanda.

Mata Calista terbelalak melihat ke arah Addison. Ia langsung panik mendengar ucapan Addison itu.

“Hahaha… wajahmu terlihat sangat lucu saat ini.” Addison tertawa lepas melihat ekspresi Calista yang lucu ketika terlihat tambah panik.

“Berhenti menggodaku om. Candaannya tidak lucu,” ucap Calista dengan nada marah.

Bahkan Calista yang sedang marah padanya, terlihat semakin lucu bagi Addison. Ia tidak peduli jika perbedaan umur mereka sangat jauh. Addison akan memperjuangkan Calista bagaimanapun caranya.

Addison benar-benar telah jatuh hati sepenuhnya pada Calista. Bersama dengan Calista terasa sangat menyenangkan bagi Addison.

“Kebetulan orang tua kita sedang berbincang di sana. Ini adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan dirimu sebagai pasangan saya.”

Addison merasa takdir sangat mendukungnya kali ini. Ia akan menjebak Calista dengan melamarnya di depan kedua orang tua mereka.

Asalkan orang tua mereka setuju nantinya. Addison akan mencari cara untuk mendapatkan hati Calista setelah itu.

“Tapi om…”

Keraguan Calista bertambah untuk menolong Addison. Melihat orang tuanya di depan sana. Ia tidak ingin terlibat dengan hal yang rumit setelah ini.

“Gapapa, tenang aja. Tidak akan terjadi apa-apa.”

Addison langsung menarik tangan Calista menuju ke tempat orang tua mereka berdua berada. Ia tidak akan melepaskan kesempatan emas kali ini.

Calista yang ditarik Addison terlihat hanya bisa pasrah saja. Addison sangat bersemangat untuk memperkenalkan dirinya.

“Halo om, tante,” sapa Addison setelah berada di depan kedua orang tua mereka.”

“Eh, Calista. Daritadi papa cariin gak kelihatan dimana-mana. Ternyata kamu lagi sama yang punya pestanya.

Kening Calista sedikit berkerut mendengar ucapan Ansell. Ia tidak tahu jika Addisonlah orang yang mempunyai pesta ini.

“Iya pa, maaf. Tadi Calista habis dari toilet kebetulan ketemu sama Kak Addison di luar.”

Calista menyembunyikan rasa keterkejutannya. Ia berusaha senatural mungkin membuat alasan yang masuk akal.

“Jadi ini putri tungaal kalian itu? Cantik sekali,” puji Erinna Caldwell, ibu Addison.

“Tentu saja, dia adalah putri kesayanganku,” ucap Elena Rosaline Caldwell, ibu Calista.

Calista merasa mual mendengar ucapan ibunya itu. Sejak kapan ia menjadi putri kesayangan. Ketika nyawanya hampir melayang saja, ibunya tidak pernah peduli.

“Perkenalkan, ini putra sulungku. Addison Caldwell.”

Erinna memperkenalkan putra sulungnya itu. Mungkin saja dengan itu, ia akan mendapatkan menantu kali ini.

“Tampan sekali, mungkin akan cocok jika bersanding dengan putriku ini.” puji Ibu Calista.

Elena memasang topengnya. Berusaha tampak seperti ibu-ibu yang baik dan ramah. Padahal ketika di rumah, hanya wajah masam yang Calista dapatkan dari ibunya.

“Kebetulan sekali tante. Saya ingin mengumumkan sesuatu yang sangat penting terkait dengan hal itu.” Addison mengambil kesempatan untuk berbicara.

Calista yang sedang ada di genggaman Addison merasa sangat panik. Dengan apa yang akan dikatakan oleh Addison selanjutnya.

“Saya ingin melamar Calista, jika om dan tante berkenan.”

Calista tahu semua ini hanyalah sebuah sandiwara. Namun, setelah mendengar ucapan dari Addison, ia tetap saja merasa terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status