Novel romantis ini bercerita tentang Alya purnama, seorang gadis miskin berusia sembilan belas tahun. Di usianya yang masih sangat muda, ia dihadapkan pada kenyataan kalau sang adik yang begitu ia sayangi mengidap penyakit bocor jantung dan kanker darah stadium tiga. Alya yang begitu mencintai adiknya berusaha keras untuk mendapatkan biaya pengobatan agar adiknya bisa sembuh. Takdir mempertemukannya dengan seorang pemuda bernama Langit Marvelino Sastra Wijaya, seorang pengusaha kaya yang angkuh, sombong dan brengsek. Pertemuan pertama mereka yang tak terduga mengawali kisah cinta dua manusia berbeda status sosial ini. Langit yang selalu dikelilingi wanita sexy, cantik dan berasal dari kalangan sosialita terpaksa harus menjadikan Alya kekasih rahasianya karena perjanjiannya dengan sang oma. Alyapun tak dapat menolak karena hutang budinya pada keluarga langit. Keduanya yang terpaksa menjalani hubungan tanpa cinta membuat banyak masalah muncul. Tak hanya dari mereka berdua, masalah juga datang dari pihak luar. Ada Dyana, model yang merupakan kekasih langit yang selalu siap dengan rencana liciknya untuk menyingkirkan Alya. Ada juga Revan Anggara, dokter muda yang sejak SMU menaruh hati pada Alya tak mau membiarkan Alya tersiksa hidup bersama pria brengsek seperti Langit. Juga Aline, ibu kandung langit yang sangat membenci orang miskin seperti Alya. Seiring berjalannya waktu, benih cinta tumbuh diantara keduanya. Alya dan Langit yang awalnya saling membenci berubah jadi saling cinta. Disaat mereka mulai meyakinkan diri untuk bersatu. Tiba-tiba muncul Alana, wanita dari masa lalu Langit.Wanita yang pernah menggores luka yang teramat dalam pada hati pria nyaris sempurna itu. Alana datang menjanjikan cinta yang dulu begitu diharapkan Langit darinya. Kemunculannya membuat hubungan langit dan Alya kembali rumit. Alya kembali meragukan cinta Langit untuknya sedangkan Langit bingung memilih antara Alya dan Alana, kedua wanita yang punya arti penting dalam hidupnya.
View MoreBangsal rumah sakit telah sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Hanya satu dua orang lalu lalang di putaran bangsal. Di sudut lorong rumah sakit seorang gadis muda duduk di lantai sambil menangis tersedu. Suaranya terdengar serak, matanya bengkak pertanda terlalu banyak menangis. Gadis itu terlihat memegang tas lusuh di pangkuannya. Tas lusuh yang sebenarnya tak layak pakai lagi karena sudah terlihat sobek di beberapa sisi dan tali tas yang sudah tersambung dengan peniti. Gadis itu terus menangis, menangisi nasib yang selalu mempermainkan hidupnya. Masih kurangkah penderitaannya selama ini?
Alya Purnama, nama gadis itu, Ayahnya meninggal saat Alya berumur delapan tahun dan si bungsu Nadine belum genap setahun. Sang ayah yang meninggal akibat penyakit paru-paru basah yang ia derita. Penyakit yang sebenarnya sudah lama bercokol di tubuhnya tapi tak dirasakan karena sibuk mencari nafkah untuk istri dan kedua anaknya. Kepergian ayah yang meninggalkan banyak hutang berobatnya selama sakit membuat ibu Alya yang hanya seorang tukang cuci harus bekerja tiga kali lebih keras dari saat ayah masih hidup. Jika dulunya ibu hanya menjadi buruh cuci sekarang beliau juga berjualan gorengan di siang hari untuk menambah penghasilan.
Kesusahan hidup yang sudah jadi makanan sehari hari Alya membuatnya menjadi perempuan yang tegar. Dari kecil Alya sudah terbiasa bekerja keras. Bangun pagi lalu berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengambil cucian kotor langganan ibunya. Sampai di rumah ia masih sempat membuat aneka gorengan yang ia jual di terminal. Pulang sekolah ia mengantarkan cucian bersih ke pelanggan lalu bergegas ke warung makan ujung jalan untuk bekerja sebagai tukang cuci piring sampai jam tujuh malam. Sepulang dari warung makan ia kembali mempersiapkan bahan bahan gorengan untuk di masak besok harinya.
