ログインCallum mengulum bibirnya tersenyum tipis. Melihat kelopak-kelopak mawar mekar diwajah adik angkatnya. Hatinya ikut tersentuh saat melihat senyuman halus merekah diwajah Kesia.
Gadis itu melompat kedalam helikopter, duduk dikursi penumpang dengan patuh. Mengaman kan kedua kopernya yang masing-masing berisi 75 juta dollar AS. Callum ikut menyusul, duduk dikursi pilot. Menyalakan mesin, menggunakan headsetnya lalu mulai mengemudikan helikopternya menuju bandara Aeroporto Internacional de Macau. "Punyamu" melempar satu koper pada Callum, saat mereka tiba di Aeroporto Internacional de Macau. "Thank" Callum menangkap kopernya. "Simpan ini" memberikan kunci helikopternya kepada salah satu petugas bandara. Bergegas menuju pesawat pribadi ayahnya. Di ikuti oleh Kesia yang berusaha menjejakkan kakinya di tempat yang sama dengan dirinya. Sepertinya gadis kecil berusia 28 tahun itu berusaha meniru gerakkannya. Bukkkk....... Callum berhenti menghentikan langkahnya. Membuat Kesia dibelakangnya yang tidak memperhatikan jalan, menabrak punggungnya. "Dasar gadis kecil" tutur Callum, membalikkan badannya menatap lembut Kesia yang tampak kesal. "Kakakkk....." sungut Kesia mengusap lembut jidatnya. Tekk..... Callum menyentil jidat Kesia pelan. Tersenyum tipis menanti kemarahan sang adik. "KAKAKK..." Bentak Kesia, menatap tajam sang kakak, menghentakkan kakinya ke aspal yang keras. "KESIA" meniru suara dan nada bicara Kesia. Kesia mendengus kesal, melangkah ke depan menuju pesawat tipe Bombardier Global 7500. Menatap lurus ke depan berniat naik ke pesawat lebih dulu.Sebelum ponsel pintarnya berdering. "Davis...." gumam Kesia mengangkat ponselnya. "Dasar setan sialan" cebiknya merasa malas melihat nama Davis tertera dilayar ponselnya. Pria berusia 35 tahun itu sangat sangat menganggu. Sudah berapa kali ia menolak pernyataan cintanya. Ataupun ajakkan menikahnya. Tapi Davis tetap saja mengejar dirinya seperti Kesia mengejar kekayaan dan kekuasaan. Andai bukan karena pengaruh yang dimilikinya, Kesia pasti sudah memblokir nomornya dari dulu. "Hai, Tuan Davis. Bagaimana kabarmu?" Tanya Kesia pelan, suaranya lembut terdengar sejuk menenangkan hati. Berbeda jauh dari saat ia berada di atas arena petarung tadi. "Tentu, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan dirimu cantik?" jawab Davis diseberang sana sumringah mendengar, suara merdu pujaan hatinya. "Aku baik" menahan kejengkelan dihatinya. "Apa kamu sudah pulih?" ujar Davis berbasa- basi. "Tentu saja sudah" nada lembut yang dipaksakan. "Dasar pria badjingan" omel Kesia dalam hatinya menahan kesal mendengar basa-basi Davis, yang sudah kelewat basi. "Apa kamu sibuk minggu depan? Jika tidak bagaimana kalau kita pergi Paris bersama?" tawar Davis beusaha mendekati Kesia dengan cara yang lain. Kesia membeliak terperanjat kaget mendengar perkataan Davis. Ingin rasanya ia menolak serta menonjoknya bersamaan. "Bagaimana apa kamu punya waktu cantik?" tanya Davis meminta kepastian. "WAKTU.....WAKTU...GUNDULMU ITU! TIDAK ADA KENCAN KENCAN BUTA! ENAK SAJA INGIN MENDEKATI ADIKKU! JIKA BERANI AKU TUNGGU DI MANSION KREMLIN!!" Bentak Callum, menarik ponsel adiknya. Memarahi pria diseberang sana yang tak lain adalah Davis Gerald, salah satu menteri tinggi di AS. "Ehh...Tuan muda keempat Vladimir, tenangkan dirimu, ok," katanya getir, menelan salivanya