Lenguhan panjang Chloe mengenai sekitaran leher dan dada Dave yang kini hanya mengenakan bathrobe selepas mandi. Gadis cantik itu bersandar pada dada bidang lelaki itu akibat serangan ciuman tiba-tiba yang membuatnya kehabisan tenaga dan kakinya melemas. Mungkin, jika tidak disangga oleh Dave, Chloe sudah jatuh tersungkur.
"Da-hmm." belum sempat Chloe memanggil. Dave sudah mendaratkan ciuman lagi, kali ini membuat bibir tipis gadis itu terasa perih.
"Kau harus melayaniku, sekarang. Aku tidak menerima penolakan apapun." bisik Dave yang terdengar sangat mengerikan. Tangan kekar itu memegang rahang Chloe, menengadah ke atas. Dan, dilihatnya wajah cantik sayu nan menggoda milik Chloe.
Dilumatnya sekilas bibir ranum yang telah membengkak itu sebelum mengangkat dan menghempaskan tubuh si empunya di atas kasur.
Belum selesai Chloe menghela napas, Dave kembali mendaratkan ciuman, kali ini leher jenjang si cantik yang menjadi sasaran. Dihisapnya kuat sekitaran sana hingga menimbulkan bercak keunguan. Lenguhan panjang tak dapat Chloe hentikan, aksi serangan Dave membuat bagian bawahnya bergelinjang.
Kaki Chloe menghentak kala Dave kembali berpindah pada dua gundukan kenyal. Gadis itu tidak siap dengan perlakuan kasar lelaki itu yang seolah tidak ada ampun. Chloe menjerit tertahan ketika dirasa tangan kekar itu meremas habis miliknya. Bahkan, sesekali menggigit bola kenyal itu dengan kuat.
"Kau selalu nikmat seperti biasanya, Chloe." bisik Dave sensual seraya bermain pada sekitaran telinganya. Kontan saja, si cantik merasakan geli yang menyerang di area bawahnya. Kakinya tidak bisa diam, mencoba menghalau perasaan ingin lebih yang menguar.
"Aku akan pergi ke luar kota besok. Jadi, aku ingin sepuasnya bermain denganmu malam ini. Dan, kau menolak?" Chloe meringis menahan sakit di kepala akibat rambutnya yang dijambak dengan keras. Dave menatap nyalang pada gadis cantik yang kini berada di bawah kungkungannya.
Chloe meringis lalu menggerakkan tangannya, mengelus wajah tampan milik Kenneth untuk menenangkannya. Lebih tepatnya, menahan amarah yang sebentar lagi akan berimbas padanya.
"Dave, aku tidak pernah menolakmu." susah payah Chloe mengatakannya sebab sungguh jambakan di rambutnya semakin kuat.
"Ha-hanya saja, pelan-pelan. Aku mohon." Si cantik berkata dengan hati-hati takut Chloe salah mengartikan ucapannya. Jika, ia mengatakan agar pelan-pelan mungkin saja lelaki itu akan mengira jika Chloe memerintahnya.
Dave mendengus dan kembali menyerang tubuh Chloe tanpa ampun. Gadis itu mengerang kala dalam sekali hentak, Dave sudah memasukkan benda tumpul itu sepenuhnya ke dalam lubang madu milik Chloe.
"Kau milikku, Chloe. Tak ada yang dapat membantahnya."
Setelah itu, Chloe merasakan tubuh bawahnya terkoyak habis akibat hentakan Dave yang begitu kuat. Tak terasa, air matanya perlahan meluruh. Sungguh, hujaman yang diberi lelaki itu sangat menyiksa.
Plak!
Tamparan keras itu mendarat mulus di wajah Chloe. Dave menatapnya bengis tanpa mengurangi tempo persetubuhan di bawah sana. Chloe mengaduh sakit.
"Aku tidak menyuruhmu menangis. Mendesah lah, sayang." ujar Dave seraya mengisap kuat leher Chloe dan memijat dua bola lunak itu dengan kencang, sesekali menggigitnya kuat seperti bayi kehausan.
Seperti yang dikatakan Dave, Chloe melenguh panjang setelah pelepasan pertamanya di malam ini. Lelaki itu menyeringai lalu mencengkeram kuat lengan Chloe hingga kuku jarinya memutih. Gadis itu menahan kembali sakit di sekujur tubuh.
"Katakan jika kau milikku!" gertak Dave bengis.
Chloe mengangguk lemah. Tubuh bawahnya terasa perih seiring hujaman yang semakin kencang.
"A-aku milikmu, Dave!" erang Chloe seraya merasakan tembakan kecil yang memenuhi bagian perut bawahnya. Dave pelepasan dan seketika ambruk diatasnya, memeluk tubuh Chloe.