Selelah apapun gadis itu bekerja ia tak pernah lupa belajar. Gadis berusia sembilan belas tahun itu sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Tapi apa daya, Jangankan untuk biaya kuliah, bisa makan tiga kali sehari saja ia sudah sangat bersyukur. Ia tahu tak ada yang ia bisa andalkan kecuali dirinya sendiri. Ia yang kelak akan menjadi penopang hidup ibu dan adik kecilnya Nadine. Alya bertekad ia harus sukses oleh karena itu ia harus bekerja keras dari sekarang.
Lagi, petaka kembali meyapa keluarga Alya. Saat ia berumur lima belas tahun. Sang ibu menjadi korban tabrak lari saat pulang dari menjajakan gorengannya di terminal. Tabrak lari? Iya, setelah menabrak sang pelaku menghilang begitu saja tanpa bertanggung jawab. Karena tak punya biaya ibu tak dibawa ke rumah sakit. Kaki ibu hanya diurut di dukun patah tulang yg yang ada di gang sebelah dan diberi obat kampung seadanya. Pengobatan yang tak optimal mengakibatan kaki ibu tak bisa normal kembali. Jadila ibu pincang sejak empat tahun yang lalu. Kaki ibu yang tak sempurna membuat pekerjaannya menjadi terbatas. Ibu tak bisa lagi mencuci pakaian terlalu banyak karena tak bisa duduk terlalu lama. Jadilah Alya menggantikan ibu untuk memikul beban yang memang sudah berat. Tapi Alya anak yang kuat. Ia tetap semangat menghadapi hidupnya demi membahagiakan ibu dan adik semata wayangnya yang mulai tumbuh menjadi gadis remaja.
Sekali lagi takdir seolah olah masih ingin bermain main dengannya. Satu minggu yang lalu ibu dan Alya dikejutkan dengan kedatangan guru Nadine ke rumah. Ibu guru mengabarkan kalau Nadine tiba - tiba pingsan di kelas dan dibawa ke puskesmas dekat sekolah. Ibu dan Alya segera menyusul kesana. Pihak puskesmas memberikan rujukan ke rumah sakit karena pada pemeriksaan awal mengarah ke arah penyakit serius yang perlu pemeriksaan lebuh lanjut di rumah sakit. Alya bersyukur karena ibu terdaftar sebagai masyarakat miskin sehingga kamar di rumah sakit di tanggung pemerintah. Tapi pemeriksaan Nadine tidak ter cover oleh kartu askin yang dimiliki ibu. Sehingga mereka mebutuhkan biaya sendiri untuk pemeriksaannya.
Kabar buruk karena ibu dan Alya tak punya uang sepeserpun untuk membiayai pemeriksaan Nadine. Nasib baik dokter Ridwan, dokter yang menangani penyakit Nadine mau membantu mereka. Ia membayarkan uang pemeriksaan Nadine dengan uang pribadinya. Sungguh dokter yang berhati mulia. Alya sebenarnya ingin menolak tapi tak ada jalan lain selain menerima bantuan sang dokter yang kelihatannya sangat tulus pada ia dan keluarganya. Ibu dan Alya tak bisa berbuat apa-apa selain menerima bantuan dokter berhati malaikat itu. Kesehatan Nadine harus menjadi hal yang utama, masalah bagaimana membayar hutang bisa di fikirkan lagi nanti setelah Nadine pulih. Hampir seminggu di rumah sakitdan f inal resultnya keluar tiga jam yang lalu.
