Share

7. SHOCKING NEWS

Penulis: ryunee samaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 08:06:42

7. Shocking News

Angkot berhenti tepat di seberang lorong tempat tinggal Alya. Gadis berambut panjang itu turun dan segera menyeberang menuju lorong rumahnya. Ditelusurinya lorong itu sekitar lima belas menit lalu sampailah ia di sebuah rumah sedehana, kalau tak mau dikatakan jelek. Rumah usang yang seperti sudah lama tak di perbaiki. Bagian depan terlihat pintu rumah yang sudah soak disana sini. Dan ada sebuah kursi yang tak kalah usangnya dengan daun pintu rumahnya.

Gadis itu menggapai gagang pintu dan mendorongnya. Terkunci, Apa ibu belum pulang kerja ya? Alya melirik benda di pergellangan tangannya. Sudah jam satu. Biasanya jam sebelas ibu sudha di rumah. Karena hanya ibu hanya mengantarkan cucian yang dekat-dekat sini. Kalau yang agak jauh Alya lah yang mengantarkannya. Lalu Nadine kemana? Biasanya jam setengah satu ia sudah sampai di rumah. Alya risau. Ia mindar mandir di depan pintu rumah.  

“Al...”

Suara terdengar dari luar pagar.

“Nah Buk Santi. Lihat ibu saya gak? Biasanya jam segini sudah di rumah tapi dari tadi saya ketok ketok gak ada yang buka.”

“Iya, saya kesini juga mau kasih tahu kamu.”

“Kasih tahu apa buk?

“Itu rumah kamu kosong. Tadi bu.. nitip kunci rumah ke saya.”

“Emang ibu saya kemana ya buk?”

“Ibu kamu ke rumah sakit.”

“Rumah sakit! Emangnya ibu saya sakit ya? “

Alya sedikit shock.

“Ibu kamu ke rumah sakit lihat Nadine. Tadi guru di sekolah Nadine kesini. Katanya Nadine pingsan di sekolah.”

“Apaaa... Nadine pingsan bu”

“Iya, kata gurunya sih begitu.”

“Ya Allah. Jadi keadaannya gimana buk.”

“Ibu kurang tahu Al. Lebih baik kamu cepat susulin ke rumah sakit. Biar gak bertanya - tanya.”

”Iya buk, rumah sakit mana ya?”

“Ini, tadi gurunya sudah nulis di kertas” Kata bu Rike sambil memberikan selembar kertas kecil pada Alya. Alya menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

‘Ya Allah Nadine kenapaaa’ Lirih Alya berkata.

Buru - buru perempuan berhidung bangir itu kembali berjalan keluar rumah menuju pangkalan ojek dan bergegas menuju rumah sakit yang tertera di kertas yang diberikan oleh bu Santi tadi.

Jam di pergelangan tangan Alya menunjukkan pukul dua kurang lima menit saat ia menjejakkan kaki di lantai rumah sakit. Segera ia menuju ke suster jaga menanyakan tentang Nadine.

“Paviliun Kenanga nomor dua belas. Itu yang disebutkan suster tadi. Segera Alya menuju ruangan yang dimaksud. Ruang kelas tiga yang satu ruangan ada enam pasien. Alya berjalan menuju tirai tiga. Dibukanya tirai. Tampak Ibu dan dua orang wanita sedang mengelilingi ranjang rumah sakit yang ditempat Nadine. Nadine tampak pucat dengan mata tertutup dan infus di pergelangan tangan kanannya.

“Buk...” Ujar Alya.

Ibu yang tak sadar akan kehadiran Alya menoleh ke sumber suara. Tampak Alya masuk ke kamar Nadine.

“Nadine kenapa bu?” Ujar Alya

“Ibu juga gak tahu. Tadi siang sekitar jam sebelas wali kelasnya Nadine ke rumah menginformasikan kalau Nadine pingsan di kelas.” Ujar ibu terbata - bata.

“Kok bisa bu?” tanya Alya lagi

“Gini mbak...” Wanita berhijab di sebelah ibu buka suara.

“Sebelumnya perkenalkan saya Ibu Diah, wali kelas Nadine dan ini Ibu Pratiwi, wakil kepala sekolah.”

Alya mengangguk seraya tersenyum pada kedua wanita itu. Lalu mencium punggung tangan mereka satu persatu.

“Saya Alya buk, kakaknya Nadine.”

“Iya, ini lho mbak Alya. Tadi pagi saat proses belajar mengajar tiba -tiba Nadine pingsan di kelas. Jadi kami bawa ke puskesmas terdekat. Jelas bu Diah, wali kelas Nadine.

