Seorang anak yang tidak pernah diinginkan oleh kedua orang tuanya. Calista hadley. Baru saja dilecehkan oleh guru yang ada di sekolahnya. Ketika memberi tahu hal itu kepada orang tuanya, yang didapatkan Calista hanyalah wajah masam dan marah karena takut ia mencemarkan nama baik keluarga Hadley yang mempunyai bisnis raksasa. Tidak ada satu pun yang peduli dengan keadaannya. Dengan nekatnya, Calista Hadley pergi ke klub malamsendirian. Berlagak seperti orang dewasa dan meminum alkohol yang tidak pernah ia cicipi sebelumnya. Sementara itu, anak sulung dari keluarga Caldwell. Addison Caldwell. Didesak untuk menikah oleh kedua orang tuanya. Namun, ia belum menemukan pasangan yang cocok dengannya. Saat mengikuti acara reuni sekolahnya, Addison menemukan seorang gadis cantik yang memikat perhatiaannya. Apakah Addison berhasil memikat hati gadis pujaannya itu? Ataukah ia harus menikah dengan orang yang tidak ia sukai sama sekali karena didesak oleh keluarga.
View More“Aku mau pindah sekolah,” ucap Calista setelah mengumpulkan banyak keberanian di dalam dirinya.
Makan malam keluarga Hadley langsung terusik dengan suara Calista dan kata-katanya yang tidak masuk akal. Ayahnya langsung menatapnya tajam dan menusuk karena telah mengganggu ketenangannya.
“Kenapa?” tanya ayah Calista dengan suara yang dingin.
Seketika keberanian Calista langsung menciut. Namun, ia tidak boleh menyerah begitu saja. Bagaimanapun caranya Calista ingin pindah dari sekolah yang terkutuk itu.
Calista sudah tidak berani lagi menatap ke arah kedua orangtuanya. “Seorang guru melecehkanku,” ucapnya dengan suara yang pelan. Tidak ada suara lantang itu lagi.
Kening Ansell Orlando Hadley langsung berkerut mendengar hal itu. Namun, tidak ada rasa khawatir sama sekali yang tergambar di wajahnya. Padahal putri tunggalnya baru saja mengatakan kalau ia dilecehkan oleh seseorang.
“Dilecehkan?” tanya Ansell dingin.
“Iya, Yah.” Calista semakin tertunduk mendengar suara ayahnya yang dingin.
“Tidak sampai diperkosa bukan?” tanya Ansell dengan nada yang cukup ragu.
“Tidak, tapi…” ucap Calista terpotong.
“Kalau begitu bertahan saja disana.” Ansell langsung memotong ucapan Calista. “Kau juga sudah kelas tiga SMA. Waktumu hanya tinggal satu tahun lagi untuk berada di sana.”
Calista memang sudah menduga hal ini akan terjadi dan ia telah menyiapkan mentalnya untuk kemungkinan buruk seperti itu. Namun, setelah mendengarnya secara langsung tetap saja terasa menyakitkan.
“Ayah sama sekali tidak peduli Calista dilecehkan?” Calista mulai memberanikan diri menatap mata ayahnya.
“Kau sudah beranjak dewasa Calista. Jangan jadi anak cengeng dan manja lagi.”
"Dunia orang dewasa bahkan lebih mengerikan daripada yang pernah kau bayangkan.” Tidak ada rasa empati sama sekali yang terlihat dari Ansell.
“Baguslah kau mulai belajar dari sekarang.” Ansell mengakhiri ucapannya dengan kata-kata yang sangat menusuk bagi Calista.
“Ha ha ha, lucu sekali. Kata-kata ayah sangat menghiburku.” Calista tertawa frustasi mendengar nasehat yang tidak masuk akal dari ayahnya.
Calista yang biasanya segan dan merasa takut pada ayahnya sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi. Kata-kata ayahnya yang menusuk itu membuat Calista berani menjawab dengan respon yang tidak masuk akal.
“Terimakasih, telah memberi pelajaran hidup yang sangat berharga bagiku.” Calista menatap tajam mata ayahnya menyiratkan sebuah kebencian di sana.
Calista berdiri dan hendak beranjak pergi ke kamarnya. Ia merasa tidak tahan jika harus berlama-lama ada di sini.
“Tunggu.” Ayah Calista menahan tangannya yang sudah bersiap untuk pergi dari sana.
“Apa lagi?” tanya Calista pada ayahnya tanpa sopan santun sama sekali. Ia bahkan tidak mencoba untuk kembali duduk terlebih dahulu.
“Besok malam kau harus datang ke pesta ulang tahun anak pertama keluarga Caldwell. Ayah akan melakukan kerja sama dengannya besok. Jangan membuat ayah malu karena masalah ini. Kau harus tetap menjaga nama baik keluarga kita.”
