Beranda / Romansa / Turun Ranjang / Catatan Sarah

Share

Catatan Sarah

Penulis: Puput Gunawan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-02 08:58:43

Catatan Sarah.

 

Hari ini aku senang sekali karena tadi pagi aku telah melangsungkan akad nikah dengan Dion, lelaki yang sangat aku cintai.

Tapi ada yang aneh dengannya, sejak pagi tadi dia tidak menatapku, mungkin karena dia terlalu gugup dan malu.

Bahagia sekali rasanya, jantung ini terus berdebar-debar karena takut akan malam pertama nanti harus bagaimana?

 

Semalam Dion belum menyentuhku, mungkin dia capek dan lelah karena seharian kami berdiri di pelaminan sambil menyalami tamu, aku masih belum percaya jika sekarang aku menjadi istrinya Dion.

 

       ******

 

Sudah seminggu aku menjadi istrinya Dion, tapi dia belum juga menyentuhku. Jangankan menyentuhku, menciumku saja dia belum pernah, padahal kami sudah halal.

 

Terkadang kulihat dia sedang bengong sendiri, kurasa Dion belum percaya jika aku ini sudah jadi istrinya.

 

Sebagai istri yang baik aku berusaha melayaninya, membuat makanan yang enak dan bang Dion selalu memuji masakan buatanku. Itu membuatku senang.

 

      ******

 

Sebulan sudah aku menjadi istrinya Dion, tapi sampai sekarang aku masih belum di sentuhnya, padahal setiap dia pulang kerja aku selalu berusaha tampil cantik, tak jarang saat malam tiba aku memakai lingerie untuk menarik perhatiannya. tapi, Dion cuek saja tidak melirikku sedikitpun, walau dia tidur di sampingku.

 

Biarpun begitu aku tetap bahagia, aku pikir Dion masih butuh waktu untuk itu, yang penting dia sayang padaku karena hampir setiap hari dia memberikan aku seikat bunga dan berbagai macam hadiah.

 

     *******

 

Hampir tiga bulan aku menikah dengan Dion tapi hingga detik ini aku masih belum juga menjadi istri seutuhnya, aku bingung?, terkadang ada pikiran aneh di dalam otakku, apa mungkin Dion tidak suka perempuan?.

 

Malam ini Dion pulang dalam keadaan mabuk berat, ini pertama kalinya aku melihat Dion mabuk,l dalam kondisi setengah sadar dia memanggil nama seorang perempuan.

 

    *****

 

Semalam bang Dion mabuk lagi, ingin sekali aku bertanya kenapa dia mabuk tapi aku takut dia marah. Dan semalam untuk pertama kalinya dia menyentuhku.

 

Setiap kali dia mabuk selalu menyebut sebuah nama, nama perempuan yang tidak asing buatku. Apa jangan-jangan ... , Ah mungkin hanya perasaanku saja.

 

   ******

 

Akhir-akhir ini hampir setiap malam Dion pulang dalam keadaan mabuk. Ingin sekali aku marah, tapi aku takut dia meninggalkan aku, aku sangat mencintainya, tapi sepertinya dia tidak, karena hanya saat mabuk saja dia menyentuhku, saat dia sadar dia langsung meminta maaf seolah hal itu adalah sebuah kesalahan.

 

Kadang aku merasa jika Dion sedang lari dari masalah dan melampiaskannya ke minuman keras, tapi masalah apa? Hingga Dion memilih minum-minuman keras bukannya menyelesaikan masalahnya itu.

 

        ******

 

Malam ini Dion mabuk lagi, kali ini dia di antar oleh seorang perempuan, entah siapa perempuan itu, tapi yang aku tahu gaya dan penampilan perempuan itu mirip dengan perempuan yang selalu Dion sebut dalam tidurnya.

 

Aku marah dan menangis, seperti inikah wajah asli Dion?, Aku terus menangis dalam diam.

Sedih sekali melihat suamiku berpelukan dengan wanita lain dan dia terlihat bahagia.

 

    ******

 

Aku berusaha bicara dengan Dion tentang kebiasaannya, dia hanya tersenyum sambil menepuk kepalaku dan bilang akan dia coba, aku mencoba membantu agar dia mau berbagi masalahnya padaku karena bagaimanapun aku ini istrinya. Tapi dia tidak mau bicara apapun hanya tersenyum.

 

  *****

 

Pagi ini aku memberi tahu Dion jika aku tengah hamil, reaksinya di luar dugaan, dia terlihat bingung, mungkin karena terlalu senang.

 

Tadi juga dia ingin menyampaikan sesuatu tapi tidak jadi karena aku memberi tahu kabar kehamilanku.