Alya hanya mengangguk saat dokter yang menangani Nadine mempersilahkannya duduk. Barusan seorang suster masuk ke kamar perawatan Nadine dan memberitahukan kalau wali Nadine diminta untuk menghadap dokter. Melihat keadaan ibu yang sulit berjalan Alya berinisiatif untuk menggantikan ibu menghadap dokter. Untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak. Betapa terkejutnya Alya mendengar penjelasan dokter yang menangani Nadine. Jantung bocor bawaan lahir! Kata kata itu yang keluar dari mulut laki laki berpakaian serba putih di hadapan Alya. Tak hanya itu ternyata Nadine juga mengidap kanker darah stadium tiga yang juga membahayakan jiwanya. Pantas dari kecil Nadine gampang sakit. Bila ia demam tubuhnya terlihat pucat. Mungkin itu pengaruh dari jantung bocor yang diidapnya.
Dokter menjelaskan betapa bahayanya dua penyakit yang di idap Nadine. Satu kanker darah saja bisa mengancam jiwa anak berumur dua belas tahun itu apalagi ditambah jantung bocor bawaaan yang menurut diagnosa sementara dokter bawaan dari lahir. Dokter menjelaskan panjang lebar apa itu Kanker darah dan jantung bocor bawaan. Apa penyebabnya dan bagaimana cara mengobatinya. Laki-laki yang rambutnya sudah mulai ditumbuhi uban itu menekankan bahwa Nadine harus segera mendapatkan penanganan serius. Pertama Nadine harus menjalani kateterisasi jantung secepatnya karena bocor jantung yang diidap Nadine termasuk golongan berat. Jika tidak segera ditangani kemungkinan terburuknya Nadine tak akan sanggup bertahan lebih dari tiga bulan. Setelah pulih baru Nadine bisa mengobati kanker darahnya. Alya mendengarkan tapi tak sepenuhnya mengerti apa yang laki - laki setengah baya itu jelaskan. Alya hanya tahu kalau jiwa Nadine dalam bahaya dan butuh banyak biaya untuk menyelamatkannya.
“ Berapa biaya untuk tranplantasi jantung dok” Alya bertanya setelah dokter mengakhiri penjelasannya. Laki-laki setengah baya itu terdiam beberapa saat. Dipandanginya wajah Gadis yang terlihat seumuran anak sulungnya itu. Berpuluh tahun menjalani tugasnya sebagai dokter spesialis dan berinteraksi dengan pasien dari berbagai tingkat ekonomi membuat ia sudah bisa menerka dari tingkat ekonomi mana gadis muda di hadapannnya itu dan ia menyadari betul jawabannya akan membuat sedih gadis ini. “Dok??” Suara Alya membuyarkan lamunan dokter. “ biayanya... sekitar 200 juta...itu belum termasuk pemeriksaan lainnya.. Begh! Suara pelan dokter spesialis itu bagai guntur di telinga Alya. Dua ratus juta Bagaimana Alya bisa mendapatkan uang sebanyak itu?
Biaya pemeriksaan lanjutan saja ia meminjam uang dokter Ridwan, Bagaimana dua ratus juta?
“Dua ratus juta dok?”
Dokter mengangguk.
“Untuk biaya operasinya saja. Belum ditambah biaya pemeriksaan dan lain - lain”
Tubuh Alya lemas seketika. Dua ratus juta! Bagaimana bisa tukang cuci piring warteg seperti dia harus menyediakan uang sebesar itu dalam waktu singkat! Pada siapa Alya memohon bantuan. Ayah dan ibu perantau di kota Jakarta ini. Alya tak pernah dengar baik ayah maupun ibu punya saudara di kota ini. Keluarga mereka benar - benar hidup sendiri tak pernah meminta bantuan keluarga yang bahkan mungkin tak pernah Alya ketahui keberadaannya. Tuhaaaan, cobaan apa lagi ini? Jerit Alya dalam hati.
“Kapan Nadine harus di operasi dok?”
Alya kembali bertanya setelah beberapa saat berusaha menahan gejolak hatinya mendengar penjelasan dari dokter Ridwan.
“Kalau bisa secepatnya. Semakin cepat kita melakukan tindakan maka persentase kesembuhan akan semakin besar. Karena kita tidak hanya memikirkan bocor jantungya Nadine tapi juga Kanker darah stadium tiga yang juga butuh penanganan secepatnya. Kita harus bergerak cepat nak, agar adikmu bisa segera disembuhkan.”
Alya kembali terdiam beberapa saat. Sibuk dengan fikirannya sendiri.