kasar, mendapati kemarahan Callum yang begitu tiba-tiba. Selain itu ia juga tidak menduga bahwa Kesia masih tinggal di istana Kremlin dalam waktu yang lama. "Tuan muda" Kesia mendongak menatap Callum yang lebih tinggi 30 cm darinya merebut ponselnya. "Shutttt biarkan aku menyelesaikan pria brengsek ini," meletakkan jari telunjukknya di bibir sang adik. Kesia diam membisu. Tak mampu berkata-kata lagi. Cuma bisa mengayunkan kakinya naik kedalam pesawat. Merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan lembut. Yah, itu lebih baik dari pada ia harus menyelesaikannya sendiri. "Ayolah, Cal. Kita juga sudah lama berteman, kita sudah mengenal satu sama lain sejak lama," tukas Davis sedikit gugup, mencoba merayu teman semasa smanya itu. "Karena kita saling mengenal makanya aku tidak mengizinkannya kencan dengan dirimu," sarkasnya dalam bingkaian bahasa dan tutur kata yang lembut. "Tuan muda keempat, Vladimir. Tolonglah percaya padaku, aku akan menjaga nona muda dengan sangat baik. Aku jamin dia akan hidup nyaman dipelukkan, menteri ini," menepuk dada nya bangga penuh keberanian. "Tuan Davis Gerald. Jika anda benar-benar punya keberanian. Datanglah ke istana Kremlin. Tuan besar sedang menanti kedatangan seorang pria sejati. Ini baru bisa disebut sebagai tanggung jawab yang sebenarnya. Meski menikahkan putri angkat keluarga Vladimir memiliki adat yang tidak bisa dilanggar, tradisi leluhur harus tetap dijaga. " sergahnya pelan dan datar, melangkah masuk ke salah kekamar mewah dikabin mewah pesawat pribadi ayahnya. "Sampai jumpa lain waktu, Tuan. Saya ada urusan penting," Davis mengakhiri sambungan teleponnya sepihak. Menyudahi percakapan canggung penuh intimidasi tersebut. Callum menyugingkan senyumannya puas. Satu pesaingnya untuk memiliki adik angkat nya Kesia, berkurang. Tangannya menarik selimut putih diatas ranjang pelan. Perlahan menyelimuti tubuh mungil milik Kesia. Wajahnya tenang seperti air. Meringkuk kecil layaknya bayi kecil yang merindukan pelukkan sang ibu. Callum menatapnya lamat-lamat menikmati keindahan makhluk ciptaan tuhan tersebut. Sejak pertama kali melihat keindahan makhluk tuhan dihadapannya itu. Callum telah menyerah kan darahnya pada gadis asing itu, mencintai nya lebih dari luka yang mencintai bekasnya sendiri. Mencintainya seperti debu yang menempel pada cahaya meski tak tersentuh. Mencintainya bagai nadi yang merindukan belati yang pernah menghunus jantungnya. Mencintainya sampai bahkan cinta itu kehilangan namanya. Callum melepas sepatu pantoefelnya. Melangkah ke kamar mandi mencuci tangan wajah dan kakinya. Mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur lalu berjalan menuju ranjang tidur, dimana adiknya sedang terlelap dalam pulau impiannya. Membaringkan tubuhnya tepat disebelah raga sang adik. Merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukkannya. Mendekap pelan gadis kecil kesayangannya. Menepuk lembut pantat mungilnya sembari mengelus keningnya penuh perhatian. Memberikan cintanya dengan cara yang berbeda. Cara yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Dalam tidurnya Kesia merasakan pelukkan hangat itu. Pelukkan milik sang kakak Callum. Pelan mulai mendesalkan wajahnya ke dada bidang Callum. Menikmati setiap sentuhan dan belaian sang kakak. Sedari kecil Kesia selalu ingin memiliki seorang kakak atau adik. Supaya ada yang memeluknya saat tidur. Namun, sayang takdir berkata lain ia tidak memiliki kesempatan menjadi seorang adik atau kakak. Setelah melahirkan Kesia secara prematur. Ibu Salma harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Rahimnya rusak karena benturan yang terlalu keras. Menyebabkan rahimnya harus diangkat setelah bayi kecilnya berhasil diselamatkan, melalui operasi caesar. Kesia memeluk lengan kakak angkatnya Callum lembut ketika mereka tiba di moskow, di halaman belakang istana Kremlin seluas 10.000 m², landasan pacu lepas landas pesawat pribadi milik Vladimir Lachlan. "Kenapa kamu tiba-tiba jadi manja seperti ini?" menyentil kening Kesia. Tidak biasanya gadis kecil itu manja seperti ini. Biasanya ia tegas dan galak.Pukul 18:00 Kesia berdiri di tepih jalanan kota Oxfordshire, Inggris. Menunggu supir dari Blenheim Palace menjemput dirinya. "Nona Kesia," sebuah mobil merek terkenal menepih. Supir menurunkan kaca. Melirik Kesia sekilas. Memastikan. "Iya" Kesia mengangguk pelan. Pintu mobil terbuka otomatis. Kesia mengangkat koper 20 Inchi miliknya masuk. Duduk di kursi penumpang. Mobil melaju lurus ke depan. Entah kemana tujuannya. Yang pasti bukan Blenheim Castle. Kesia tahu anjing yang dibesarkan oleh keluarga Churchill bertahun-tahun, menggigit majikannya sendiri. Dua jam lalu Kesia sengaja meminta nomor telepon supir yang akan menjemputnya. Lalu ia memberikan nomor tersebut kepada salah satu kenalannya. Dalam hitungan menit kenalannya menemukan pengkhianatan tersebut. Guna mencegah ular keluar dari sarangnya. Ia berpura-pura bodoh. Padahal ia telah merencanakan banyak hal untuk menyelematkan orang paling penting dalam konferensi politik malam ini. Malacy Percy. Kepala keluarga Percy. Or
Thom melangkah masuk. Menyusuri setiap lorong Alnwick Castle. Berjalan menuju ruang makan pribadi keluarga Percy. Di sana ibunya Vivienne tampak sedang menikmati camilannya sambil menonton acara televisi, bersama ipar dan keponakannya. "Paman___kamu mau tidak anggur yang di tanam Oma sendiri?" Sapa gadis kecil berusia sepuluh tahun itu saat melihat kedatangan Thom.Thom mengutipnya sebutir. Mengunyah sebutir anggur tanpa sepatah katapun. Mengambil remote televisi di atas meja. Duduk di sofa tepat di sebelah ibunya. Mengganti siaran televisi menjadi saluran berita internasional. Mengamati seksama setiap berita yang ditampilkan oleh penyiar. Nona Berry. Sepenggal nama yang mengguncang dunia pers selama beberapa tahun ke belakang muncul di layar sepanjang 100 Inchi tersebut. Membawa gosip baru dalam dunia konglomerasi dan elit Global. Berita tentang penembakan massal di Kota Saint Petersburg. Disusul dengan berita perjudian Nayla Wilson. Serta pelecehan sexual yang dilakukan Nath
Tingg____ Peluru yang harusnya menembus kepala Theodor Percy. Berbalik. Terlempar menjauh jatuh ke danau di halaman depan Blenheim Palace. Brukkkkk____ Seorang pria berpakaian serba hitam jatuh dari lantai atas Blenheim Palace ke lantai dasar. Mengejutkan para pelayan yang telah tertidur lelap. Srakkkkk_____ Desingan tessen yang menutup rapat kembali ke tangan pemiliknya. Memekakan telinga semua orang yang berada di sana. Termasuk para pelayan yang berada di lantai berbeda dengan para darah-darah istimewa di lantai utama. Mereka mau protes. Tetapi gadis pemilik tessen itulah yang menyelamatkan nyawa mereka malam ini. Andai ia tidak tiba tepat waktu. Nyawa mereka dapat dipastikan akan hilang sia-sia. Srrrr____ Kipas berbahan dasar besi dari negeri matahari terbit itu kembali terbuka. Tapi dengan suara yang lebih halus dan tidak menyakitkan gendang telinga kali ini. Gerakan mengayunnya lembut, terukur, dan pasti. Menciptakan suara yang lembut dan menenangkan. Sekali