***Tik!Ruangan itu menyala, memperlihatkan isinya. Garvin berjalan gontai menuju kasur dan merebahkan dirinya di sana. Kedua maniknya menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang seolah di atas sana adalah sebuah film yang menampilkan potongan kisah adiknya yang tersenyum lebar bahkan tertawa begitu kencang.
"Kakak rindu kau, Chloe." bisiknya pelan.
"Iya, Kak?" sebuah suara yang sangat ia kenali menyahut. Itu, hanya halusinasi yang ia buat. Perlahan, kepalanya menoleh ke samping ketika dirasa ada yang sedang memperhatikan. Namun, kala tubuhnya sudah miring ke samping, sosok itu yang benar-benar seolah ada sedang tidak menatapnya, melainkan ke arah pandangannya yang awal, yaitu langit-langit kamar.
Garvin memperhatikan bagiamana senyum itu perlahan terbit di wajahnya. Sesaat kemudian, manik keduanya bertemu.
"Chloe, kakak merindukanmu." Garvin menyentuh pipi gadis itu yang tengah mengembung akibat senyuman.
Tak ada suara lagi, sosok itu hanya tersenyum. Bahkan, ketika Garvin mulai terisak ia tetap menampilkan senyuman. Sebuah senyum yang sangat melukai hatinya.
***Seorang pria muda berparas tampan tengah duduk di kursi pesawat tujuan Indonesia. Ukiran senyum tidak pernah lepas dari bibirnya. Setelah sekian lama ia menanti hari ini, mengingat sebentar lagi ia akan bertemu dengan gadisnya yang sudah ia tinggal selama satu tahun.Sebetulnya, kepulangan Arthur dari negri Paman Sam bukan hanya sekedar ingin bertemu dengan gadis cantik incarannya itu. Namun, melepas rindu pada sosok ibunya menjadi alasan utama. Arthur Taylor, pria berwajah tampan dengan lesung pipinya yang mempesona.
Terhitung sudah satu tahun ia tidak mengunjungi tanah kelahirannya itu, mengingat ia sangat sibuk mengejar pendidikan dan juga karier di negri orang. Perasaan senang seketika menjalar ketika perlahan pesawat take off meninggalkan landasan.
"Tunggu aku, setelah sukses nanti aku akan segera melamarmu." ujar Arthur seraya mengusap sebuah figura sosok gadis cantik yang tengah tersenyum lebar.
***Dave terbangun dari tidurnya ketika dering ponsel terdengar meraung-raung. Lelaki itu berdecak sesaat sebelum mengambil benda pipih itu di atas nakas."Hello, Brother!" Dave berdehem.
"Kau tidak mau menyambut kepulangan adik tampan mu ini?" sosok diseberang sana terkekeh. Dave hanya memutar kedua bola matanya, malas.
"Kau pengacau tidurku." cerca Dave membuat Arthur tertawa.
"Kau sensitif sekali, seperti gadis PMS." balas Arthur sarkastik. Dave menghela napas, sedari dulu adiknya itu sangat menyebalkan. Hidupnya tidak tenang.
"Untuk apa kau kembali?"
Seolah omongan Dave adalah lelucon, Arthur malah tertawa lepas di sana. Sungguh, selera humor yang rendah.
"Untuk menguras segala kekayaanmu."
Dave berdecih. Rasanya, ia ingin menerkam adiknya hidup-hidup dan membuangnya ke laut.
"Bercanda, bro! Aku sudah dibunuh lebih dulu sebelum memulai." Arthur masih saja tertawa.
"Sangat tidak penting. Cepat! Apa yang kau inginkan sebelum aku-"
"Oke-oke, aku ingin kau segera memberi tahu alamat gadis yang pernah aku minta bantuanmu. Aku ingin segera menemuinya sekarang, sebagai surprise."
Tak ada suara. Dave bergeming ditempatnya seraya menatap Chloe yang tengah tertidur pulas. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa bulan lalu ketika Arthur menyuruhnya mencari alamat gadis yang selama ini sudah menjadi istrinya. Tak ada yang memberitahu adiknya itu perihal ini.
"Dave? Kau masih di sana, Brother?"
Dave berdehem, memberitahu jika ia masih ada.
"Bagus, dimana alamatnya? Cepat kasih tahu."
"Aku tidak tahu. Tidak ketemu." alibi Dave yang disambut desahan kecewa adiknya itu.
"Kau yang benar saja?! Tidak ada satupun anak buahmu yang menemukannya?" Pria itu berteriak murka.
"Tidak ada." Dave berdecih dan segera memutuskan sambungan secara sepihak.
