Dengan menahan amarah aku mengganti baju, mungkin ucapan bang Dion benar aku jadi bayangan Kak Sarah, tapi semua itu aku lakukan agar si kembar tidak melupakan sosok Bundanya.Segera aku mengenakan pakaian miliki sendiri dan tidak akan pernah memakai baju milik kak Sarah, dengan terburu-buru aku menuju meja makan karena si kembar telah menungguku."Lho, kok Tante ganti baju?" tanya Zyona."Iya, baju yang tadi basah," jawabku."Kok bisa basah?" tanya Zyan."Ada air tumpah," jawabku lagi.Kami menunggu bang Dion untuk sarapan, tapi si kembar tersenyum begitu melihat ayahnya tiba di meja makan."Ayah, kenapa pipinya merah?" tanya Zyan."Paling kayak waktu itu Zyan," jawab Zyona."Waktu itu apa?" tanyaku bingung.
POV Dion."Aku tidak bisa mencintaimu seperti aku mencintai Sarah!" ucapku."Bang, asal Abang tau aku juga terpaksa menikah dengan Abang, seandainya kak Sarah meninggal dan tidak memberi wasiat agar aku menjaga Abang serta Zyona dan Zyan, aku tidak akan mau menikah dengan Abang!" ucap Safira marah.Aku berlalu meninggalkan Safira.Aku tidak bisa mencintai Safira seperti aku mencintai Sarah kakaknya, karena selama ini aku tidak pernah mencintai Sarah walau dia menjadi istriku dan melahirkan dua orang anak kembar yang lucu.Entah kenapa aku bisa menikahinya, ini berawal dari sebuah kesalahan pahaman, aku pikir seiring berjalannya waktu aku akan memiliki perasaan lebih untuknya. Namun setelah bertahun-tahun rasa itu tak kunjung datang.Teringat saat aku bertemu untuk pertama kalinya dengan Sarah dan Safira, dua g
Hari masih pagi, kebetulan si kembar sedang libur sekolah, mereka merengek ingin bermain dengan Abah dan Umi.Aku pun menyetujui keinginan mereka, lagi pula aku juga rindu dengan kedua orangtuaku.Dengan diantar oleh bang Dion kami menuju rumah orangtuaku.Setelah satu jam perjalanan kami sampai di rumah Abah. Terlihat Abah tengah menikmati secangkir kopi di teras depan rumah."Assalamualaikum Abah," ucapku."Waalaikumsalam," jawab Abah.Si kembar langsung berlari dan berebut untuk salam dengan kakeknya."Kalian tidak sekolah?" tanya Abah."Enggak kek, gurunya rapat," ucap Zyona."Umi di mana Bah?" tanyaku."Disini," ucap Umi yang baru saja keluar dari dalam rumah.Langsung kupeluk erat Umi, rindu sekal
Catatan Sarah.Hari ini aku senang sekali karena tadi pagi aku telah melangsungkan akad nikah dengan Dion, lelaki yang sangat aku cintai.Tapi ada yang aneh dengannya, sejak pagi tadi dia tidak menatapku, mungkin karena dia terlalu gugup dan malu.Bahagia sekali rasanya, jantung ini terus berdebar-debar karena takut akan malam pertama nanti harus bagaimana?Semalam Dion belum menyentuhku, mungkin dia capek dan lelah karena seharian kami berdiri di pelaminan sambil menyalami tamu, aku masih belum percaya jika sekarang aku menjadi istrinya Dion. ******Sudah seminggu aku menjadi istrinya Dion, tapi dia belum juga menyentuhku. Jangankan menyentuhku, menciumku saja dia belum pernah, padahal kami sudah halal.Terkadang kulihat dia sedang bengong sendiri, kurasa Dion belum percaya jika aku ini su