 

   ******

 

Semenjak tahu jika aku hamil Dion banyak berubah, dia sudah jarang minum-minuman keras dan mabuk, sekarang dia terlihat sangat menyayangiku dan perhatian padaku, apapun keinginanku akan segera di turuti. Tapi tetap saja aku merasa ada yang aneh, dia tidak pernah menatapku.

 

    ******

 

Beberapa hari lalu aku melahirkan, melahirkan sepasang bayi kembar. Lengkaplah sudah kebahagiaanku, Dion sangat senang dengan kelahiran bayi kami dan untuk pertama kalinya dia memelukku dengan sepenuh hati.

 

Dion memberi nama sikembar, bayi perempuan di beri nama Zyona, dan yang laki-laki Zayn, suamiku memang pandai memberi nama, nama kedua anak kami sangat bagus.

 

    ******

 

Sudah lama sekali aku tidak menulis di buku ini, aku terlalu sibuk dengan si kembar. Dion juga sangat menyayangi mereka, dia selalu membantuku saat aku sedang sibuk.

 

Semalam aku mendengar Dion mengigau, kali ini seperti saat dia mabuk dia menyebut nama seseorang, entah kenapa nama itu selalu di sebutnya dalam tidur?, Apa dia menyukai gadis dengan nama itu?

 

    *******

 

Akhirnya aku tahu jawabannya, tadi sore saat aku hendak membeli sesuatu, Dion menyuruhku mengambil sendiri uang di dompetnya, dan aku sangat terkejut karena di dalam dompet milik suamiku itu ada foto seorang gadis, gadis yang namanya selalu di sebut Dion dalam mimpi.

 

Jadi dugaanku benar, selama ini Dion tidak pernah mencintaiku, tapi dia mencintai gadis itu, aku menangis dalam diam, pandai sekali suamiku menyembunyikan sesuatu.

 

     ******

 

Rasanya ingin sekali aku bertanya pada bang Dion kenapa dia menikah denganku jika dia mencintai orang lain, ingin sekali aku tahu alasannya, tapi aku tidak berani, aku terlalu takut Dion meninggalkan aku, terlebih sekarang ada si kembar, aku tidak ingin si kembar kehilangan kasih sayang seorang ayah.

 

     ********

 

Hampir tiap malam aku menangis karena hampir tiap malam Dion menyebut nama itu di dalam tidurnya, aku jadi merasa bersalah karena aku Dion tidak bisa bersama orang yang dicintainya.

 

Perasaan bersalah ini, menggerogoti tubuhku, hingga aku di vonis dokter menderita kanker.

 

Entah kenapa aku malah senang, karena kemungkinan aku akan mati, jadi Dion bisa bahagia dengan orang yang dicintainya.

 

      *******

 

Aku dengan rapat menyembunyikan penyakitku, takut orang lain khawatir, khususnya kedua orangtuaku, jadi setiap aku ke Dokter pasti selalu sendirian dan dokter bilang jika kanker di rahimku sudah menyebar dan harus segera di operasi.

 

Bersambung.

 

Catatan :

Catatan Sarah yang di baca Safira.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Turun Ranjang   Zyan

    Setelah mengucap salam aku langsung masuk ke dalam rumah tidak mencium tangan Bunda seperti biasanya. Beliau yang tengah duduk di teras pasti bingung melihatku. Aku sedang marah padanya. Akhir-akhir ini beliau pilih kasih. Sekarang aku merasa di anak tirikan. Ralat, aku memang anak tiri. Namun, perlakuan bunda membuatku merasa sebagai anak kandung.Masuk ke dalam kamar dan berganti baju. Duduk di pinggir ranjang sambil bermain game di ponsel. Pintu kamar terbuka, aku melirik malas melihat siapa yang masuk."Kamu kenapa, Zyan?" tanya Zyona, kembaranku."Gak apa-apa, lagi bete aja," jawabku asal."Bete sama Bunda?" tanyanya lagi."Hu'um," jawabku yang masih fokus pada game."Alasannya?" tanya Zyona lagi.Aku tidak menjawab pertanyaan Zyona. Aku pun tidak mengerti kenapa marah d

  • Turun Ranjang   Zyona

    Bunda," ucapku seraya memeluk bunda yang sedang duduk di teras."Kamu itu bukannya salam malah langsung peluk, ada masalah di sekolah?" tanya bunda.Beliau memang begitu mengerti dengan anak-anaknya. Bukan hanya sekedar sebagai seorang ibu, beliau juga adalah sahabatku. Aku tidak pernah menyembunyikan sesuatu darinya. Sekalipun aku sembunyikan beliau selalu bisa menebaknya."Bunda, aku tuh sebel banget sama temen di sekolah yang selalu gangguin," rengekku."Bully?" tanya bunda."Bukan, dia tuh kayak caper sama aku," ucapku sambil manyun.Bunda hanya tersenyum dan membelai lembut kepalaku. Beliau selalu melakukan hal itu saat aku sedang marah. Sebenarnya beliau bukan ibu kandungku. Beliau adalah Tante yang artinya adik dari ibu yang melahirkanku. Saat usiaku lima tahun ibuku meninggal dan ayah Menikah dengan Ta