Waw! Satu kata yang berhasil Theo ucapkan saat helikopter tipe Airbus H225 Super Puma tiba di Blenheim Palace Castle. Kekaguman, hanya itu yang bisa di gambarkan dari wajah Theo saat ini. Kemarin malam ia telah terpesona oleh indah dan megahnya Castle of Edinburgh.Hari ini ia dibuat terperangah oleh rumah pedesaan mewah berarsitektur Barok di Oxfordshire, Inggris, yang dibangun untuk Duke of Marlborough pertama setelah kemenangan militernya. Dan masih menjadi rumah keluarga Churchill hingga hari ini, menampilkan arsitektur megah, taman luas, dan berbagai acara serta atraksi. Theo tak pernah mengira jika dalam hidupnya ia memiliki kesempatan berkunjung ke Blenheim Palace, yang merupakan Situs Peninggalan Warisan Dunia UNESCO, dan tempat kelahiran Sir Winston Churchill. Bukan sebagai turis melainkan sebagai tamu terhormat keluarga Churchill pada pertemuan konferensi politik suksesi takhta Prince William of Wales. Saudara jauh keluarga Percy. Malacy mengenalkannya pada orang-oran
Thom merogoh ponselnya di saku celana linennya. Mencari kontak Beni disana. Menekan tombol telepon. Melakukan panggilan kepada bawahan kepercayaannya. "Kapan kamu tiba di Britania Raya, Ben?" ucap Thom lemas, tak berdaya. "Pak, anda gila yah? Baru dua hari mustahil tiang tiba di laut utara. Paling cepat tiang bisa sampai di sana 8 hari lagi, itu kalau Opa atau Tuan Liem tidak membelokkan arah kapal." Jelas Beni, mengamati samudra memperhatikan ketinggian gelombang. "Ben, putar balik. Kita ke pelabuhan Sunda Kelapa!" Terdengar dari seberang telepon Opa berteriak memerintahkan bawahan cucunya putar balik ke Sunda Kelapa. Mengubah arah kapal secepat kilat. "Tapi pak?" "Anak itu? Biarkan saja, ayahnya punya banyak kapal pesiar di pelabuhan." Serkah Opa mengabaikan Thom yang tengah menelepon dari seberang sana. "Opa" terdengar suara cicitan, jeritan Thom yang tak jelas dari balik telepon memprotes tindakan semena-mena Opa-nya Mingzhe. Sweater lengan panjang full neck de
Beni menarik napasnya dalam. Mengatur sirkulasi udara di paru-parunya sebaik mungkin. Pak bosnya itu memang diluar nalar. Baru saja ia tiba di pelabuhan Makau. Thom sudah memintanya kembali berlayar ke pelabuhan Sunda Kelapa.Pada awalnya kapal pesiar ini akan dibawa ke pelabuhan Sunda Kelapa. Tapi karena Opa, Om Liem, dan satu sosok penting yang meminta kapal dibelokkan ke perairan laut cina selatan.Maka ia hanya dapat mengikuti perintah sesuai arahan saja. Berlabuh ke perairan laut Cina Selatan guna menjemput bosnya secara langsung. "Sudahlah! Thom! Berhenti bertengkar dengan ayahmu!" sungut Opa yang mulai bosan menasehati cucunya. "Hanya karena perempuan jahanam itu! Kamu bertengkar dengan ayahmu sampai selama ini!" Tuding Opa mengacungkan cari telunjuknya ke wajah cucunya, Thom."Salahnya!" Kilah Thom membela dirinya. "Tidak peduli siapa yang salah! Akhiri keributan ini sekarang juga!" Tukas Opa menghentakkan kakinya, kelantai kabin. Menggeser kaki kanan nya lalu duduk di sof