Kalea keluar dari ruangan studio rekaman yang berada di lantai 12 gedung mewah itu. Diikuti dengan seorang wanita dan laki-laki yang menjadi asisten dan managernya. Mereka berdua memang selalu ikut kemanapun Kalea pergi. Mereka bernama mas Dani yang ditunjuk sebagai managernya dan ka Vina ditunjuk sebagai asistennya. Semenjak kemunculannya menjadi penyanyi, mas Dani ditunjuk menjadi asistennya, lalu ketika jobnya sudah semakin banyak mas Dani diangkat menjadi road managernya sedangkan untuk masalah keuangan tetap dipegang oleh mamihnya.
Ka Vina sendiri baru saja bergabung 3 bulan lalu, karna Lea juga membutuhkan seorang MUA dan juga fashion stylist untuk melengkapi setiap penampilannya. Ia lelah jika harus mengerjakannya sendiri. Kebetulan ka Vina adalah seniornya di kampusnya. Sayangnya ia tidak melanjutkan kuliahnya karna keterbatasan biaya. Jadi ia memutuskan untuk meminta ka Vina bekerja dengannya. Ka Vina sendiri juga suka dengan fashion dan seleranya juga bagus menurut mamih dan Lea. Jadi, kenapa tidak jika ia menjadikannya assistennya juga. Vina bilang akan melanjutkan lagi kuliahnya jika biayanya sudah cukup. Padahal, mamihnya Lea sudah menawarkan bantuan untuk biaya kuliah Vina. Tapi ia bilang tak mau merepotkan mamihnya Lea dan lebih memilih untuk bekerja membantu Lea.
Kalea berjalan menuju lift untuk membawanya ke lantai bawah dan ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur tersayangnya. Itu rencananya sebelum ia kemudian bertemu dengan kedua bossnya dan menyapanya.
“Selamat malam Ka Dania.” Sapa Kalea begitu melihat bossnya di sana sambil membungkukkan badannya memberikan hormat.
“Hai, Kalea! Kamu sedang rekaman ya hari ini?” sergah Dania dan membalas senyuman Kalea dengan ramah.
“Iya Ka.”
“Oh iya, kenalkan ini Damas. Adik bungsuku. Dia adalah CEO kita yang baru. Menggantikan ayahku, Lea.” Ucapnya kemudian tersenyum.
“Kalea.” Katanya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan tak lupa tersenyum.
“Damas.” Katanya singkat namun grogi.
Tangannya sudah berkeringat dan terasa sangat dingin. Bahkan Lea, sempat membulatkan matanya ketika tangan mereka bersentuhan karna merasakan dingin pada tangan Damas. Yang ia tau Damas sedang grogi tapi entah karna apa.
Dania berdehem karna salaman Kalea dan Damas yang cukup lama. Damas tidak bisa melepaskan tangan Kalea dan malah menatap wajah gadis itu dengan penuh minat. Deheman Dania membuat mereka berdua tersadar dan langsung melepaskan tangan Kalea dengan rasa tidak ikhlas.
“Sorry!” kata Damas salah tingkah kemudian menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Sedangkan Kalea langsung menatap dengan malu Dania yang berdiri di hadapannya.
“Apa kamu sudah makan, Lea?” tanya Dania lagi setelah adiknya menatap terus menerus wajah Lea yang sangat cantik walau tak memakai make up seperti sekarang ini.
Lea bahkan hanya mengenakan dress polos berwarna biru berbahan katun dengan panjang sampai lutut dan menambahkan jaket jeans yang panjang tangannya hanya sampai siku. Ia juga menambahkan sling bag yang talinya kombinasi kulit dan rantai berwarna mustard juga memakai flat shoes dengan warna senanda. Tak lupa Lea juga mengikat rambutnya setengah seperti ciri khasnya.
“Belum, Ka.” Kali ini ia tersenyum.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan bersama? Damas kamu juga sudah selesai dengan pekerjaanmu kan?” tanya Dania setelahnya ia menoleh pada Damas yang masih terus menatap Kalea.
Damas masih terfokus menatap Kalea sampai-sampai ia tidak sadar dengan pertanyaan yang kakanya lontarkan.
“Damaassss!!” panggil Dania tepat di depan telinga Damas.
“Astaga!” terlonjak kaget dengan suara kakanya yang lumayan keras dan menyadarkannya.
Kalea tertawa kecil melihat kedua kaka beradik itu. Ketika sedang melihat Damas terlonjak, dering suara panggilan masuk pada ponselnya yang belogo apel digigit berwarna kuning, terdengar dari dalam sling bagnya. Ia kemudian meminta izin kepada Dania untuk menjawab telpon itu terlebih dahulu.
“Ya, Coco!” jawab Lea begitu mendengar suara Marco
“Sudah selesai rekamannya?” tanyanya
“Belum, besok aku akan lanjutkan lagi.”
“Lalu mau ke mana kamu sekarang? Apa langsung pulang?” tanya Marco yang nampaknya masih santai ketika mendengar jawaban kekasihnya itu.
“Sepertinya tidak, karna aku diajak makan malam dengan ka Dania dan mas Damas.” Katanya jujur.
“Oh, baiklah. Hati-hati. Nanti jika sudah sampai rumah jangan lupa untuk mengabariku, ya.” Katanya dengan nada dibuat sebaik mungkin.
Padahal ia tau jika Marco pasti sedang cemas karna Lea menyebutkan nama seorang lelaki.
“Ok! Bye, Coco”
Dania dan Damas menunggu Kalea yang sedang berbicara di telpon yang berjarak hanya beberapa meter dari tempat mereka berdiri. Setelah selesai mereka bertiga pergi ke sebuah resto masakan Korea yang tak jauh dari gedung milik keluarga Dania dan Damas berada. Asisten Kalea sudah pulang terlebih dahulu karna Dania berjanji akan mengantarkannya pulang setelah makan malam itu selesai.
******
Dalam makan malam itu, tampak Dania dan Kalea sangat akrab. Damas hanya menatap Kalea sambil menikmati makan malam yang disajikan. Ia merasa beruntung karna hari ini dia bisa berkenalan langsung dan melihat pemandangan yang indah di depan matanya sambil menyantap makan malamnya yang juga semakin terasa lezat.
“Damas ini belum punya pacar alias jomblo loh, Lea!” kata Dania mempromosikan adik bungsunya itu.
“Oh ya? lelaki setampan Mas Damas belom punya kekasih? Mana mungkin!” Lea mengerjap tak percaya.
Tak ia sadari gadis itu juga memuji lelaki yang berada di hadapannya itu.
“Iya belum ada!” Damas mengkonfirmasi dengan cepat.
Damas juga terlihat seperti salah tingkah karna Lea mengetahui statusnya saat ini. Padahal ia ingin memberitahukannya sendiri jika sudah dekat dengan gadis itu.
“Lea sudah punya pacar?” selidik Dania.
Dania tau adik bungsunya itu benar-benar menganggumi Lea. Bahkan jika sudah menjadi pacarnya ia bisa saja menjadi bucinnya Lea.
“Sudah, Ka.” Jawab Lea malu-malu kemudian pipinya berubah menjadi merona akibat pengakuannya.
DEG!
Jantung Damas seperti ingin mencelos keluar mendengar pengakuan mengejutkan dari Lea yang membuatnya sedikit patah hati.
“Yahhh, pasti fans-fans kamu di luar sana pasti akan kecewa mendengarnya.” Dania menyenggol sedikit tubuh Damas yang duduk di sebelahnya.
Damas tak menanggapinya. Ia berusaha setegar mungkin mendengar pernyataan dari Lea yang membuatnya patah hati itu. Setelah selesai menghabiskan makan malam yang lezat itu, akhirnya Dania pamit pulang lebih dulu. Dania menugaskan Damas untuk mengantarkannya sampai ke rumah. Kalau perlu sampai bertemu dengan orang tuanya.
******
Di jalan, Damas tak banyak bicara. Ia hanya beberapa kali menanyakan arah jalan menuju rumah Lea. Lea merasakan setelah mendengar Lea sudah memiliki kekasih Damas langsung berubah sikapnya pada Lea. Tapi mungkin itu hanya fikirannya saja. Memangnya dia siapa? Mana mungkin Damas tertarik padanya. Apapun masalahnya, ia hanya harus bersikap professional. Karna Lea hanya sebatas penyanyi di perusahaan Damas dan Dania saja alias bawahannya.
Begitu mobil rover hitam yang Damas kemudikan berhenti di halaman rumah yang bergaya minimalis bernuansa abu-abu dan putih itu Kalea langsung menawarkan Damas untuk mampir ke rumah orang tuanya. Ia kemudian menurut walaupun sebenarnya ia masih kesal dan ingin segera pulang karna harus meredakan hatinya yang sakit karna pengakuan Lea tadi. Tapi demi kesopanan, akhirnya Damas turun dan berusaha tersenyum. Ia juga ingin menemui orang tua Lea agar bisa mendapat nilai plus di hadapan kedua orang tua Lea. ‘Lea baru pacaran, belom menikah. Jadi kapan saja kamu bisa merebutnya. Damas!’ batinnya yang jahat mengatakan demikian.