“Saya gak punya uang sepeserpun dok, bagaimana bisa mendapatkan uang dua ratus juta dalam waktu singkat.”
Kata - kata itu yang akhirnya keluar dari mulut gadis itu.
Dokter yang berumur sekitar lima puluh tahunan itu memandang Alya dengan tatapan iba. Tentu saja gadis di hadapannnya ini tidak punya uang sebanyak itu. Dilihat dari kartu berobatnya saja bisa dipastikan dia berasal dari masyarakat bawah. Dokter Ridwan sudah praktek lebih dari tiga puluh tahun. Sudah sering melihat wajah - wajah sedih dan putus asa dari pasien - pasiennya. Tapi entah kenapa hatinya begitu terenyuh melihat gadis muda di hadapannya ini. Hatinya perih melihat air mata yang menetes membasahi kedua pipinya. Gadis itu mengingatkannya pada Nala, putri sulungnya yang sedang kuliah di luar negeri. Sudah tahun ke dua ia tak pulang karena kesibukan kuliah.
Dari lubuk hatinya yang terdalam dokter Ridwan ingin sekali menolong Alya, tapi apa daya tiga puluh tahun lebih bergulat mengobati pasien, tak mampu membuatnya mengumpulkan pundi - pundi rupiah. Sumpah dokter yang ia ucapkan dulu benar benar ia terapkan di pekerjaannya. Saat menangani pasien kurang mampu ia tak pernah mematok harga. Pasien membayar seikhlasnya bahkan kadang ia memberikan obat secara gratis apabila melihat pasiennya dari keluarga yang tidak mampu. Bahkan untuk menyekolahkan Nala ia harus menjual beberapa aset berharga yang susah payah ia kumpulkan dari gaji rumah sakit dan menjadi dokter pribadi di salah satu keluarga konglomerat di kota ini.
“Berdoalah nak, bila ikhtiar sudah kau lakukan maka percayalah pada kekuatan doa.” Akhirnya hanya itu yang bisa ia katakan pada Alya.
Alya mengangguk lemah. Memang hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Saat semua usaha sudah ia lakukan maka doa lah jalan terakhir yang dilakukan.
“Mungkin akan sulit bagi kamu mendapatkan uang sebanyak itu. Tapi saya yakin. Dengan usaha dan tentu saja doa, Allah akan membukakan jalan yang tidak disangka-sangka oleh hambanya. Percayalah.”
Sekali lagi Alya mengangguk, lebih kuat. Bukan hanya mengiyakan apa yang dikatakan dokter Ridwan tapi juga untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau ia akan menemukan jalan keluar dari masalah yang tengah ia hadapi.
“Sabar nak, semua ada jalannya teruslah berdoa.” Ujar Dokter Ridwan sekali lagi.
“Iya dok, saya akan terus berdoa sampai Allah mengirimkan bantuannya.”
“Tak perlu banyak berdoa lagi. Karena Tuhan telah mengirimkan saya untuk membantu kamu.”
Tiba - tiba terdengar suara dari arah pintu ruangan. Serempak Alya dan dokter Ridwan menoleh ke arah suara. Tampak seorang wanita cantik berdiri di depan pintu.
‘Siapa dia?’
tanya Alya dalam hati.
Alya melihat ke arah dokter Ridwan seolah meminta penjelasan sementara doter Ridwan hanya diam tak berkata.