Padahal masalah yang baru saja Calista bahas, seakan tidak ada artinya sama sekali. Namun, lihatlah sekarang, ayahnya hanya peduli pada urusan dirinya saja.
“Ayah tidak mau menuruti apa yang aku mau, kenapa aku harus menuruti apa yang ayah mau?” tanya calista yang sudah tidak gentar lagi. Calista merasa muak dengan sikap ayahnya yang hanya memikirkan keuntungannya sendiri.
“Jangan lupa, aku yang membiayai hidupmu sampai saat ini. Setidaknya kau harus menurutiku untuk membayar hal itu.” Ansell tidak segan-segan memberikan pelajaran yang lebih menyakitkan pada Calista.
“Oh iya, aku hampir saja lupa. Baiklah, aku juga seorang yang sudah dewasa seperti yang ayah katakan. Aku harus tahu terimakasih bukan? Layaknya orang dewasa.” Calista hanya bisa tersenyum kecut.
Calista sudah cukup kecewa dengan ayahnya yang tidak peduli, ia dilecehkan oleh seseorang. Sekarang Calista harus menerima kenyataan kalau ia harus balas budi atas semua yang ia dapatkan sampai saat ini.
Apakah seorang ayah layak meminta pertanggungjawaban atas apa yang ia berikan pada anaknya? Bukankah orangtua yang seharusnya bertanggungjawab atas kehidupan anaknya? Padahal mereka sendiri yang menghadirkan Calista ke dunia ini.
“Hanya itu yang ingin ayah sampaikan?” tanya Calista dengan ketus.
“Iya, hanya itu,” ucap Ansell yang tidak peduli pada amarah Calista yang tampak jelas.
“Kalau ayah sudah puas. Aku pamit dulu.” Calista berlalu keluar.
Calista memilih pergi ke luar alih-alih kembali ke dalam kamarnya. Dadanya sudah terasa sesak sedari tadi. Calista merasa tidak bisa bernafas jika masih berada dalam rumah itu. Sweet seventeen yang harusnya terasa indah, malah menyakitkan bagi Calista.
“Taksi,” panggil Calista.
Kebetulan sebuah taksi lewat di depannya ketika Calista baru saja keluar dari gerbang rumahnya.
“Mau kemana Neng?” tanya sopir taksi sesaat setelah Calista masuk.
“Kemana aja pak, asalkan jauh dari rumah ini.” Suara Calista sedikit tersekat, ia sudah tidak bisa menahan kesedihannya lagi.
Sopir taksi yang tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari Calista, melihat ke belakang. Ia terkejut ketika mendapati air mata telah mengalir di pipinya. Melihat itu, tanpa protes ia melajukan mobilnya meskipun tidak tahu harus kemana.
Para tamu undangan mulai berdatangan memenuhi halaman belakang rumah Calista. Acara pertunangan yang diadakan secara dadakan oleh Addison tidak menemukan kegagalannya sama sekali.Addison sudah terbiasa untuk mempersiapkan berbagai acara semenjak jabatannya masih menjadi anak magang di perusahaan orang tuanya sendiri. Mempersiapkan acara dadakan seperti ini bukanlah masalah yang besar baginya.“Bi, kamar Calistanya dimana ya? Saya udah gak sabar, pengen lihat calon tunangan saya,” tanya Addison pada Bi Ina yang sibuk melayani para tamu undangan.“Di lantai dua den, cuman ada satu kamar di sana. Itu kamarnya non Calista,” jawab Bi Ina dengan senang hati memberitahukan letak kamar Calista.“Terimakasih Bi.” Dengan semangat yang menggebu-gebu Addison langsung menuju ke kamar Calista.Ketika Addison akan memasuki kamar Calista, ia tidak sengaja mendengar suara Ansell yang sedang berbicara pada Calista.Addison mengurungkan niatnya untuk melangkah lebih jauh lagi. Ia bersembunyi di balik va
Seluruh anggota keluarga Addison terlihat sangat senang mendengar kabar gembira yang dibawanya. Di acara ulang tahun Addison yang ke 27 tahun itu.Pesta ulang tahun Addison telah usai dari beberapa jam yang lalu. Para tamu undangan pun telah pergi dari Villa milik mereka. Menyisakan Addison dan keluarganya yang memilih untuk menginap di sana malam ini.Di sela-sela acaranya tadi. Addison mengumumkan pada khalayak ramai, bahwa ia akan melamar Calista. Untung saja Calista bisa ikut bekerja sama dengan tindakannya yang cukup mendadak itu.Tidak terbayangkan oleh Addison jika Calista kabur di tengah-tengah acara. Apalagi tepat pada saat ia sedang berbicara. Dengan maksud untuk melamar Calista. Karena ia tidak pernah menyetujui hal itu sebelumnya.“Oh, jadi karena ini kamu gak mau ketemu sama wanita yang udah mama jodohin sama kamu.” Erinna mengurungkan niatnya untuk memarahi Addison habis-habisan kali ini.Erinna sudah berencana untuk melakukan hal itu karena Addison tidak bisa menepati ja