Dave menghela lalu mengamati wajah damai Chloe yang terlelap. Ditelusuri tubuh gadis itu yang terdapat banyak bercak keunguan, pipinya memerah, bibir ranum itu membengkak, dan bekas tamparan di pipi kanannya. Dave sungguh kasar ketika sudah bercinta dengannya.
Perlahan, tangannya terjulur mengusap bercak ungu disekitar leher Chloe. Dave melakukannya dengan hati-hati, takut mengganggu tidur si cantik.
Senyum Dave terbit begitu mendengar ringisan kecil Chloe kala ia menekan bibirnya yang sedikit luka.
Rahangnya mengeras. "Cara balas dendam yang begitu apik. Tak apa, jika aku harus mengotorkan tanganku. Yang terpenting, rasa sakit hatiku terbalaskan."
Mentari pagi menyilaukan mata melalui celah-celah jendela yang terbuka sedikit. Kota sudah mulai ramai dengan segala aktivitas orang-orang.Chloe membuka matanya dan yang pertama kali ia lihat adalah kamar yang berantakan. Nampak jelas pakaian berhamburan di lantai dan sprei yang sebelumnya tertata rapih kini sudah terlepas dari kasur. Hanya sprei putih tebal yang membungkus tubuh polos si cantik.Ditengoknya ke samping, tidak ada siapapun. Chloe hanya seorang diri tanpa Dave yang telah menghabiskannya semalam. Entah sampai jam berapa mereka bercinta, yang membekas di ingatan hanya sepuluh kali hentakan dan ia langsung tak sadarkan diri. Bahkan, ia masih merasa jika Dave masih bermain ketika ia terlelap.Ketika hendak menggerakkan tubuhnya sedikit, Chloe merasa jika sekujur tubuhnya sangat perih dan sakit. Terlebih lagi, di bagian selatan miliknya. Ia sudah terbiasa seperti ini selepas bercinta dengan Dave, lelaki itu se
Brak!Dave menghempaskan segala isi meja hingga berhamburan di lantai. Tangannya mengepal dan menggeram penuh amarah. Dadanya nampak naik turun tak tentu bersamaan dengan hembusan napas yang memburu.Kepalanya merunduk dan memandang kedua tangannya. Dave menampar Chloe dengan tangan ini? Padahal, ia sudah melihat sesaat sebelum akhirnya Garvin memeluk Chloe begitu erat sebab menolong si gadis yang hampir terjatuh.Dave melihat semuanya, tapi ketika kedua mata mereka saling pandang dan menunjukkan saling menyayangi, hatinya terasa sakit. Seperti sebuah belati tajam yang menghunus jantungnya.Diselimuti amarah membuat Dave tidak sadar telah menampar Chloe dengan begitu kencang hingga gadis itu tersungkur. Ia yakin sekali jika ulah tangannya membekas di pipi Chloe. Meninggalkan semburat merah yang begitu pedih dan menyakitkan.Dave belum merasakan amarahnya mereda sesudah membanting semua b
Sesekali mata itu beradu pandang melalui kaca kecil yang berada di atas dashboard mobil ketika keduanya tak sengaja memandang ke satu titik yang sama. Garvin yang duduk di depan seraya mengemudi hanya bisa menahan geram melihat Chloe yang tengah di cumbu begitu kasar oleh Dave di bangku penumpang."Hentikan, Dave. Ada Garvin di sini." Chloe menahan dada Dave yang mencoba kembali mendaratkan ciuman di wajahnya.Pria beralis tebal dengan mata coklat hazel itu ingin pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan dan meminta Garvin agar mengantarnya sampai bandara."Aku akan merindukanmu, sayang." Lalu, Dave kembali mencumbu bibir merah Chloe yang sudah tampak bengkak.Chloe meringis sakit kala Dave mencengkram tangannya begitu kuat. Garvin yang melihat perilaku kasar Dave pada Chloe tak dapat melakukan apa-apa selayaknya orang bodoh, ia hanya bisa menggeram penuh amarah dengan sesekali melampiaskannya pada
Setelah memastikan seluruh luka di wajahnya telah tertutupi make up, ia bercermin melihat pantulan dirinya yang tengah tersenyum dengan balutan tanktop hitam dan jeans denim terlihat tampak casual namun tetap cantik. Sekilas, Chloe tersenyum masam begitu melihat banyak bercak keunguan di sekitaran lengannya.Chloe sangat senang hari ini, ia akan pergi ke universitas dan memulai aktivitasnya sebagai mahasiswi. Sebab ini lah yang membuat Chloe sangat senang ketika Dave pergi mengurus pekerjaannya, ia berharap kalau bisa pria tempramen itu menetap dan tidak kembali lagi.Dan hari ini, hidupnya dapat sedikit berubah. Setelah satu minggu ia mengurus segala keperluan kuliah, akhirnya Chloe dapat kembali melanjutkan ke jenjang pendidikan yang sudah satu tahun ia tinggalkan.Rasanya begitu menyenangkan sampai rasa perih di hatinya seketika hilang. Tangan mungil Chloe segera menyambar Hoodie hitam pemberian hadiah dari Dave yang tersam