29.PENJELASAN OMA ROSIELangit menginjak rem dan mobil berhenti di sebuah taman tempat bunda Widya mengajak anak-anaknya bermain saat Langit dan Tasya masih kecil. Langit menghela nafas dengan kasar tanda emosinya belum terlalu stabil. Beberapa kali ia mengusap wajah untuk menghilangkan rasa kesalnya atas apa yang terjadi hari ini. Lalu ia melirik Dyana yang duduk di sampingnya tanpa suara. Gadis itu hanya diam, tak ada lagi luapan kemarahan seperti yang ia tunjukan di jalan tadi. Sungguh Dyana terlihat sangat cantik dalam keadaan seperti ini. Sifatnya yang seperti inilah yang dulu membuat Langit jatuh cinta padanya. Sifat yang hampir sama dengan dia... ah, Langit tak mau mengingatnya lagi. Langit mungkin mencintai Dyana tapi tak pernah bisa untuk setia. Karena dendam masa lalunya pada seseorang membuatnya menjadi angkuh dan arrogan.“Ehm...”Langit mencoba menarik perhatian Dyana yang tampak enggan bersuara dan b
PERTENGKARAN LANGIT DAN DYANA“Omaaa...”Alya memandang oma seakan meminta penjelasan.“Oma apa-apan sih?”Kali ini Langit yang bersuara. Sedangkan Dyana tak berkata apa-apa hanya menoleh ke arah Langit. Dengan muak merah padam tanda menahan marah ia memandang kekasihnya itu untuk meminta penjelasan. Sementara Danie, mbok Darmi dan pak Darto saling berpandangan karena apa yang dikatakan oma benar-benar mengejutkan mereka semua.“Kenapa? Semua kaget ya mendengar apa yang oma katakan?”Kata oma enteng seperti tak ada beban.“Maaf kalau kalian kaget, terutama kamu ya Dyana”Kata oma dengan senyum jahatnya.“Oma sudah mendiskusikannya dengan Langit dan Alya dan mereka tak keberatan atas perjodohan ini, ya kan Alya, Langit?”Sangking
PERNYATAAN MENGEJUTKAN DARI DARI OMA ROSIE‘Ya Allah, rupanya laki-laki angkuh ini’ pekik Alya dalam hati.Sementara Langit juga tak kalah kagetnya melihat gadis yang sudah mempermalukannya di depan umum beberapa waktu yang lalu ada di rumah omanya.‘Ini gadis kampung yang menolong oma kemarin kan? Yang mempermalukan gue di jalan waktu itu’ kata Langit dalam hati.‘Kenapa dia ada di rumah oma?’ fikir Langit.Belum sempat keduanya berfikir panjang, Dyana kembali mendekati Alya dan kembali menyerangnya. Alya pun tak tinggal diam ia juga berusaha membalas pukulan membabi buta Dyana. Langit dan Danie kembali berusaha melerai mereka. Kali ini Langit memeluk Dyana dan Danie menarik tubuh Alya agar menjauh dari Dyana.“Stop Dy, kamu kayak orang gak waras!”bentak Langit sambil terus me
26.“Kamu!”Lalu tangan gadis yang sudah merambah dunia model internasional itu kembali terayun. Bukan untuk memukul mbok Darmi tentu saja tapi memukul orang yang sudah mendorongnya tadi tapi tangan Dyana ditahan oleh seseorang yang sudah menolong mbok Darmi tadi dan menahan tangan Dyana saat model cantik itu hendak melepaskan tangannya.“Lepasin tangan saya!” teriak Dyana.“Saya gak akan tinggal diam kalau kamu nyakitin mbk Darmi!” jawab orang itu.“Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan saya”bentak Dyana pada orang yang masih memegang tangannya itu.“Saya harus ikut campur karena kamu sudah buat kekacauan di rumah ini”Jawabnya lagi.“Shut up! Gak usah sok belain orang lain. Kamu siapa? Anaknya pembantu tua ini? Berani kamu sama saya! Tanya sama ibu kamu ini siapa saya!” bentak Dyana marah.“Saya gak perduli siapa k
Langit mengusap wajahnya berkali-kali setelah melihat video di handphone Danie. “Siapa yang kirim?” tanya Langit pada Danie. “Pak Darto, kayaknya tu perempuan sekarang masih disana Lang” kata Danie. “Nekat banget itu perempuan. Gue fikir dia gak bakal berani kesana sejak accident sama oma waktu itu” jawab Langit. “Loe kayak gak tahu sifat Dy lang. Diakan orangnya suka nekat” “Iy, gue tahu dia nekat tapi gak nyangka bakal senekat ini” Jawab Langit lalu laki-laki berhidung mancung itu menyambar jas di atas meja dan mengenakannya. “Loe mau kemana Lang?” “Ya ke rumah oma, kemana lagi” Kata Langit sambil bergegas menuju pintu keluar. “Gue ikut Lang” kata Danie sambil berjalan menyusul Langit yang sudah menuju ke luar ruangan” *** DI RUMAH OMA “Kamu jangan bohong ya mbok. Cepetan kasih tahu saya La