“Apa tadi pagi Nadine tidak sarapan mbk? atau... memang Nadine sedang tidak enak badan?” Kali ini Bu Pratiwi yang bertanya.

Alya menoleh ke arah ibunya. Tadi pagi Alya berangkat jam setengah enam untuk mengambil cucian kotor di rumah pelanggan lalu pergi ke pasar untuk membeli bahan kue. Jadi ia tak sempat melihat Nadine sarapan atau tidak.

Ibu Kartika mencoba mengingat apa yang dikerjakan Nadine tadi pagi.

“Seingat ibu Nadine sarapan kok Al. Dia makan nasi goreng sama kerupuk terus minum teh manis buatan ibu.” Jawab bu Kartika setelah berfikir sejenak.

Alya mengenyitkan dahi. Berarti penyebab Nadine pingsan bukan karena tidak sarapan. Seingat Alya Nadine juga tidak sakit belakangan ini. Fisik Nadine memang lemah. Gadis berumur dua belas tahun itu memang tak bisa terlalu lelah. Jika kelelahan dia pasti akan jatuh sakit. Tapi sekali lagi seingat Alya, belakangan ini Nadine sedang dalam kondisi yang baik.

“Tadi pagi Nadine menghabiskan sarapannya juga pergi ke sekolah dalam keadaan sehat buk.”

Alya menjelaskan kepada kedua guru sekolah Nadine.

“Oooh begitu ya. Kalau Nadine tadi pagi sarapan dan pergi ke sekolah dalam keadaan sehat. Berarti ada sebab lain yang membuat Nadine tak sadarkan diri” Ujar bu Pratiwi.

“Iya, seperti yang di bilang oleh dokter puskesmas tadi. Kalau Nadine harus di periksa intensif. Oleh karena itu puskesmas merujuknya ke Rumah sakit karena alatnya jauh lebih lengkap daripada di puskesmas.

“Oh, dokternya bilang seperti itu ya buk?”

tanya Bu Kartika yang dibalas anggukan oleh wali kelas Nadine.

‘Harus diperiksa intensif ? Apa yang terjadi pada Nadine?’

Alya berkata dalam hati.

“Dokter menyarankan Nadine diperiksa secara keseluruhan agar bisa diketahui apa penyebab Nadine sering tak sadarkan diri” jelas ibu Diah.

“Sering? Maksud ibu Nadine sering pingsan?” Alya kaget mendengar pernyataan ibu Diah.

Ibu Diah memandang Alya lalu menjawab.

“Ini kali ke lima Nadine pingsan di kelas selama menjadi siswi saya mbak Alya.”

Bu Diah menjelaskan.

“Kali kelima buk?”

Alya luar biasa kaget begitupun bu Kartika yang duduk di sebelah Alya.

“Iya mbak. Apa Nadine tak pernah bercerita pada ibu atau mbak tentang ini?”

Tanya bu Diah.

“Tidak buk. Nadine tak pernah cerita kalau iya sering pingsan di kelas.” jawab Alya. Alya merasakan tangan ibu menggenggam tangannya.

Ibu Diah dan ibu Pratiwi berpandangan lalu beberapa saat mereka terdiam. Bu Dian menghela nafas dan mulai menjelaskan.

“Ini bukan kali pertama Nadine pingsan. Selama hampir setahun di kelas saya Nadine sudah lima kali pingsan hanya memang tidak separah sekarang. Saat pelajaran berlangsung Nadine sering tiba-tiba pingsan tapi setelah di beri minyak kayu putih dia sadar kembali. Sedangkan hari ini tidak seperti biasanya. Walau di beri tretament yang sama seperti yang sudah sudah, dia tetap tak sadarkan diri. Akhirnya kami bawa ke rumah sakit.”

Ibu Diah menjelaskan panjang lebar.

“Kami tidak tahu kejadiannya buk” Jawab Alya.

“Saat kali kedua Nadine pingsan di kelas sebenarnya kami sudah memberikan surat panggilan untuk wali Nadine tapi Nadine beralasan kalau ibunya tidak bisa datang karena bekerja. Jadi kami memaklumi dan meninta Nadine untuk menyampaikan kepada ibunya untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter.”

“Tidak buk, Nadine tidak pernah menceritakan ini pada saya. Saya tidak tahu kalau pihak sekolah meminta saya untuk datang”

Kali ini ibu Kartika yang menjawab.

“Berarti Nadine tak menyampaikan pesan saya pada ibu”

Kata bu Diah.

