Share

Bulan Madu & Janji Suci

“Aku ingin anak laki-laki darimu Devita,”

Ucap Andre saat berada di dalam kamar pengantin yang berhiaskan indah bak kamar putri ratu dan raja yang dihias secara apik dan unik.

Tepat malam itu, ketika sebuah acara sakral pernikahan antara sepasang kekasih yang berbeda status sosial telah usai melaksanakan pesta pernikahan megah nan mewah.

“ Mas,,,,?

Suara lembut itu keluar dari bibir tipis manis, dibalut gincu merah merona, dia masih mengenakan gaun pengantin duduk di atas kasur empuk tilam putih.

“Yaa,,   kenapa sayang? Apa kau tidak menikmati pesta pernikahan megah ini?”

“Atau, ada sesuatu yang membuat dirimu gelisah, ceritakan saja apa yang kau rasakan, bukankah kita sudah satu hati setelah menikmati malam sakral pernikahan ini, masalahmu adalah masalahku juga. “

Andre sejenak menatap lembut ke arah wajah cantik itu, perempuan lembut yang kini telah sah menjadi istrinya.

“Bukan mas,

“Bukan itu masalahnya. “

Devita sejenak menundukkan wajahnya, dia memang agak sedikit ragu dalam hatinya,  ingin menceritakan sesuatu yang memang dianggapnya masih begitu mengganjap dan membuat dirinya tidak bisa tenang. Devita, ada yang ingin dia sampaikan pada Andre sang suami, tentang apa yang akan diutarakan.

“Sepertimya,,,,, ibu belum bisa menerimaku sebagai menantunya di rumah ini,“

“ Ibu bersikap dingin sekali padaku Mas. “

Devita tertunduk, terlihat menang wajah yang tadinya tersenyum kini sebaliknya begitu murung, dia memang tak mampu untuk menghadapi hal ini.

Dengan kalimat yang sedikit terbata-bata, walaupun berat akhirnya kata-kata yang sudah berulang kali dia ucapkan itu kini kembali lagi dia katakan pada Andre. Ya, Devita sudah tahu hal ini akan terjadi sebelumnya.

“Maaf mas, aku hanya bisa mengatakan apa yang akan aku rasakan. “

Seolah ingin berbagi luka sejenak, namun gadis itu menahan air matanya agar tidak keluar, hanya untuk menguatkan dirinya di hadapan suaminya itu.

Nyonya Marta, dia adalah ibunya Andre. Seorang wanita yang benar-benar sangat tidak menyukai Devita menikah dengan puteranya Andre, namun dengan kuatnya cinta yang tertanam dalam hati dan sanubari kedua insan yang saling mencintai, Devita dan Andre sudah berjanji akan menghadapi semua kenyataan pahit itu.

“Sudahlah sayang,,,,Aku tahu ini tidak mudah.

Andre memeluk istrinya dengan sangat erat, sejenak memang sudah satu hati, dia merasakan apa yang dirasakan sang istri, Andre tahu memang dari awal perkenalannya dengan Devita, Ibunya tidak pernah menyukai gadis yang sekarang sudah menjadi calon istrinya iti.

“Aku yakin suatu saat ibu akan menerimamu dengan baik di rumah ini sayang, “

“Kau harus percaya dengan sebuah keajaiban. “

Keadaan sejenak hening dengan suasana baru.

 Entah mengapa, sepertinya Devita yakin akan apa yang dikatakan Andre, dia benar-benar yakin bahwa laki-laki ini tulus mencintai dirinya, meskipun dia berasal dari kalangan ekonomi kelas bawah. Devita sadar, meskipun terlihat jelas perbedaan jika keluarnya tidak seperti keluarga Andre, orang tuanya adalah pengusaha sukses dan ternama, memilik banyak cabang usaha di berbagai sudut kota, sementara keluarga Devita hanya berasal dari ekonomi kelas bawah.

“Terimakasih Mas,

“Kau sudah menguatkan dan meyakinkan aku untuk semua perjalanan hingga sampai ke jenjang pernikahan ini,”

“Ini memang cukup sulit bagiku.”

Andre memeluk gadis itu dengan lembut, dia meyakinkan bahwa semua akan berjalan dengan baik baik saja, begitulah yang diharapkan oleh Devita.

