Share

Bab 6

Author: Pena_Kinan
last update Last Updated: 2022-12-15 10:05:45

"Sekarang sebaiknya bubar! Kita pulang ke rumah masing-masing! Kita akan sidang besok saja. Tidak mungkin kita sidang sekarang."

"Huuu," sahut para warga. Semua tidak terima dengan keputusan Pak RT. Terlalu bertele-tele. 

"Sekarang saja Pak RT. Kalau besok keburu melahirkan! Hahaha." Semua warga tertawa bersamaan. 

"Sudah-sudah sebaiknya Bapak dan juga Ibu pulang ke rumah masing-masing. Karena takutnya anak-anak kita mendengarkan keributan ini. Tidak baik untuk mereka ke depannya. Saya harap kalian bisa mengerti!" pinta Pak RT kepada warga. 

Akhirnya dengan terpaksa semua warga membubarkan diri. Begitu juga dengan Dewi. Dia pergi begitu saja bersama Fatimah dan juga Lek Tarno yang entah kapan sudah berada di belakang mereka. 

Meninggalkan Veri sendiri tanpa ada yang membantunya berjalan. Veri berjalan sendiri dengan tergopoh-gopoh menuju rumah. Menunduk tak berani mengangkat wajahnya sedikitpun. 

Sedangkan Dewi terlihat tidak memperdulikan lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu. Wanita itu berjalan tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.

Selama perjalanan terdengar banyak cemooh dan juga hujatan yang didengar Dewi. Yang pasti ditujukan pada lelaki yang berjalan tepat di belakangnya. Namun tak pernah dihiraukan oleh wanita itu. Langkahnya kian cepat ketika rumah bercat ungu muda itu terlihat.

Brak ….

Dewi membuka pintu rumah dengan kasar. 

"Astagfirullahaladzim, Dewi. Kamu bisa pelan tidak?" ucap Ibu Halimah, Ibu mertua Dewi.

Tak dihiraukan oleh wanita itu. Dia melangkah cepat menuju kamar lalu kembali menutup pintu dengan kasar.

Gubrak ….

"Dewi, kamu benar-benar kurang ajar. Tidak sopan bersikap seperti itu! Ini bukan rumahmu ya!" Wanita tua itu terus saja berteriak dari ruang tamu.

"Sabar, Nduk. Istighfar, kamu ngagetin Arum ini lho!" Segera Fatimah mengangkat bayi berumur satu tahun itu. Bayi yang diberi nama Arumi Bilqis Irawan. 

Menggendongnya lalu mencoba menenangkan bayi tersebut. Karena terbangun dan menangis ketika mendengar pintu kamar ditutup Dewi dengan kasar.

Dewi duduk di sisi ranjang. Fatimah hanya bisa menatap putrinya dengan seksama. Dia tahu betul bagaimana hati Dewi saat ini. Sehingga dia tidak terlalu banyak bicara. Membiarkan Dewi menenangkan hatinya terlebih dahulu.

Berkali-kali terlihat Dewi menghirup napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Mungkin dia mencoba menenangkan hatinya. 

Di sisi lain, Veri yang datang setelah Dewi masuk ke dalam kamar. Hanya bisa menunduk menghadapi kedua orangtuanya yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

Tak ada pembicaraan yang berarti. Semua diam, seolah-olah semua sudah tahu dan tidak ada yang berani memulai pembicaraan.

"Wi." Fatimah memanggil Dewi setelah dirinya tak mendengar pembicaraan di luar. Seharusnya Veri sudah di hajar oleh kedua orang tuannya. Tapi kenapa semua hanya diam? Membuat Fatimah bingung dibuatnya. Sebenarnya apa yang ada dipikiran mereka?

"Dewi akan keluar, Bu. Tolong jaga Arum!" Dewi berbicara tanpa menoleh sedikitpun pada Fatimah yang tengah menggendong anaknya.

"Iya, Nduk. Kamu harus kuat," jawab Fatimah sembari berjalan maju mundur.

Ceklek ….

Dewi membuka pintu kamar lalu keluar menghampiri kedua mertuanya dan juga adik iparnya. Dewi duduk sedikit menjauh dari Veri.