Calista sudah siap dengan dress bermotif bunganya. Seperti yang sudah ia janjikan, malam ini ia akan ikut dengan ayahnya menghadiri pesta ulang tahun anak pertama keluarga Caldwell. Semenjak bertengkar dengan ayahnya malam itu. Calista tidak pernah lagi berbicara dengan ayahnya. “Non, Tuan Ansell telah menunggu di bawah.” Bi Ina menyadarkan Calista dari lamunannya. “Baik Bi, aku akan turun sebentar lagi.” Calista memasang aksesoris yang cocok dengan dress yang ia pakai sekarang. Kalung bermotif bunga daisy dan sepasang anting dengan motif yang sama. Setelah semua siap, Calista segera turun ke bawah. Ia tidak ingin berlama-lama agar ayahnya itu tidak marah padanya. Calista masih seseorang yang menumpang di rumah orang tuanya. Ia belum bisa memberikan balasan yang berarti bagi orang tuanya untuk semua jasa mereka. “Pastikan kau tidak membuat masalah di sana nanti,” ucap Ayah Calista ketika ia baru saja memasuki mobilnya. “Baik, tentu saja,” ucap Calista datar. Calista harus bisa
Kegusaran tampak jelas di wajah Addison. Dering teleponnya tetap berbunyi walaupun berkali-kali telah diabaikan. Penelpon yang keras kepala itu adalah ibunya sendiri. Addison sengaja tidak mengangkat telepon dari ibunya setelah membaca pesan yang ibunya kirimkan itu padanya. “Mama menemukan seorang wanita cantik dan baik untuk dijadikan istrimu. Mama telah mengatur pertemuan kalian berdua. Datang ke café xxx pukul 6 sore nanti yaa.” Addison hanya bisa geleng-geleng kepala setelah membaca pesan dari ibunya itu ketika ia baru saja selesai rapat. Addison mengira, ia mendapatkan pesan dari Calista. Sebagai sebuah hiburan setelah semua urusan pekerjaan yang sangat memusingkan ini. “ADDISON CALDWELL,” suara nyaring ibunya langsung memenuhi telinga Addison. Ia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. “Kenapa baru diangkat sekarang? Sudah puluhan kali mama telepon.” “Maaf mama cantik. Addison sedang rapat tadi. Baru aja selesai.” Daripada harus disembur dengan rasa marah ibunya. Addis
“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Ansell heran dengan kehadiran Addison di rumahnya.“Saya ada urusan dengan Calista om.”Addison sengaja tidak menggunakan bahasa formal. Walaupun perusahaannya dan perusahaan Ansell akan bekerja sama. Tetapi saat ini mereka tidak bertemu karena ada urusan bisnis.Selain itu, Addison juga ingin mendekatkan diri. Bagaimanapun, orang ini adalah ayah dari gadis yang disukainya.“Ternyata kamu kenal anak saya ya.” Ansell tersenyum canggung.“Iya om.”Addison dan Ansell pun berbincang masalah pekerjaan. Mereka juga membicarakan sedikit tentang kerja sama yang akan dilakukan.“Ayo pergi.” Calista menarik tangan Addison agar segera keluar.Perbincangan Addison dan Ansell tiba-tiba terinterupsi dengan kedatangan Calista. Calista tampak tidak peduli dengan Ansell yang sedang berbincang dengannya. Bahkan Calista menatap tajam Ansell dengan sorot penuh kebencian.“Kalau begitu permisi om.”Addison yang terkejut dengan Calista yang tiba-tiba menarik tangannya
“Addison?” tanya Calista pada pria yang tiba-tiba membawanya ke mobil hitam yang cukup mewah. Pria itu bersetelan jas rapi seperti seorang pekerja kantoran. “Darimana kamu tahu namaku?” tanya Addison balik bertanya. Addison tidak pernah memberitahukan namanya pada Calista. Bahkan di catatan yang ia tinggalkan untuknya pun, Addison hanya menyebut dirinya sebagai penyelamat. “Dari kakak tampan yang mencegatku pergi dari hotel tadi. Dia bilang kalian berteman.” “Oh, Aiden,” ucap Addison paham. “Makasih udah nyelamatin aku kemarin om, tapi maaf, aku sedang terburu-buru sekarang.” Calista tidak peduli menyebut Addison dengan panggilan om. Addison terlihat cukup tua. Umur mereka pasti terpaut cukup jauh “Kau menyebut Aiden dengan panggilan kakak, sedangkan menyebutku dengan panggilan om?” Mata elang Addison menatap tajam ke arah Calista. “Habisnya om terlihat cukup tua. Umur kita pasti beda jauh kan.” Calista hanya berkata jujur tentang apa yang dipikirkannya. “Lalu kenapa kau mema
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments