Inicio / Fantasi / VALYZARYON Pedang Naga Hitam / BAB 2. Pemilik Darah Tegas

Compartir

BAB 2. Pemilik Darah Tegas

Autor: Scorpio_san
last update Última actualización: 2025-12-09 20:37:53

Langit semakin gelap. Bukan karena hari sudah memasuki malam, melaikan awan hitam yang sudah berkumpul seolah menyelimuti rumah ku. Iya, hanya rumahku saja.

Tak ada hujan, tak ada angin. Namun tiba-tiba suara petir menggelegar, membuat Aku terlonjak kaget sembari memegangi dada, seolah memastikan, kalau jantungku masih ada ditempatnya.

Tubuh Ku masih bersimpuh di hadapan tulang belulang kedua orang tuaku, dan dengan mata yang sudah bengkak juga. Tangis yang mulai kehilangan suara, dan tubuh yang bergentar, menjalar hingga ke ujung rambut. Membuat ku tanpa sadar memegangi baju ibu yang sudah sedkit terkoyak.

Sepersekian detik kemudian, suasana berubah menjadi hening. Tak ada lagi suara gemersek, gemuruh petir, atau suara tawa yang sedari tadi saling bersahutan. Semua seolah membisu, seperti ada yang membungkamnya secara sengaja.

Aku meluruskan pandangan ku. Disana mulai terlihat siluet manusia dengan perawakan tinggi besar, memakai jubah dengan gerakan tangan yang seperti sedang melambai ke arah Ku.

Semakin lama siluet itu semakin terlihat jelas. Seorang laki-laki dengan rambut kuning kemerahan, berkilau seperti kobaran api. Dia memakai jubah panjang berwarna hitam kemerahan dan ada garis-garis berwarna emas di bagian jubah atasnya.

Laki-laki itu tersenyum ke arahku dengan senyum yang sangat indah, di lengkapi dengan sepasang mata kuning menyala dan ada semburat merah darah yang membuatnya terlihat gagah.

“Caesar Atala Raharja,” katanya, masih dengan senyum yang ia pertahankan. Suara pria itu terdengar sangat tenang tapi juga menggema, membuat ritme jantung ku lebih cepat dari sebelumnya.

“Kamu sudah melihat semuanya? Kematian, kegelapan, keputusasaan dan juga kekecewaan yang sudah tertanam di dalam daging manusia ini?” matanya mengarah pada tulang belulang orang tuaku yang tergeletak di lantai.

Kedua bola mataku membulat sempurna. Aku langsung bangkit tergesa, mundur secara perlahan, kemudian berhenti dan bersandar di tembok dengan tatapan yang masih tertuju pada pria asing yang kini ada di depan ku. Jangan tanya kabar napas dan jantung ku, karena memang sudah pasti tidak baik-baik saja.

“Si-siapa? Lo…, siapa?” tanyaku dengan suara gemetar.

Pria itu melangkah pelan tanpa suara. Dia mendekat, kemudian berdiri tepat di hadapan tengkorak kedua orang tuaku.

“Aku Yuzi Takahiro,” ujarnya sambil berlutut. Tangan Yuzi menyentuh bagian tulang belikat ibu, dan dari sana, langsung muncul cahaya biru redup, yang cukup menyilaukan.

Yuzi mengangkat wajahnya. Ia tatapku dengan kedua mata indahnya itu. Jujur, Aku masih terdiam. Tepatnya hanya bisa diam.

Aku menarik napas dalam-dalam. Cahaya itu seperti mengeluarkan aroma bunga-bunga di musim semi. Aroma yang mengingatkanku pada masa kecil, ketika Aku bersama Ibu.

“Apa yang lo lakuin?!” kalimatku mengambang, ketika Yuzi mulai menatap ku lebih dalam.

“Aku penyihir tingkat atas,” lanjut Yuzi. “Aku datang untuk menyelamatkan dunia yang mulai hancur dan tenggelam oleh semua kutukan ini.” Yuzi menunjuk kedua tengkorak orang tua ku

Aku mematung seketika. Apa yang ku dengar dan apa yang ku alami saat ini, benar-benar di luar akal sehat manusia “penyihir?”.

Aku menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Aku bahkan sempat berpikir, dunia ini sudah cukup gila. Dan sekarang, seorang pria berambut api itu berbicara soal kutukan dan penyihir? Kegilaan apa lagi yang akan ku hadapi sekarang?

“Ini semua gara-gara lo?” tanya ku dengan mata yang sudah bulat sempurna.

Yuzi bangkit dari duduknya, kemudian menggeleng pelan. Wajahnya kini berubah sendu dengan mata berkaca-kaca.

“Bukan aku,” ucapnya pelan, nyaris terdengar seperti sebuah bisikan.

Yuzi kembali menatap ku dengan tatapan yang dalam, sampai membuat aku merasa kalau dia sedang berusaha menyelami seluruh jiwa dan ragaku secara bersamaan.

“Bukan aku…, tapi aku tahu siapa pelakunya,” ujarnya.