24.“Please move on Lang. Lupakan Alana. Jangan melampiaskan sakit hati loe sama Alana dengan menyakiti perempuan-perempuan lain yang ada di sekeliling loe. Mereka gak tahu apa-apa Lang. Loe harus...”“Cukup Dan! Gue minta jangan pernah bahas dia lagi!Langit menggebrak meja.“Loe minta gue buat gak bahas tentang Alana lagi tapi loe gak pernah mau membuang semua kenangan tentang dia dari hati loe! Itu namanya munafik!”Bentakan Langit di balas telak oleh Danie.Langit terdiam. Dia tak bisa berkata apapun untuk membantah ucapan Danie karena semua yang dikatakan Danie adalah benar. Langit tak mau membahas tentang Alana Langit juga membuang semua benda kenangan bersama gadis itu tapi sayangnya ia tak pernah sanggup membuang semua tentang gadis itu dari hati dan fikirannya. Secara fisik dia mahluk bebas yang bisa melakukan apapun tapi secara psikis ia terpenjara. Terpenj
23.“Loe gila ya!” Maki Danie pada sahabat dekatnya itu sedangkan orang yang dimaki tampak terlihat dengan santai menghisap rokok yang ada di sela jarinya.“Loe yang tu kalau melakukan sesuatu gak di fikir dulu ya Lang. Bisa-bisanya pulang dari luar kota bukannya istirahat malah ketemu sama si Dyana itu” kata Danie sewot.Langit melirik sahabatnya lalu tertawa melihat reaksi Danie yang berlebihan.“Reaksi loe lebay banget Dan! Lagak loe kayak gak pernah dengar gue ngamar aja ” kata Langit santai.“Bukan masalah loe ngamarnya Lang. Gue tahu loe udah ngamar berapa puluh kali sama si Dyana atau... sama perempuan-perempuan lainnya dan gue gak bisa batasi hidup loe. Cuma yang gue sesalkan itu loe ngelakuin kerjaan laknat itu di waktu yang gak tepat” jelas Danie.“Maksud loe?” tanya Langit tak mengerti.
22.“Maaf pak. Permisi” kata Adelia pada laki-laki itu. Laki-laki yang ternyata Danie itu terkejut melihat mata Adelia yang merah dan suaranya yang serak seperti habis menangis. Belum sempat ia berkata apapun Adelia sudah berlalu meninggalkan ruangan Langit. Danie yang masih terlihat kaget masuk ke dalam dan mendapati Langit sedang merokok di atas sofa.“Itu kenapa Adelia Lang ?” tanya Danie.“Memangnya kenapa?” Langit balik bertanya tanpa melihat ke arah Danie,“Itu kenapa dia nangis?” tanya Dannie lagi.Lalu ia melihat Jas Langit yang tergeletak di sofa dan tiga kancing baju kemeja sahabatnya itu sudah tak terkancing sempurna. Melihat itu timbul fikiran negatif di otak Danie. Ia berjalan mendekat ke arah Langit dan berkata.“Loe gak macem-macemin dia kan Lang?”Langit tak menjawab pert
“Oh, ehm... maaf pak. Saya... tidak tahu kalau bapak sudah datang. Saya fikir ruangan kosong jadi saya mau beres-beres sebentar” katanya terbata-bata.Langit menatap wajah ketakutan di hadapannya lalu melirik tumpukan map yang dibawanya dan ia menunduk sambil memijat dahi dengan tangan kanannya.‘Siapa perempuan ini, sepertinya aku tak pernah bertemu dengannya’Fikirnya dengan tangan masih memijat dahi.“Sekali lagi saya mohon maaf pak Langit. Saya fikir bapak belum datang karena hari masih pagi jadi saya masuk tanpa mengetuk pintu. Sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan saya pak”Sekali lagi dengan wajah menyesal perempuan ini meminta maaf.“Kamu siapa? Saya gak pernah lihat kamu disini”Kata Langit tanpa melihat ke arah perempuan itu.“Sayaa...Adeli
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments