Share

Fly 5

Tepat pukul 5, Kevlar turun dari kantornya. Beberapa karyawan galeri furnitur yang berada di lantai bawah kantornya tersenyum dan mengangguk hormat saat Kevlar lewat di depan mereka. Jam tutup galeri berbeda satu jam dengan kantor, tapi beberapa karyawan sudah mulai berbenah, dan sebagian lainnya masih melayani klien yang ingin membeli furnitur atau sekedar hanya melihat-lihat.

Kevlar memasuki mobil Range Rover miliknya, dan melaju dengan kecepatan sedang. Menyesal dia tidak meminta Pak Mur, supir perusahaan, untuk mengemudikan mobilnya karena baru lima belas menit berada di jalan, dia sudah merasakan kantuk yang tak tertahankan. 

Semuanya gara-gara semalam dia begadang. Padahal tidak ada hal penting yang harus dilakukannya. Pun mengenai masalahnya dengan Alea yang beberapa hari terakhir sempat menyita pikirannya, kini tak dirisaukannya lagi. 

Dia membebaskan pikirannya dari segala hal yang memberatkan, dan melakukan semua hal yang diinginkannya tanpa memedulikan apakah orang lain akan keberatan atau tidak.

Tengah merasakan kantuk, pikirannya membayangkan sebuah pantai biru dengan pasir putih yang indah. Dia berbaring di sana, memandangi langit biru dengan awan putihnya. Seorang gadis cantik berada tak jauh darinya, mengenakan bikini two pieces dibalik sebuah kain tipis berwarna laut. Gadis itu berbaring dengan mata terpejam, membuatnya tak tahan untuk tidak mengelus leher indah milik sang gadis. Gadis itu terbangun, melayangkan sebuah kecupan yang mendarat di bibir Kevlar, sebelum kesadarannya hilang dimakan kantuk.

Sekejap dia melihat antara sadar dan tidak, sebuah motor yang akan menyebrang, lewat tepat di depan mobil yang dikendarainya.

"Brakk!!"

Suara benturan benda keras yang tak terelakkan, membuat kesadarannya kembali. Rasa kantuknya mendadak lenyap tak berbekas. Menyisakan pening dan nafasnya yang tercekat.

Sebenarnya jalanan tidak terlalu ramai, tapi tabrakan itu tak terhindarkan karena kondisi Kevlar yang tidak fokus akibat mengantuk. Kevlar menyadari kelalaiannya itu.

Orang-orang di luar mulai mendekat dan meneriakinya seperti maling yang akan kabur. Padahal dirinya masih di sini, dan tidak berniat pergi sebelum melihat keadaan korban yang ditabraknya.

Kevlar keluar dari mobilnya dengan perasaan ngeri. Bagaimana jika seandainya orang-orang ini berbuat anarkis dengan menghakiminya dan membuatnya terluka atau bahkan kehilangan nyawa.

"Sabar, sabar ... korban tidak terluka parah, motornya juga hanya rusak sedikit!" tutur seseorang yang cukup bijak menahan yang lain agar tidak terpancing emosinya, yang sudah bersiap akan mendekati Kevlar.

Kevlar hanya terdiam karena syok, bahkan niatnya untuk melihat korban terlupakan karena banyaknya orang yang berkerumun di sekelilingnya.

"Ayo cepat tanggung jawab, bawa ke rumah sakit!!" Emosi yang lain.

"Iya tenang, dia pasti dibawa ke rumah sakit, coba Bapak-bapak mundur dulu, beri ruang untuk korban!" lanjut orang bijak tadi.

"Awas pelakunya kabur!!" sahut seseorang yang berada di barisan belakang.

Beberapa saat kemudian, eorang polisi yang dipanggil seorang pengguna jalan mendekati kerumunan, dan segera mengamankan Kevlar. 

Kevlar menghela nafas lega.

"Anda pemilik mobil ini? Ayo antar dulu ke rumah sakit." Tanyanya pada Kevlar yang dijawab dengan anggukan.

"Tenang Saudara sekalian, kami akan segera membawa korban ke rumah sakit, silahkan semuanya bubar." Ucap polisi yang sudah berusia paruh baya itu, lalu meminta beberapa orang untuk membantu korban masuk ke dalam mobil Kevlar.

"Tunggu Pak, kondisi saya kurang fit, bisa minta orang lain yang menyetir?" sergah Kevlar pada petugas polisi itu.

Keadaannya yang baru sadar dari rasa kantuk Dan syok, membuatnya  tak yakin untuk menyetir mobil.

"Biar saya yang menyetir." Tukas seorang pria yang berdiri di belakang Kevlar.

Salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari sana, diminta oleh polisi untuk ikut menemani korban yang mengenakan seragam sekolah. Sementara seorang lainnya ditugaskan untuk mengantarkan motor korban ke kantor polisi terdekat.

"Gimana Neng, apanya yang sakit?" tanya si ibu yang menemani korban.

"Ngga ada Bu, saya baik-baik aja." Jawab gadis itu, membuat Kevlar yang duduk di kursi depan membalikkan badan melihatnya.

Kevlar terkesiap, berulang kali dia memastikan penglihatannya agar tidak keliru. 

Gadis itu ... adalah gadis yang sama yang  tadi ada dalam bayangannya!

"Awal-awal memang belum terasa sakit, tapi nanti setelah beberapa saat baru terasa sakit." Lanjut si Ibu yang terlihat berusia sekitar 40 tahunan.

Bayangan bibir mungil yang mengecupnya kembali singgah di benaknya. Kevlar terhenyak, bisa-bisanya dia  berpikiran Kotor dalam situasi seperti ini.

Gadis itu hanya mengangguk mengiyakan.

Tengah memperhatikan wajahnya, tak sengaja pandangan mereka bertemu. 

Kevlar mengutuk dalam hati, pertemuan yang dinantikannya dari beberapa hari kemarin malah terjadi bersamaan dengan tragedi yang tidak mengenakkan. Dia hanya berharap kejadian ini tidak memberikan kesan buruk bagi gadis itu.

"Tapi masih beruntung lukanya tidak parah, motornya juga masih bisa dipakai lagi setelah diperbaiki. Minggu kemarin anak teman saya mengendarai motor saat akan berangkat sekolah tabrakan dengan truk hingga meninggal. Lalu pengemudi truk yang berusaha kabur juga hampir meninggal dikeroyok massa." Jelas pria yang mengemudikan mobil, berucap dengan miris.

Quitta bergidik membayangkan kejadian tersebut,  dia bersimpati dengan korban yang meninggal, namun tak setuju jika pelaku harus dianiaya. Lagipula tidak ada tabrakan yang disengaja, kalaupun ada itu namanya bunuh diri.

Ekspresi Quitta tak luput dari perhatian Kevlar yang melihatnya dari spion tengah.  Sebenarnya beberapa menit lalu sejak dia tahu gadis yang ditabraknya adalah Quitta, Kevlar tak bisa melepaskan pandangan darinya.

Rencana yang sudah dia susun beberapa hari kemarin kembali terancang, dia  harus memikirkan matang-matang agar semuanya berjalan dengan baik.

Tiba di sebuah klinik 24 jam yang berada tak jauh dari lokasi tabrakan, mobil milik Kevlar diparkirkan samping pos Satpam tak jauh dari lobi.

Begitu turun  Kevlar bergegas mendekati Quitta, bersiap untuk menggendongnya masuk ke dalam ruang perawatan. Namun  ucapan petugas polisi menghentikan niatnya.

"Tolong beritahukan perawat agar membawakan kursi roda kemari!" Perintah polisi itu yang diangguki pria yang menyetir mobil.

"Saya masih bisa jalan!" Sergah Quitta.

"Jangan dipaksakan, kaki kamu harus mendapatkan perawatan dulu dan dilihat seberapa besar cederanya."

"Ayo, duduk di sini." Lanjut polisi itu mempersilahkan Quitta saat kursi roda yang diminta sudah di depan mata.

Dengan canggung Quitta mendudukkan dirinya. Kevlar dengan sigap mendorong kursi roda itu menuju ke dalam klinik setelah memastikan Quitta duduk dengan nyaman.

Petugas klinik langsung memeriksa  keadaan Quitta, dan membersihkan luka-luka yang dideritanya. Setelah setengah jam, mereka sudah selesai melakukan semuanya.

"Syukurlah tidak ada Luka yang serius. Mungkin nanti kakinya akan sedikit bengkak, tapi tidak masalah. Cukup istirahat beberapa hari, nanti akan kembali normal. Saya juga sudah melakukan CT scan, dan tidak ada kerusakan di bagian dalam baik bagian syaraf ataupun tulangnya. Dalam beberapa hari pasien akan kembali berjalan dengan normal." Jelas dokter perempuan yang memeriksa Quitta.

"Syukurlah, terima kasih banyak dok!"

"Baik, saya permisi dulu. Semoga pasien lekas sembuh  dan dapat kembali beraktivitas seperti biasa."

"Iya , dok!"

Setelah selesai, polisi pun mempersilahkan dua orang yang membantunya untuk pulang hingga tinggal dia bertiga dengan Kevlar dan Quitta yang masih harus menyelesaikan urusan yang tertunda.

                                               

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status