“Aduh Nadine, ini anak kenapa masalah penting seperti itu malah ibu gak diberitahu. Ini adekmu in kenapa tho Al?” Ujar bu Kartika dengan nada khawatir.

“Mungkin Nadine tidak mau kita khawatir bu. Ibu kan tahu sendiri sifat Nadine”

Jawab Alya.

Kali ketiga, empat dan hari ini sudah lima kali Nadine tiba-tiba tak sadarkan diri di kelas dan kali ini lebih parah makanya kami berinisiatif untuk membawanya ke puskesmas.”

“Iya, terima kasih ya buk Diah dan bu Pratiwi atas pertolongannya pada anak saya Nadine”

Ujar ibu Kartika.

“Iya bu, sama-sama. Ini kan memang tugas kami sebagai guru Nadine di sekolah.”

“Tadi dokter sudah memeriksa Nadine. Mungkin untuk lebih jelasnya nanti bisa ditanyakan kepada dokter yang bersangkutan”

Kali ini bu Pratiwi yang menjelaskan.

“Oh iya buk. Nanti detailnya saya akan tanyakan pada dokter yang memeriksa Nadine. Terima kasih bu atas pertolongannya”

Alya menjawab sambil menangkupkan kedua tangannya ke depan dada dan menundukkan kepala pada bu Pratiwi dan bu Diah yang dibalas dengan anggukan oleh keduanya.

“Kalau begitu kami permisi dulu ya mbak Alya, bu Kartika.” ujar bu Pratiwi.

“Oh iya bu” Alya membalas.

Bu Pratiwi berdiri dari tempat duduknya dan disusul oleh bu Diah yang juga melakukan hal yang sama.

“Semoga Alya segera pulih ya mbak, bu. Semoga tidak ada penyakit serius di tubuh Nadine sehingga Nadine bisa kembali sekolah seperti biasa.”

Harap bu Diah.

“Amiin ya rabb”

Alya dan Ibu Kartika menjawab serempak.

Lalu kedua guru Nadine itu berjalan menuju pintu ruang rumah sakit yang di ikuti oleh Alya dan ibu Kartika.

“Nanti kalau sudah pulang dari rumah sakit, Nadine istirahat di rumah saja dulu. Agar kondisinya bisa benar-benar pulih”

Bu Pratiwi berkata.

‘Iya buk, terima kasih atas pengertiannya”

Jawab Alya.

Lalu bu Kartika menyalami kedua guru Nadine itu yang diikuti Alya yang mencium tangan kedua guru itu lalu mereka meninggalkan ruangan tempat dimana Nadine dirawat.

 A story by Ryunee Samaya

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   29.

    29.PENJELASAN OMA ROSIELangit menginjak rem dan mobil berhenti di sebuah taman tempat bunda Widya mengajak anak-anaknya bermain saat Langit dan Tasya masih kecil. Langit menghela nafas dengan kasar tanda emosinya belum terlalu stabil. Beberapa kali ia mengusap wajah untuk menghilangkan rasa kesalnya atas apa yang terjadi hari ini. Lalu ia melirik Dyana yang duduk di sampingnya tanpa suara. Gadis itu hanya diam, tak ada lagi luapan kemarahan seperti yang ia tunjukan di jalan tadi. Sungguh Dyana terlihat sangat cantik dalam keadaan seperti ini. Sifatnya yang seperti inilah yang dulu membuat Langit jatuh cinta padanya. Sifat yang hampir sama dengan dia... ah, Langit tak mau mengingatnya lagi. Langit mungkin mencintai Dyana tapi tak pernah bisa untuk setia. Karena dendam masa lalunya pada seseorang membuatnya menjadi angkuh dan arrogan.“Ehm...”Langit mencoba menarik perhatian Dyana yang tampak enggan bersuara dan b

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   28. PERTENGKARAN LANGIT DAN DYANA

    PERTENGKARAN LANGIT DAN DYANA“Omaaa...”Alya memandang oma seakan meminta penjelasan.“Oma apa-apan sih?”Kali ini Langit yang bersuara. Sedangkan Dyana tak berkata apa-apa hanya menoleh ke arah Langit. Dengan muak merah padam tanda menahan marah ia memandang kekasihnya itu untuk meminta penjelasan. Sementara Danie, mbok Darmi dan pak Darto saling berpandangan karena apa yang dikatakan oma benar-benar mengejutkan mereka semua.“Kenapa? Semua kaget ya mendengar apa yang oma katakan?”Kata oma enteng seperti tak ada beban.“Maaf kalau kalian kaget, terutama kamu ya Dyana”Kata oma dengan senyum jahatnya.“Oma sudah mendiskusikannya dengan Langit dan Alya dan mereka tak keberatan atas perjodohan ini, ya kan Alya, Langit?”Sangking