Hanya nyonya Marta yang tidak menyukai Devita, gadis malang itu, sementara suaminya tuan Wicaksono, adalah suami yang bertipe penurut, tidak berani untuk mematahkan kata-kata istrinya yang  galak itu, bahkan nyonya Marta seolah memiliki sikap dan watak keras dan selalu angkuh.

“Sudahlah sayang,

“Aku tidak ingin malam indah ini ternodai oleh rasa yang tidak seharusnya kau rasakan dalam hatimu, ayolahhhh ini adalah malam bahagia kita berdua. “

Tentu saja, malam ini mereka harus menikmati ritual malam pertama yang memang wajib menjadi kewajiban sepasang  suami istri, setelah menikah. Merayakan malam pertama yang tentunya tepat di sebuah rumah keluarga Wicaksono yang mewah nan megah milik keluarga mereka, setelah mereka selesai dan pulang hari itu  dari acara resepsi pernikahan.

“Aku serahkan cinta dan segenap jiwaku untukmu Mas. “

Malam yang penuh dengan keindahan, momen terpenting bagi mereka di malam pertama. Malam yang memang tak akan mungkin mereka lupakan sepanjang sejarah hidup mereka yang baru akan mengarungi  mahligai rumah tangga, tentu saja dengan harapan bahagia selama-lamanya bahkan sampai usia mereka senja akan tetap bersama. Itulah janji pernikahan sepasang pengantin itu yang kini tengah dimabuk asmara.

Begitulah harapan mereka malam itu yang tentunya menjadi sepasang pengantin baru yang begitu sangat merasa berbahagia dengan momen bersejarah. Malam itu, begitu cerah dan juga begitu damai, sedamai hati mereka yang sedang dimabuk asmara karena sedang hangat-hangatnya menjadi sepasang suami istri yang baru saja melakukan janji sakral dan suci. Mereka pun saat itu memadu kasih dengan melewati malam-malam pertama yang begitu indahnya.

Esok paginya....

Malam yang begitu indah telah berlalu dan kini berganti menjadi pagi yang begitu cerah. Devita sosok gadis cantik tinggi semampai, berkulit putih dan memiliki bentuk tubuh langsing, berambut panjang sebahu itu pun bangun dari tidurnya. Devita lalu membangunkan Andre yang kini telah resmi menjadi suaminya itu. Terlihat laki-laki kaya dan tampan serta anak seorang jutawan itu begitu pulas tertidur di dalam kamar pengantin bertabur bunga, setelah tadi malam  sedikit lelah mengarungi petualangan malam pertama.

“Kau mau makan apa mas? Biar aku yang siapkan untukmu,”

“Mau makan rendang lagi? Atau sayur asem yang kau sukai itu?”

Devita kembali membangunkan sang suami yang sedang tertidur pulas dan sekarang tersadar dengan gerakan tangan Devita yang halus, mengguncangkan tubuh kekarnya, tepat di atas ranjang pengantin.

 “Sudah pagi yah, sayang...?”

Ucap Andre tak menyadari kalau hari itu ayam sudah lewat berkokok dan matahari telah terbit nun jauh di ufuk barat.

“Kau mau masak? Jangan, nanti kau lelah,”

“Bukankah kau baru saja melewatkan malam pertama kita?

“Biar nanti kita beli saja di restoran luaran sana ya?”

Ucap Andre saat itu dengan menyubit pipi Devita yang sekarang resmi menjadi istri sahnya itu, Seolah begitu sayang dengan Devita yang begitu cantik di depan matanya.

“Jangan mas, sudah kewajibanku melayani semua kebutuhanmu sekarang”

“Bukankah…, aku sekarang sudah resmi menjadi istri sahmu.”

Ucap Devita lalu hanya menunggu jawaban suaminya itu. Menunggu Andre untuk mengatakan selera makannya yang memang disebutkan oleh Devita tadi adalah masakan favorit suaminya. Menu masakan kesukaan laki-laki itu yang memang sering dihidangkan Devita ketika mereka masih menjalin hubungan asmara.

“Apa saja sayang, aku tak mau kau terlalu lelah,”

“Tapi kalau kau memaksa memasak untukku, itu pun lebih baik.”

Laki-laki itu seolah masih mengantuk dan ingin melanjutkan tidurnya. Sementara Devita hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat Andre suaminya.

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status