Kepala Damas langsung menggeleng-geleng mendengar bisikan hatinya.
“Mi, Pi!” panggil Kalea begitu masuk ke ruang keluarga dan di sana terlihat orang tuanya sedang menonton sinetron yang diputar salah satu saluran tv di negeri ini.
Orang tuanya langsung menyambut Kalea dan memeluk sayang anak semata wayangnya itu. Damas menemukan ketenangan ketika melihat keluarga harmonis itu memeluk anaknya. Damas memperhatikan Kalea dan orang tuanya. Setelah menyambut anaknya itu, mereka tersadar karna ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka.
“Lea, ini siapa Sayang?” tanya mami begitu menyadari keberadaan Damas yang masih setia mematung di tempatnya.
“Selamat malam! Tante, Om!” kemudian mencium tangan orangtua Lea satu persatu dengan sopan. Tak lupa ia juga mengulas senyuman di bibirnya.
“Malam!” kata papi dan mami membalas senyumannya.
“Pi, Mi kenalin ini Mas Damas. CEO Nada Indonesia Corp.” Lea memperkenalkan lelaki yang sedari tadi melihat gadis yang dia sukai akrab dengan orangtuanya itu.
“Astaga, kenapa kamu tidak bilang daritadi, Lele? Ayo silahkan duduk Pak Damas.” Kata papinya kemudian
“Tidak usah panggil Pa, Om. Panggil saja Damas.” Pintanya sopan.
******
Marco mengantarkan Lea pergi ke kantor label music yang menaunginya. Ia juga berjanji akan menemaninya berkegiatan hari itu. Untungnya, rekaman untuk album terbarunya dilakukan sore hari setelah dirinya menyelesaikan ujian tengah semesternya. Ditambah hari itu adalah hari ujian terakhir jadi ia bisa sedikit bernafas lega walau sebenarnya masih deg degan karna masih menunggu hasil ujiannya keluar.
Di lobby pasangan ini bertemu dengan Dania yang nampaknya baru selesai dengan urusannya di dalam dan akan segera meninggalkan gedung tinggi nan indah itu. Tak lupa Kalea memperkenalkan Coco pada Dania. Dania terkejut ternyata kekasihnya adalah pemilik pusat kebugaran yang biasa dirinya dan suaminya datangi. Bahkan Damas juga sering kesana untuk berolahraga.
“Baiklah, kalau begitu semangat ya rekamannya.” Kata Dania sambil tersenyum ramah.
“Terimakasih, Ka.” Kalea juga membalas senyuman Dania.
Sepasang mata coklat yang memandang mereka dari jauh menampakkan kecemburuan pada laki-laki yang tengah berdiri beberapa meter dari tempatnya berdiri. Laki-laki itu tampak sangat ramah dan sangat serasi berdiri di samping Kalea yang sedang menautkan jari-jarinya pada sela-sela jari tangan laki-laki bertubuh ateletis itu.
Kalea dan Marco berjalan menuju sisi lobby untuk menaiki lift. Lagi-lagi tautan jari-jari Kalea tak terlepas dari jari tangan laki-laki yang terlihat tampan itu.
“Cari tau siapa lelaki yang datang bersama Kalea Pradipta!” titahnya pada seorang laki-laki yang berdiri di sampingnya.
“Baik, Tuan!” laki-laki itu kemudian membungkuk hormat lalu pergi dari tempatnya berdiri tadi.
******
Malam ini keluarga Marco datang ke rumah Lea untuk melamar Lea. Walupun hanya makan malam keluarga inti sambil menentukan tanggal yang pas untuk pernikahan mereka berdua. Marriane juga turut hadir disana bersama dengan Mark yang seperti tidak bisa dipisahkan lagi.
Kabarnya Mark sudah mengajukan gugatan cerai atas Tania yang dilakukannya 2 hari lalu. Tania memang marah dengan gugatan yang sudah dilayangkan oleh Mark. Bahkan Mark sudah membicarakan dengan kedua orangtua mereka berdua. Mark dan Marriane bertemu setelah dikenalkan oleh seorang teman mereka hingga akhirnya mereka bersama sampai sekarang.