  • Turun Ranjang   Ending

    kiri dikit, Yah," ucap Zyona."Kanan, Yah," ucap Zyan."Yang benar yang mana sih kalian ini?" tanya Bang Dion."Itu sudah benar, Bang," ucapku yang sedari tadi melihat mereka.Bang Dion segera turun dari tangga yang sedari tadi aku pegangi. Untung saja si kembar kecil sedang tertidur jadi aku bisa membantu suami memasang foto keluarga kami. Terlihat dalam gambar aku tengah menggendong Abiandra dan Bang Dion menggendong Abisatya. Sementara Zyona dan Zyan berdiri di depan kami. Foto keluarga yang bahagia.Abiandra dan Abisatya, nama bayi kembar kami yang sekarang berusia Sembilan bulan. Bang Dion yang mencarikan nama-nama indah itu.Kupandangi foto keluarga kami yang bersebelahan dengan foto keluarga sebelumnya. Di mana belum ada aku dan si kembar kecil. Di sana hanya ada kak Sarah, Bang Dion, Zyona serta Zyan.

  • Turun Ranjang   Bab 24

    Rumah di dekorasi sedemikian rupa untuk acara pengajian tujuh bulanan kehamilanku. Walaupun baru tujuh bulan, tapi perutku sudah sangat besar. Maklum saja bayi yang aku kandung ada dua orang."Ade bayi, lagi apa?" tanya Zyona mengelus perutku.Bayiku menendang dan itu dirasakan oleh Zyona, Anak itu tertawa girang."Gerak-gerak, Bunda," ucapnya sambil mencium lembut."Zyan, ayo ke sini!" teriaknya begitu melihat saudara kembarnya melintas.Kedua anak berwajah serupa ini memelukku, kepalanya tepat berada di perut. Mereka mendengarkan suara adik-adiknya yang masih berada di rahimku."Ada suaranya?" tanyaku.Zyona dan Zyan hanya senyam-senyum. Sepertinya mereka mendengar suara perutku yang keroncongan karena belum sempat makan. Umi menghampiriku dengan membawa sepiring nasi lengkap den

  • Turun Ranjang   POV Haikal

    Melihatmu bahagia, aku juga bahagia, Fir," ucapku melihat wanita cantik yang tengah duduk tidak jauh dari tempatku.Dia hanya tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan barusan. Wajahnya pucat, tapi entah kenapa terlihat sangat cantik dan berbeda. Mungkin pengaruh kondisinya sekarang. Dia tengah hamil. Seandainya, ah aku tidak mau berandai-andai. Ini takdir dan harus kujalani. Seperti ucapanku barusan bahagia melihatnya bahagia. Cinta itu tidak harus memiliki."Makasih, Haikal," ucap Safira."Untuk apa?" tanyaku bingung."Untuk semuanya. Kamu sudah membantu banyak hal hingga aku menjadi seperti sekarang.""Tidak, Fir. Itu semua karena kamu menyadari perasaanmu sendiri. Aku merasa kurang ajar saat bicara kalau aku masih mengharapkanmu waktu itu.""Tidak apa, di situ aku mulai sadar akan perasaanku terhadap bang D

  • Turun Ranjang   Bab 23

    Si kembar dan bang Dion terlihat begitu senang karena janinku kembar. Tak sabar rasanya membagi kabar bahagia ini kepada Abah dan Umi. Setelah dari dokter kandungan kami langsung menuju rumah mereka.Sepanjang perjalanan si kembar terus berbicara kalau adik-adik mereka akan diajak bermain sesuai jenis kelamin mereka. Padahal dokter belum bisa menebak jenis kelamin bayi dalam kandunganku."Adik yang cowok akan aku ajak bermain tembak-tembakan," ucap Zyan antusias."Main bola juga," timpal bang Dion."Yang cewek akan aku pakaikan jepitan dan gaun. Terus main putri-putrian," ucap Zyona.Mereka semua berharap bayi ini kembar sepasang seperti Zyan dan Zyona. Tidak memikirkan perasaanku saat ini yang tengah bingung harus bagaimana. Bisakah nanti berbagi kasih sayang dengan ke empat orang anak? Aku takut tidak bisa berbuat adil.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status