Share

UNDANGAN GAIB
UNDANGAN GAIB
Author: Agita vanesa meirosy

Toilet rusak

"Pak? Bapak ngapain di dalam?"

Aku tersentak saat seorang petugas hotel menegurku, ketika aku baru saja keluar dari toilet.

"Ngapain? Ini kan toilet mas, kok ngapain sih?"

"Memangnya airnya bisa pak?"

"Bisa kok, lancar. Buktinya sekarang perut saya sudah plong."

Niatku bercanda namun raut lelaki didepanku justru terlihat tegang.

"Pak, coba bapak lihat lagi. Toilet ini sudah lama rusak. Sudah berkali-kali di perbaiki tapi tetap saja rusak lagi. Lampunya saja mati, tiap diganti bentar pasti putus lagi. Makanya di pintunya di tulis bahwa toilet ini sedang dalam perbaikan."

Aku sontak kaget dan segera berbalik. Benar saja, toilet tersebut terlihat gelap dan ada tulisan "sedang dalam perbaikan" Perasaanku mengatakan hal yang tidak baik, sekujur tubuhku seketika merinding.

"Astaghfirullah halazim, sumpah mas tadi lampunya nyala. Saya juga dua kali ke toilet itu dan airnya nyala kok, saya bersihkan kotoran saya sampai bersih."

Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Badanku sontok langsung lemas dan menarik lelaki itu masuk kedalam toilet yang benar-benar gelap, setiap toilet pun terkunci. Aku menarik-nariknya namun gagal.

"Mas, tapi tadi ada tamu lain yang juga menggunakan toilet ini selain saya."

"Emmm... Bapak tenang dulu, bapak menginap disini kan? Mari saya antarkan pak, bapak menginap dikamar nomer berapa?"

Aku menyebutkan nomer kamarku dan masih merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja aku alami.

***

Namaku Bayu, aku adalah seorang Master of Ceremony, hari ini aku sedang mengisi acara ulangtahun istri seorang pengusaha besar di jawa timur.

Seperti biasa, aku mendapatkan sebuah kamar untuk beristirahat sebagai fasilitas. Hotel dimana aku menginap sekaligus tempat acara kali ini adalah sebuah hotel yang cukup terkenal dan mewah, jadi aku sama sekali tidak berpikiran macam-macam.

Hingga ketika di tengah-tengah acara, perutku benar-benar terasa melilit, namun sayangnya kamar mandi yang berada di dalam hall penuh. Karena aku sudah tidak tahan lagi, aku memutuskan untuk memakai kamar mandi yang ada diluar. Tepatnya di ujung lorong.

"Sudah lama menjadi MC mas?"

Aku tersentak kaget ketika tiba-tiba ada seorang lelaki keturunan Tionghoa yang menyapakmenyapakuu, padahal seingatku ketika masuk tadi, toilet dalam keadaan kosong. Lantas kapan orang ini masuk?

"Sudah dari tahun 2009 ko."

"Sudah cukup lama juga ya mas. Mas nya asli mana?"

"Saya asli Surabaya ko. Mohon maaf ko, saya permisi dulu, sepertinya band nya sudah selesai, saya harus mengisi acara lagi."

"Iya mas, silahkan. Tapi nanti saya minta waktunya ya, ada yang perlu saya sampaikan, dan minta mau tolong sama masnya."

Aku mengangguk dengan sopan dan segera berlalu, tidak ada yang aneh, ku kira semua berjalan dengan normal.

Hingga ketika acara selesai, perutku kembali melilit dan lagi-lagi kamar mandi di dalam hall sedang digunakan. Terpaksa aku berlari ke kamar mandi di ujung lorong tadi.

"Selama malam pak."

Seorang petugas hotel menyapaku dengan ramah.

"Malam."

"Loh pak, itu toiletnya... "

Entah apa yang diucapkan petugas hotel tadi, aku tidak peduli, sebab aku sudah tidak tahan lagi untuk menuntaskan hajatku.

"Saya mau minta tolong sama masnya untuk mengisi acara di pernikahan saya besok."

Aku benar-benar kaget bahkan sampai melompat kecil ketika lagi-lagi lelaki keturunan Tionghoa itu mengagetkanku.

"Ya ampun ko, kaget saya. Koko kok bisa tiba-tiba datang? Kita sudah seperti janjian saja ke kamar mandinya."

Aku tertawa kecil untuk mengurangi rasa gugupku.

"Jadi gimana mas? Bisa besok mengisi di acara pernikahan saya?"

"Besok kebetulan saja kosong ko, memang acaranya dimana? Koko sendiri yang mau menikah?"

Hening.

Saat aku menoleh ke arah lelaki itu, aku melihatnya menunduk dan wajahnya tampak begitu pucat. Ekspresinya pun memperlihatkan bahwa dia sedang bersedih.

"Besok saya akan menikah di kampung alit dengan Rahayu, wanita yang sangat saya cintai. Dia mantan asisten rumah tangga saya mas, saat ini dia sedang mengandung anak saya."

"Baik ko, saya akan datang besok. Oh iya, nama koko siapa ya? Kita bahkan belum berkenalan, nama saya Bayu."

"Saya William, jangan lupa ya mas, besok datang ke kampung alit. Semua orang disana tahu siapa Rahayu."

Uluran tanganku diabaikan dan lelaki itu pergi begitu saja. Kami bahkan belum sempat membicarakan harga, aku juga belum sempat meminta kontaknya. Lalu bagimana aku menghubunginya?

Karena kebutuhanku sudah beres di kamar mandi itu, aku akhirnya memutuskan untuk keluar. Perutku benar-benar sudah lega.

Aku tidak menyangka, ternyata petugas hotel yang tadi menyapaku masih berdiri didepan kamar mandi seolah-olah sedang menungguku. Wajahnya menunjukkan ekspresi keheranan ketika melihatku yang baru keluar dari kamar mandi. Aku tidak mengerti apa yang salah dengan diriku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status