Setelah sampai dan mengobrol sebentar akhirnya mereka makan malam bersama. Di meja itu terhidang berbagai macam makanan khas Indonesia yang sangat disukai oleh Kalea. Tak lupa pada makanan penutupnya mami sudah menyiapkan ice cream rasa strawberry dan coklat lengkap dengan topping buah kesukaan anak gadisnya itu. Mami juga membuatkan pudding untuk calon besannya yang dibuat sangat special. Di tengah-tengah makan malam. Ayah Marco mulai membicarakan tentang pesta pernikahan yang akan diadakan secara tertutup dan tidak mengundang banyak kerabat.
Ini Marco yang memintanya. Ia selalu memimpikan pernikahan yang tertutup seperti itu dan membuat moment itu secara intim. Kedua orangtua Lea langsung menyetujui usulan dari ayah Marco yang tampak senang dengan pernikahan ini. Seluruh anggota keluarga yang hadir disana menyetujui juga usulan ayah Marco begitu juga dengan Marco dan Kalea yang tampak bahagia dengan pernikahan mereka.
“Oke mulai besok, Lea sudah tenang saja. Mami dan papi semua yang urus pesta pernikahannya. Kamu mau dimana Sayang?” tanya Mami Lea yang duduk di sebelah Kalea.
“Kalau bisa aku ingin menyewa sebuah pulau dan mengadakan pesta disana, Mi.” Jawab Lea santai.
“Baiklah, nanti mami akan carikan pulau pribadi yang bisa kita pakai untuk mengadakan acara pernikahan kalian,” janji maminya pada Kalea dan Marco.
Setelah mereka semua selesai makan malam, Marco meminta izin kepada orangtua mereka berdua untuk memasangkan cincin pada jari Kalea. Cincin itu baru jadi tadi sore dan Marco sengaja membelinya agar Kalea semakin yakin dengan dirinya, jika dirinya memang bersungguh-sungguh dan itu bukti dari kesungguhannya. Setelah memakaikan cincin yang bermata berlian dan berukuran besar dan berbentuk solitare itu Marco benar-benar tersenyum lebar dan mencium kening Kalea.
******
Hi, Semoga kalian suka ya dengan chapter 5 di novel ini, ya. Nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^). Berikan Vote untuk Damas dan Kalea juga ya Sayang-sayangku. EFBE Author : @chisizachoi. Love, Author 💗 💗 💗
Rahang dan tangan Coco sukses mengepal dan deru nafas yang tidak beraturan membuatnya menatap dua anak manusia yang sedang bergumul dengan gairah yang entah siapa yang memulainya. Lea dan Damas sukses dibuat jadi bergidik ngeri. Terutama Lea yang pasti akan menjadi tersangka atas kejadian yang baru saja tidak sengaja dipertontonkan untuk mantan calon suaminya itu. Lea yang tadinya terpejam bahkan langsung membeliakkan matanya karna mendengar suara yang begitu ia kenal itu. Damas juga jadi menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati tubuh istrinya dan ikut melihat ke sumber suara yang membuat mereka saling terdiam dan mengumpulkan kesadarannya sesegera mungkin.“Co … Co?” Lea terkejut melihat lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya itu kini malah melihat dirinya dengan suami sahnya hampir melakukan hubungan intim di sana. Mereka yang sedang dikuasai oleh gairahh jadi tidak begitu fokus dengan suara derap langkah. Yang terdengar di ruangan itu adalah suara cecapan yang Damas lakuka
Dua hari kemudian, “Halo, iya Pa, tunggu sebentar ya. Saya keluar dulu.” Damas menjawab telpon seseorang ketika ia dan Lea sedang berada di ruang keluarga. Hari itu tidak ada jadwal yang mengharuskan Damas untuk berangkat ke kantor. Ia lebih memilih untuk berada di penthousenya menemani Lea. Jadilah Damas memesan makan siang untuk mereka nikmati berdua. Tak lama lelaki itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celananya setelah menjawab telpon dari orang yang mengantarkan makanan untuk mereka. “Siapa, Sayang?” tanya Lea yang kemudian menanyakan hal itu pada suaminya yang sekarang sudah berdiri dari sofanya. “Aku ke depan dulu ya, ini driver ojek onlinenya sudah sampai. Aku pesan makanan untuk kita berdua.” Kata Damas yang kemudian menyunggingkan senyumannya. “Oke aku tunggu,” Damas kemudian keluar setelah mengelus pucuk kepala Lea dengan sayang dan sedikit mencubit gemas pipi istrinya yang sudah terlihat sedikit chubby karna terlalu banyak disuguhkan makanan lezat dari su
3 Bulan kemudian.Damas akhirnya berhasil membujuk Lea untuk pulang ke rumahnya setelah mereka berdua menyelenggarakan acara 4 bulanan untuk anak mereka. Mereka membuat acara 4 bulanan untuk buah hati mereka tentunya dengan acara tertutup di sebuah resto yang sudah mereka booking khusus untuk acara itu. Hanya ada beberapa kerabat dan sanak saudara yang hadir dalam acara itu. Bahkan mungkin tidak lebih dari 200 orang yang datang untuk memanjatkan doa bersama untuk kesehatan dan kelancaran kelahiran buah cinta mereka.Lea sendiri memang awalnya menolak untuk membuat acara itu, mengingat kondisi Coco yang masih belum mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya tentang hubungan mereka. Tapi Damas berjanji hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi apapun mengenai mantan teman duelnya itu. Jadilah, Lea akhirnya mau ikut dalam persiapan acaranya itu. Bahkan, Lea tampak paling bersemangat untuk mempersiapkannya.Setelah mereka sampai di kamarnya, Damas mulai membuka setiap helai benang yang
Ane langsung pulang ketika mendengarkan kabar dari Coco. Gadis itu juga begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Walaupun Ane dan kedua orangtua Coco sudah tau apa yang menjadi penyebab Lea seperti itu. Tapi Ane tetaplah khawatir pada sahabatnya itu. Marvel dan Marlina langsung meminta Ane untuk pulang walaupun acara pernikahan salah satu kolega Marvel masih belum selesai terlaksana. Ane menurut mendengar perintah dari kedua orangtuanya untuk menemani Lea di mansion mereka. “Lea!” Ane sedikit berbisik ketika Lea sedang terlihat berbaring dan tertidur pulas di kamarnya. Ane mengelus lengan Lea dengan lembut sehingga membuat Lea tersadar. “Masih pusing?” tanya Ane ketika melihat Lea mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. “Ya, sedikit. Maaf aku jadi mengganggu acaramu, An.” Ucap Lea yang menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang king size milik sahabatnya. “Sama sekali
Kini hanya tinggal Coco dan Lea di dalam sebuah ruang tunggu. Lea diminta untuk menunggui Coco yang baru saja menyelesaikan terapinya. Gadis itu meminta pa Hardi untuk mengambilkan obat dan vitamin yang harus rutin diminum oleh Coco di apotik di dekat ruang tunggu itu. “Co, apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lea yang kemudian menyodorkan menu makanan sebuah resto cepat saji pada layar ponselnya. Kebetulan setelah pulang dari Hospi Hospital, tidak ada orang di mansion keluarga Avilash. Kedua orangtua Coco dan Ane sedang pergi ke sebuah acara pernikahan kolega Marvel. Jadilah, hanya tinggal mereka berdua yang ada nanti di dalam rumah. Tentu saja, dengan pa Hardi sebagai pendamping bagi Coco saat ini. Karna mendengar rencana kedua orangtuanya, Coco juga meminta pa Hardi dan ARTnya tidak memasak untuknya. “Aku tidak ingin apapun yang ada disana,” ucap Coco sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu harus makan. Kamu per
“Selamat, ya! Kandungannya Lea sehat. Aku akan meresepkan vitamin untuk Lea dan bayi kalian. diminum harus rutin dan jangan cape-cape ya, Lea. Aku tau jadwal kamu pasti padat. Pa Boss, ringankanlah tugas Istrimu jangan suruh dia bekerja dulu. Kalau bisa,” kata Dokter Syafima sambil memberikan senyuman pada Lea dan Damas yang tengah duduk di depannya. Dokter Syafima yang juga sempat menjadi penyanyi di bawah naungan perusahaan Damas itu ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta di hadapannya. Ia merasa terkejut begitu melihat Damas nyatanya membawa Lea ke hadapannya untuk memeriksakan kandungannya. Saat mereka menikah, Syafima yang akrab disapa dokter Syasya itu diundang ke acara pernikahan mereka. Tapi, sayangnya Syasya tidak bisa datang dan mengirimkan doa dan juga beberapa hadiah ke penthouse Damas dan Lea. “Aku sih ingin saja, memberikannya libur. Tapi Ka Syasya juga tau kan Istriku ini sangat tidak bisa diam. Aku takut jika nantinya akan di