"Chloe?""Nancy?"Betapa terkejutnya mereka ketika saling menyebutkan nama. Chloe tidak dapat menutupi raut wajah kagetnya bertemu Nancy di sini. Sesosok gadis dengan rambut pirang yang menjadi temannya di sekolah menengah.Tak beda jauh dengan Nancy, kedua mata gadis itu membulat sempurna melihat Chloe di tempat terbuka seperti ini. Maksudnya, suatu kejadian langka menemukan seorang Chloe di bawah langit. Berada di halaman rumah Dave saja rasanya tidak mungkin. Apa lagi berada di sini? Di suatu tempat umum yang jaraknya lumayan jauh dari kediaman Dave."Apa yang kau ingin lakukan ditempat ini, Chloe?"Chloe tak langsung menjawab. Matanya mengerjap bingung, ia masih tidak percaya akan bertemu teman lamanya di sini."Kau sendiri, sedang apa di sini?" Nancy berdecak melihat tingkah konyol Chloe yang malah mengutarakan pertanyaan kembali. Nancy dibuat gemas.&nbs
"Kau cari mati, ya?!" semprot Nancy ketika mereka sudah tiba di belakang gudang yang sepi hingga Nancy lebih leluasa menyemprot Chloe dengan kata-kata yang sudah ia rangkai di otaknya.Chloe merunduk diam. Si cantik sudah tahu kemana arah pembicaraan Nancy, ia tidak berani menyela. Setidaknya, sampai Chloe sudah mengeluarkan uneg-unegnya."Apa Dave tahu soal ini?" Chloe menggeleng seraya memainkan ujung kukunya."Oh, astaga, Chloe! Bagaimana jika Dave sampai tahu?!" pekik Nancy tertahan, ia dibuat gemas dengan pola pikir Chloe yang tidak melihat segala resiko ke depannya.Nancy Steel Muffler, gadis asal Canada itu sangat mengetahui bagaimana hubungan Chloe dengan Dave. Bagaimana bisa? Nancy hanyalah gadis rantau yang awalnya hanya berniat mengunjungi pamannya, namun karena suatu hal ia terpaksa harus menetap di sini.Demi memenuhi segala kebutuhannya yang semaki
Garvin baru saja menjejakkan kakinya memasuki cafe bernuansa rustic yang terletak di persimpangan jalan. Sejauh mata memandang, tidak ada yang berubah sejak terakhir kali ia datang ke sini. Hanya sedikit tambahan furniture yang terletak di setiap meja.Seorang gadis cantik dengan wajah oriental tengah tersenyum lebar seraya melambaikan tangan menyambut kedatangan Garvin. Tampak jelas, raut antusias yang tercetak di sana.Garvin kembali melanjutkan langkahnya, menghampiri gadis cantik berbalut midi dress berwarna putih dengan motif garis horizontal yang sudah duduk damai di kursinya.Tepat ketika Garvin mendaratkan bokongnya pada kursi kayu itu, mata keduanya bertemu pandang. Gadis itu masih saja memamerkan jejeran gigi putihnya. Cantik! Pria mana yang tidak terpesona dengan paras cantik seorang Celine Stewart? Model ternama dengan segudang prestasi dan lengkungan bibir yang manis.T
Mobil Audy hitam itu melaju kencang membelah jalanan yang tengah ramai. Celine bukan mengurangi laju malah semakin menekan pedal gas lebih dalam. Suara klakson dan umpatan dari pengemudi lain sudah acap kali gadis itu dapatkan.Tangannya yang memegang stir kemudi terkepal kuat, nampak jelas dari kuku jarinya yang memutih. Perlahan, matanya berkabut dan air mata mengalir tanpa bisa ditahan. Rasa nyeri itu masih sangat terasa menghantam hatinya. Kilatan kejadian beberapa waktu lalu masih terngiang di kepalanya."Aku... sepertinya aku tidak bisa menjadi apa yang kau harapkan selama ini. Aku terlalu naif mengatakan aku mencintaimu. Tapi, sekarang semua telah berubah. Nasib kita bertolak belakang."Kalimat Garvin dihadapannya ini seketika melunturkan senyum manis dibibir Celine. Gadis berparas cantik itu tidak menyangka akan disambut dengan kalimat menyakitkan itu. Sedari tadi, ia sudah sangat bersemangat bertemu dengan