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   27. PERNYATAAN MENGEJUTKAN DARI OMA ROSIE

    PERNYATAAN MENGEJUTKAN DARI DARI OMA ROSIE‘Ya Allah, rupanya laki-laki angkuh ini’ pekik Alya dalam hati.Sementara Langit juga tak kalah kagetnya melihat gadis yang sudah mempermalukannya di depan umum beberapa waktu yang lalu ada di rumah omanya.‘Ini gadis kampung yang menolong oma kemarin kan? Yang mempermalukan gue di jalan waktu itu’ kata Langit dalam hati.‘Kenapa dia ada di rumah oma?’ fikir Langit.Belum sempat keduanya berfikir panjang, Dyana kembali mendekati Alya dan kembali menyerangnya. Alya pun tak tinggal diam ia juga berusaha membalas pukulan membabi buta Dyana. Langit dan Danie kembali berusaha melerai mereka. Kali ini Langit memeluk Dyana dan Danie menarik tubuh Alya agar menjauh dari Dyana.“Stop Dy, kamu kayak orang gak waras!”bentak Langit sambil terus me

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   26. ALYA VERSUS DYANA

    26.“Kamu!”Lalu tangan gadis yang sudah merambah dunia model internasional itu kembali terayun. Bukan untuk memukul mbok Darmi tentu saja tapi memukul orang yang sudah mendorongnya tadi tapi tangan Dyana ditahan oleh seseorang yang sudah menolong mbok Darmi tadi dan menahan tangan Dyana saat model cantik itu hendak melepaskan tangannya.“Lepasin tangan saya!” teriak Dyana.“Saya gak akan tinggal diam kalau kamu nyakitin mbk Darmi!” jawab orang itu.“Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan saya”bentak Dyana pada orang yang masih memegang tangannya itu.“Saya harus ikut campur karena kamu sudah buat kekacauan di rumah ini”Jawabnya lagi.“Shut up! Gak usah sok belain orang lain. Kamu siapa? Anaknya pembantu tua ini? Berani kamu sama saya! Tanya sama ibu kamu ini siapa saya!” bentak Dyana marah.“Saya gak perduli siapa k

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   25. KEMARAHAN DYANA

    Langit mengusap wajahnya berkali-kali setelah melihat video di handphone Danie. “Siapa yang kirim?” tanya Langit pada Danie. “Pak Darto, kayaknya tu perempuan sekarang masih disana Lang” kata Danie. “Nekat banget itu perempuan. Gue fikir dia gak bakal berani kesana sejak accident sama oma waktu itu” jawab Langit. “Loe kayak gak tahu sifat Dy lang. Diakan orangnya suka nekat” “Iy, gue tahu dia nekat tapi gak nyangka bakal senekat ini” Jawab Langit lalu laki-laki berhidung mancung itu menyambar jas di atas meja dan mengenakannya. “Loe mau kemana Lang?” “Ya ke rumah oma, kemana lagi” Kata Langit sambil bergegas menuju pintu keluar. “Gue ikut Lang” kata Danie sambil berjalan menyusul Langit yang sudah menuju ke luar ruangan” *** DI RUMAH OMA “Kamu jangan bohong ya mbok. Cepetan kasih tahu saya La

  • (Un)fortunately, You are my DESTINY !   24. SEDIKIT CERITA TENTANG MASA LALU LANGIT

    24.“Please move on Lang. Lupakan Alana. Jangan melampiaskan sakit hati loe sama Alana dengan menyakiti perempuan-perempuan lain yang ada di sekeliling loe. Mereka gak tahu apa-apa Lang. Loe harus...”“Cukup Dan! Gue minta jangan pernah bahas dia lagi!Langit menggebrak meja.“Loe minta gue buat gak bahas tentang Alana lagi tapi loe gak pernah mau membuang semua kenangan tentang dia dari hati loe! Itu namanya munafik!”Bentakan Langit di balas telak oleh Danie.Langit terdiam. Dia tak bisa berkata apapun untuk membantah ucapan Danie karena semua yang dikatakan Danie adalah benar. Langit tak mau membahas tentang Alana Langit juga membuang semua benda kenangan bersama gadis itu tapi sayangnya ia tak pernah sanggup membuang semua tentang gadis itu dari hati dan fikirannya. Secara fisik dia mahluk bebas yang bisa melakukan apapun tapi secara psikis ia terpenjara. Terpenj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status