05 Maret 2018.Mark menurunkan temannya di tanah dan mengatur napas yang terengah-engah, karena terus berlari dari kejaran Polisi. Pria itu membuka penutup wajah, dan membuka jaket yang dipenuhi darah."Aish, hampir saja aku tertangkap. Jika terlambat sedikit saja, bisa masuk penjara..." ucap Mark dengan napas yang terengah-engah.Beberapa menit berlalu, teman yang membantunya membunuh keluarga Cinta dan James bangun. Ia memegang kepalanya, kemudian membuka penutup wajah."Kepalaku sakit," ujarnya."Kau lemah sekali Yogi," jawab Mark menatap datar ke arah Yogi."Kalau memukul secara mendadak seperti itu, gua mana bisa mengelak. Siapa sih yang memukul kita? Berani sekali dia..." sambung Yogi yang kesal."Anak dari orang tua sial itu. Tapi tenang, aku sudah membalas pukulan tersebut..." balas Mark lagi."Apa dia mati?" tanya Yogi."Entahlah, jika dia mati itu bukan urusan kita. Intinya orang tua sialan itu sudah mati dan Kakak perempuan James juga sudah mati..." ungkap Mark."Wah, tubuh
Kenzo turun dari mobil dan langsung menidurkan sahabatnya di atas brankar. James memarkir mobilnya dan mengejar kedua sahabatnya. Alex masuk ke ruang UGD dan langsung di tangani oleh Dokter. Dua pria itu duduk di ruang tunggu sambil berjalan bolak balik, karena sangat mengkhawatirkan Alex yang sedang sekarat di ruang UGD."Hubungi Cinta, beritahukan keadaan Alex. Bilang ke dia tetap dirumah, karena di luar sangat berbahaya..." ucap James.Kenzo mengangguk dan mengambil ponsel-nya, untuk menghubungi Cinta. Satu menit kemudian, Cinta mengangkat telepon dari Kenzo."Cinta, kamu baik-baik saja 'kan..." ucap Kenzo.[Aku baik, kalian dimana? Kenapa belum pulang juga?]"Kami sedang berada di rumah sakit Medistra." jawab Kenzo.[Siapa yang sakit?]"Alex, sepertinya ada orang yang ingin mencelakainya.." jawab Kenzo lagi.[Aku akan ke rumah sakit sekarang juga.]"Kamu tetap di rumah, James akan marah jika kamu memaksa untuk datang ke sini..." balas Kenzo.Namun Cinta memutuskan panggilan dan mas
"Bangun, jangan mati..." ucap Saskia menggoyangkan tubuh kedua pria tampan itu.Saskia melihat ke sekeliling rumah Mark, namun tidak ada seorang pun yang bisa membantunya, untuk membawa Yogi dan Mark ke rumah sakit."Aish, lebih baik aku pulang saja. Dari pada orang-orang melihatku, dan menuduhku yang memukul mereka berdua..." sambung Saskia yang mengambil tas miliknya, di atas meja ruang tamu.Langkah wanita itu terhenti saat ada seseorang yang menahan kakinya. Saskia langsung mematung dan menatap ke arah bawah, untuk melihat siapa yang telah menahannya. Terlihat Yogi dengan keadaan lemah dengan tangan yang sudah berlumuran darah, menahan kaki Saskia."Kak," ucap Saskia yang langsung membantu Yogi berdiri."Bawa aku ke rumah sakit," jawab Yogi yang sedang dipegangi oleh Saskia.Saskia mengangguk dan mereka pun berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah, Mark. Mereka masuk ke dalam mobil dan Saskia langsung menghidupkan mobil, kemudian menuju rumah sakit untuk mengobati luka p
Setelah beberapa detik kemudian, Cinta dan Riski menyudahi ciuman mereka. Pelayan cafe tadi, langsung menghampiri sepasang kekasih tersebut dan memberikan pesanan mereka. Kemudian, ia memberikan total tagihan kepada Riski. Pria itu mengeluarkan uang cash dan memberikan pada pelayan tersebut."Terima kasih, Tuan dan Nyonya," ucap pelayan dengan sangat ramah."Sama-sama," jawab Riski.Cinta hanya tersenyum dan membawa plastik makanan, kemudian mereka berjalan keluar dan menaiki taksi. Mereka pun menuju rumah sakit, tempat Alex di rawat. Diperjalanan, Riski terus menggenggam erat tangan kekasihnya. "Besok Riski mau belajar naik mobil, ah. Biar kita jalan-jalan gak pakai taksi lagi," ucap Riski menatap kedua mata Cinta."Benarkah?" tanya Cinta."Iya, besok Riski mau minta tolong sama James atau Kenzo, buat ajarin Riski menyetir," jawab Riski."Sama aku juga bisa, belajar nyetirnya," sambung Cinta."Riski mau dengan mereka saja, nanti gak surprise dong kalau Cinta yang ajarin Riski..." bal