“Siapa? Kalo gitu siapa? Bilang sama gue, siapa yang udah bikin bokap nyokap gue kayak gini?!” suara ku berubah tegang dan gemetar bersaman dengan lonjakan emosi yang tiba-tiba saja sudah sampai kepuncak kepala.

Rasanya, amarah yang semula tertahan, kini kembali meluap ke permukaan. Bahkan tidak ada rasa takut, yang sebelumnya membuat ku gemetar. Semuanya hilang dalam sekejap mata.

“Sebelum kamu mencari tahu pelakunya, kamu harus tahu dulu alasan kenapa semua korban bisa berubah menjadi tengkorak dalam hitungan menit,” ujar Yuzi dengan senyum menyeringai.

Aku masih menatap Yuzi. Bahkan ketika Yuzi tertawa, Aku juga bisa merasakan aura pekat dari laki-laki misterius yang mengaku penyihir tingkat satu itu.

“Jiwa mereka semua diserap. Dan teganya, dia hanya menyisakan tulang belulang yang tak berarti ini!” Jelas Yuzi dengan suara yang sudah ia tinggikan. Ada amarah dan kekesalan di balik kerasnya suara Yuzi.

Yuzi menyentuh pundakku. Saat ini, tatapan kami sudah saling bertemu. Tubuh ku tiba-tiba lemas dan tidak bisa lagi di gerakkan.

“A-apa yang lo la…kukan?” tanyaku dengan sisa tenaga yang aku punya.

“Kamu harus ikut dengan ku. Mereka menginginkan darah mu Kae!” katanya.

Tubuhku semakin melemas dengan mata yang mulai terpejam. Akhirnya Yuzi sudah bisa membuatku tidak sadarkan diri.

Seperti sebuah kilat yang menyambar, Yuzi langsung melesat membawaku pergi dari tempat berbahaya itu.

Samar-samar aku bisa mendengar suara Yuzi yang entah beebicara pada siapa.

“Akhirnya aku bertemu dengan salah satu pemilik darah tegas itu. Darah yang bisa menutup kembali Gerbang dimensi hitam yang berhasil dia buka.”

Suara Yuzi melangit bersama gulungan awan merah keemasan, efek dari gesekan kekuatannya sendiri. Jubah emasnya sudah menggulung tubuhku dan membawaku terbang bersamanya.

Sebelum benar-benar menghilang dari tempat itu,Yuzi menatap rumah berlumut milikku dengan kedua mata yang basah.

“Aku berjanji akan melindungi dia, dan menjadikan dia kuat. Lebih kuat dari sekarang.” Yuzi menelan saivanya berat, kemudian mengangguk samar.

“Aku berjanji…, dan aku akan selalu menepati janjiku.”

***

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 9. Hutan Fuchigami

    Tugas kami, menjelajahi Hutan Fuchigami adalah untuk mencari kristal energi sihir yang tersembunyi, dan kembali sebelum matahari tergelincir. Sederhana? Mata lo jebol. Aku sampai keringat dingin sepanjang latihan. Kalian tahu, Hutan Fuchigami, ternyata benar-benar seperti dunia lain. Akar menggantung seperti tali-tali makhluk hidup yang siap menjerat siapapun yang lewat. Kabut hitam samar membelai tanah, udara terasa seperti merayap menyapa permukaan kulit dan berbisik di telinga, membuat bulu kuduk berdiri sempurna. Kami berjalan pelan. Elvian di depan, Alana dan Samuel di tengah, sedangkan aku di belakang sambil sesekali menatap ke segala arah seperti anak hilang yang sedang mencari sinyal ditengah hutan. “Lo oke, Caesar?” bisik Alana tanpa menoleh. “Masih bisa napas, sih,” jawabku pelan, “walau kaki gue kayak jalan di kuburan raksasa.” Celoteh ku. "BZZZZTT!" Suara tajam dari balik semak, membuat Elvian langsung ber

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 8 Kedatangan Elvian

    Keesokan paginya, suasana SMA Senin sudah seperti arena gladiator. Kami semua mengenakan jubah tempur khusus yang sudah disiapkan. Btw bukan sekadar seragam sihir biasa, ini semacam pakaian taktis yang bisa menyesuaikan dengan elemen sihir masing-masing. Bahkan gelang sihir yang melingkar di pergelangan kami juga berbeda. Bukan hanya itu, tongkat yang biasa kami gunakan, lambat laut berubah mejadi sebilah pedang. Aku sampai terkejut ketika melihat pedangku yang berukuran besar dengan cahaya hitam mengelilingi setiap bagiannya. “Wah! Serius ini punya gue? Kenapa kayak di film-film?” aku terus berdecak kagum melihat keistimewaan pedang ku sendiri. Pedang ku berbeda dari yang lain. Aku melihat pedang yang lain tidak sebesar milik ku. Dan cahaya mereka juga tidak sepekat punyaku. “Itu pedang Naga Hitam,” kata Samuel membuat aku terlonjak kaget. Karena entah sejak kapan dia ada dibelakangku. Mendengar ucapan Samuel, teman-teman