Aku masih menangis sambil memeluk buku harian milik kak Sarah, ternyata hidupnya yang selama ini terlihat bahagia tidak seperti itu.Kak Sarah selama ini menutupi semua masalahnya.Air mataku seolah tidak mau berhenti, sesedih ini kah hidupmu kak?, Pantas saja kamu memilih meninggalkan dunia ini! ucapku dalam hati.Kepalaku penuh dengan pertanyaan, kenapa bang Dion menikah dengan kak Sarah jika dia tidak mencintainya?. Kenapa Kak Sarah menyuruhku menikah dengan bang Dion? dan siapa perempuan yang dicintai oleh bang Dion?Ingin sekali aku bertanya pada bang Dion, tapi saat aku menemuinya di dalam kamar dia sudah tertidur pulas.Akhirnya aku memilih membereskan pakaian milik Kak Sarah yang akan aku sumbangkan besok."Sarah, maaf!" ucap bang Dion.Lagi-lagi bang Dion mengigau, dia meminta maaf kepada K
Malam sudah sangat larut, bang Dion belum juga pulang, kemana perginya dia?, Apa mungkin dia ke tempat kerjanya, tapi sudah Selarut ini rumah makan miliknya pasti sudah tutup.Dengan mata yang sudah sangat mengantuk aku menunggu di ruang tamu karena bang Dion tidak membawa kunci rumah.Sayup-sayup terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, buru-buru aku membuka pintu dan terkejut dengan apa yang aku lihat. Bang Dion mabuk berat dan dipapah oleh seorang wanita. Wanita itu terkejut melihatku di depan pintu."Astaga!, Bukannya istri mas Dion sudah meninggal?" tanya wanita itu.Aku hanya bisa terdiam menahan marah, jangan-jangan dia adalah wanita yang disebut di buku harian kak Sarah, jangan-jangan dia wanita yang dicintai bang Dion."Mbak siapanya mas Dion ya?, Setau saya istrinya sudah meninggal!" tanya wanita itu.
Bang Dion sangat misterius, kadang dia bersikap cuek dan dingin, terkadang baik dan perhatian, terkadang aku merasa jika dia menyayangiku.Aku harus mencari tahu tentang siapa wanita yang dicintai bang Dion, saat sudah bertemu dengan wanita itu aku akan memohon agar dia mau menikah dengan bang Dion agar bang Dion tidak menyiksa dirinya lagi, bukannya aku peduli padanya, aku kasihan pada anak-anak bagaimana jika mereka tahu kalau ayahnya sering mabuk-mabukan.Tapi bagaimana caranya? aku harus minta bantuan siapa?. Tiba-tiba aku ingat dengan wanita penghibur yang sering mengantar bang Dion pulang. Tapi, aku harus mencarinya kemana?.Aku terus berfikir apa yang harus dilakukan dan meminta bantuan siapa?, Jika kuberi tahu orang lain, orang itu akan tahu kehidupan rumah tanggaku yang tidak seperti kelihatannya, untuk mencari tahu sendirian itu tidak mungkin karena ada si kembar yang harus aku jaga.
Aku masih terus menangis. Bang Dion pasti bohong, dia bicara seperti itu agar aku tidak terus bertanya tentang siapa wanita yang dicintainya dan membuat kak sarah menderita.Buku harian kak sarah. Jawabannya pasti ada di sana. Selama ini aku belum selesai membacanya. Segera aku ke kamar dan langsung membuka pintu lemari, mencari buku bersampul merah marun.Lembar demi lembar aku baca buku bertuliskan tulisan tangan Kak Sarah. Kali ini aku lebih teliti mencari nama perempuan yang dicinta oleh Bang Dion. Mataku tertuju pada sebuah kalimat. Dengan jelas namaku tertera di situ.*Aku tahu mas, kamu selalu mencintai Safira, adikku*Tangisanku kembali pecah. Tubuh lunglai dan langsung ambruk ke lantai. Ingin aku berteriak sekencang-kencangnya melepaskan rasa bersalah ini.Selama ini aku adalah orang yang dicintai oleh Bang Dion dan penyebab Kak