Setelah tiba di rumah Kenzo, Alex turun dari mobil dengan bantu Cinta. Mereka berdua masuk ke dalam rumah, dan menuju kamar Alex yang terletak di lantai 2 . James, Kenzo dan Riski membawa enam buah tas milik Alex."Cuma semalam di rumah sakit, nyuruh bawa baju sekarung. Kayak mau pindahan, dia enak tinggal jalan dengan tangan kosong. Lah kita yang menderita jadi tukang angkat barang-barang dia," ucap Kenzo yang membawa dua tas milik sahabatnya."Au nih, kagak tau kita capek apa..." sambung James."Sudah bawa aja, dari pada di marahin sama Cinta..." ujar Riski.Kedua pria itu mengangguk dan mereka masuk ke dalam rumah, sambil membawa tas milik Alex. Saat sudah di dalam, ketiga pria itu langsung terduduk di sofa ruang tamu, dan tas yang mereka bawa di letakkan di samping sofa tersebut."Gila, capek bener. Soalnya itu isi tas padat banget, tangan gue jadi sakit." ucap James."Iya, tangan gue juga sakit..." sambung Kenzo."Aku jadi haus," ucap Riski."Ambil minum gih, jangan lupa bawain ki
Di gedung tempat wawancara, Tuan Bima dan Nyonya Putri tengah duduk santai di kursi yang sudah disediakan oleh wartawan. Tanpa rasa malu, Adam masuk dan menghampiri kedua orang tuanya dengan perasaan kesal."Eh, kok kesini?" tanya Nyonya Putri."Duduk nak," ucap Tuan Bima."Aku paling tidak suka basa basi. Kenapa kalian berdua tega me---," ucapannya terpotong saat Tuan Bima menutup mulut anak laki-lakinya.Adam menepis tangan sang Ayah dan akan menghampiri wartawan yang sedang beristirahat. Namun, Tuan Bima menarik kuat tangan Adam sehingga memerah."Jangan ikut campur!" tegas Tuan Bima menatap anak sulungnya.Nyonya Putri hanya diam dan menyerahkan semuanya pada suaminya, Tuan Bima membawa anaknya keluar dari gedung dan mendorong tubuh Adam saat tiba di basement gedung."Akh," rintih Adam saat didorong.Tangan pria itu terluka dan menatap sang Ayah dengan tatapan datar. Tuan Bima menghampiri anaknya dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah Adam. Pria itu hanya diam, dengan tatapan yan
Flashback *Setelah cukup lama keempat pria tersebut pergi. Indah masih tetap setia berdiri di ruang tamu sambil memegangi tangannya. Cinta dan Riski keluar dari dalam kamar, menghampiri Indah. "Kak." Sapa Cinta."Eh, kalian kenapa di sini?" tanya Indah mengusap rambut Riski."Istirahatlah, Riski. Kamu 'kan sedang tidak enak badan..." sambung Indah.Riski hanya diam dan memeluk lengan Cinta. Mereka memilih duduk di sofa dan Riski langsung bersandar di bahu sang kekasih. Indah hanya menatap sepasang kekasih tersebut dan ia ikut duduk di sofa. Saat mereka tengah duduk, tiba-tiba berita yang disiarkan pada televisi membuat ketiga orang itu terkejut. Riski meneteskan air matanya, dan perasaannya terasa sakit saat menonton video rekaman yang ditunjukkan Kenzo ke wartawan."Jadi, aku dan Kak Adam hanya boneka mereka untuk mendapatkan harta?" tanya Riski yang tak percaya dengan kenyataan dan ia menggigit kukunya."Sayang, tenangkan dirimu." jawab Cinta sambil memegang tangan Riski.Riski mul
Rumah Sakit Medistra.Tim medis sudah menangani Saskia, sedangkan Bayu menunggu di ruang tunggu dan terus menelepon Vendra, yang sedari tadi tidak mengabarinya."Kemana anak ini? Kenapa dia tidak menjawab teleponku. Aish, bikin khawatir saja. Tidak biasanya dia seperti ini." ucap Bayu yang sangat mengkhawatirkan temannya."Aish lebih baik, aku mengabari Kak Indah..." sambung Bayu.Bayu pun menelepon Indah dan setelah beberapa detik, akhirnya panggilan pun diangkat oleh Kakak perempuan Saskia."Kak Indah," ujar Bayu.[Iya, kenapa Bayu?]"Indah sekarang berada di rumah sakit, apa Kakak bisa datang kesini? Aku ingin mencari Vendra yang sedari tadi tidak mengabariku. Aku jadi khawatir dengan Vendra." jelas Bayu.[Astaga, adikku di rumah sakit? Baiklah Kakak akan kesana.]"Baiklah, Kak." jawab Bayu yang langsung mematikan ponselnya.Jelang beberapa menit, akhirnya Indah dan yang lain tiba di rumah sakit. Bayu langsung menghampiri Kakak perempuan Saskia."Bagaimana keadaan Saskia?" tanya Ind