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 7. Elvian Ardelas

    Langit malam di SMA Senin terasa sunyi tapi penuh dengan tekanan. Bulan merah pucat menggantung malas di atas atap sekolah. Angin berembus pelan, membawa aroma rumput dan dupa. Aku menggenggam kalung berliontin salib yang melingkar di leherku. Air mataku tiba-tiba mengalir bersama dengan sesak yang membuat dadaku terasa seperti terhimpit bongkahan batu besar. Entah sudah berapa lama aku disini. Jujur, aku merindukan tempat asalku. Merindukan ibu dan ayah. Rindu dengan kehidupan normal yang aku jalani sebelumnya. Wajahku mendongak. Menatap rembulan indah itu. Aku tetap membiarkan lelehan air mata membasahi kedua pipiku. Aku juga tidak peduli kalau ada yang melihat dan menganggap aku cengeng. Persetan dengan hal itu. Sedang asyik menikmati malam seorang diri, tiba-tiba terdengar langkah yang semula pelan, kini menjadi lebih keras. Menandakan kalau orang yang sedang berjalan itu, kini sudah lebih dekat denganku. Aku menoleh ke arah kedatangannya. Seorang laki-laki yang usianya tid

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 6. Energi Sihir

    Yuzi berjalan ke tengah arena, jubahnya mengepak ringan meski tak ada angin yang menerpa. Keren sekali. Definisi orang keren tidak banyak tingkah ya Yuzi Takahiro. “Caesar!” panggilnya tiba-tiba. “Y-ya, Sensei?” sahut ku terbata. “Kamu belum punya tongkat, kan?” tanyanya lagi. Aku menggeleng. Tak lama, Yuzi mengangkat tangannya pelan. Dari langit, cahaya biru turun, melengkung seperti petir yang berhasil dijinakkan. Cahaya itu menyatu, menjadi sebilah tongkat panjang, gelap berkilau, dengan ukiran nama, Caesar A. Raharja yang di ukir dengan warna biru keemasan. Tongkat itu mengarahkannya padaku. Seolah tahu, kalau akulah pemiliknya. Tak lama, tongkat itu melayang tepat di depan wajah ku. “Ini milikmu.” Kata Yuzi, seolah memecah lamunan singkatku. Aku menatap tongkat itu, seraya menelan salivaku yang sudah terasa pahit. Bahkan udara di sekitar tongkat itu terasa berdenyut dan sedikit panas, hingga membuat ku langsung berkeringat. Belum lagi di belakangku, aku bisa mendengar

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 5. Rumor Yuzi

    Tak lama setelah perkenalan yang lebih ke sebuah intimidasi di awal itu, datangla Yuzi Takahiro. Si rambut api yang katanya cukup terkenal dikalangan dunia sihir. Walau aku sendiri tidak yakin karena belum melihat langsung. Seperti dugaan, mereka semua menyambut Yuzi dengan sangat antusisa. Terlebih anak-anak gadis yang seperti melihat barang langka yang ingin mereka miliki seutuhnya. Yuzi berdiri di depan kelas dengan wajah yang sangat tenang. Tatapannya menyapu seluruh ruangan, sebelum akhirnya kembali menatapku yang masih berdiri dengan jantung berdebar tak karuan. “Duduklah, Caesar!” ucapnya. Aku langsung duduk. Sial! Aku hampir terpeleset karena buru-buru. Dan sontak membuat gelak tawa teman-teman sekelas ku termasuk Samuel, menggema diruangan kelas itu. Ingin rasanya ku sembunyikan wajah merah ku saat ini juga. “Kalian hari ini tidak akan belajar teori.” Ujar Yuzi sembari memainkan kapur yang berwarna putih ditangannya. Semua siswa langsung duduk tegak, termasuk aku. Kalo

  • VALYZARYON Pedang Naga Hitam   BAB 4. Suasana Kelas

    Pluk!! Aku langsung menoleh, ketika ada seseorang yang tiba-tiba menepuk pundak ku. Membuat mata kami langsung bertemu tatap. Tepat di depanku, ada seorang remaja yang kisaran usianya mungkin sama dengan ku. Perawakannya tinggi dengan bola mata biru ke unguan dan juga rambut dengan warna senada dengan matanya. Remaja itu tersenyum kearahku. Dia seperti sudah mengenalku, lebih dari yang aku tahu. “Caesar ya?” tanyanya, masih dengan senyuman yang ia pertahankan. Aku mengangguk samar. Baru sadar, kalau mulut ku sedikit mengerucut. Langsung saja ku ukir senyum seindah mungkin. Berharap, dia tidak menyadari kekesalan ku, karena dia tiba-tiba datang dan membuat ku kaget. “Gue Samuel. Samuel Elgara. Lo bisa panggil Samuel.” Jelasnya, masih dengan senyum yang merekah. Aku mengangguk samar, kemudian mengulurkan tangan, “Gue Caesar. Lo bisa panggil gue Kae aja biar singkat.” Setelah selesai berkenalan, Samuel mengajakku untuk pergi ke kelas. Pertanyaan ku tentang tempat ini belu

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status