"Kamu itu mbok yang sopan tho, Wi. Banting-banting pintu seenaknya sendiri. Kalau rusak memangnya kamu mau ganti?" ucap wanita yang tengah duduk dihadapan Dewi. Entah mengapa wanita tua itu seperti tidak tahu bagaimana suasana hati Dewi saat ini atau malah berpura-pura tidak tahu.

"Pak, putramu ini lho. Kelakuannya menjijikan, tak bermoral!" ucap Dewi dengan mata berapi-api.

"Astaga, Dewi. Kamu ini bicara apa? Veri itu suamimu, bisa-bisanya bicara kasar padanya!"

"Bu, apa Ibu tidak tahu? Kalau Mas Veri baru saja di grebek sama warga? Sedang berbuat mesum dengan Dian, wanita jal*ng itu!" Veri mengangkat wajahnya lalu menatap Dewi dengan seksama. Seolah dia tidak terima dengan sebutan jal*ng untuk wanita yang tadi telanjang bersamanya.

Semua orang hanya diam tanpa menjawab satu patah kata pun. Membuat Dewi semakin geram.

"Apakah kalian semua sudah tahu? Apakah tadi Pak RT datang kemari Bapak sudah tahu maksud tujuannya? Jawab saya, Pak!" Dewi menatap lelaki tua yang diharapkannya memberi respon bijak. 

Lelaki tua itu berdiri menghampiri Veri. Kemudian menarik kerah lalu memberi pukulan beberapa kali pada wajah anak lelakinya itu. 

"Astagfirullahaladzim, Bapak. Sadar, Pak. Ini anakmu lho! Bantu Ibu, Nis. Jauhkan Bapak dari Masmu!" Anis yang ketakutan melihat tindakan Bapak memberanikan diri menjauhkan lelaki tua itu dari Veri. 

"Anak kurang aj*r! Kamu berani-beraninya mencoreng nama baik Bapak dengan perilaku biad*b mu itu!" Lelaki tua yang bernama Andi Irawan itu memaki anak sulungnya. Anak sulung yang dianggap bisa menjaga nama baik keluarga dan juga bisa membawa nama baik keluarga lebih baik lagi. 

Malah justru menjadi anak yang melempar kotoran di wajah orang tuanya sendiri. Ya Tuhan, bagaimana mereka bisa memiliki anak seperti itu?

"Bapak ini kok bisa-bisanya langsung percaya sama Dewi. Semua ini gak bener tho, Le?" tanya Halimah pada Veri. Veri hanya menunduk, lagi-lagi lelaki itu hanya diam saja. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya sedari tadi. Hanya ada dua kata yang keluar sejak tadi. Yaitu kata minta maaf pada sang istri. Hingga sekarang belum ada kata lagi yang keluar dari mulutnya.

"Woalah, Le. Berarti omongannya Pak RT tadi benar? Kamu digerebek sama warga di rumah Dian?" tanya Halimah dengan suara keras.

"Berarti Ibu sama Bapak sudah diberi tahu oleh Pak RT? Kalian semua sudah tahu keberadaan Mas Veri? Kamu juga, Nis?" Dewi tak pernah menyangka. Dia adalah satu-satunya orang yang tidak tahu menahu hal ini.

Anis yang masih duduk di bangku SMA itu terlihat takut akan berbicara. Dia memutuskan hanya diam saja.

"Maafkan Bapak, Wi. Bapak tidak bisa mendidik Veri dengan benar." Andi kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa bersama Anis. Sedangkan Halimah membantu Veri beranjak dari lantai ruang tamu. Lalu membantunya duduk di sisi lain.

"Sakit Ndak, Le?" tanya Halimah sembari melihat luka yang ada pada wajah putranya. Entah mengapa wanita itu masih bisa memperhatikan Veri padahal jelas-jelas Veri sudah bertindak diluar nalar.

"Ibu kan sudah bilang tho, Wi. Kamu itu sebaiknya Gak usah kerja. Di rumah saja mengurus suami mengurus anak, kalau sudah begini baru tau rasa. Suamimu cari kehangatan dengan wanita lain diluar sana!" Mata Dewi membulat sempurna mendengar ucapan sang Ibu mertua. Tidak ada kata minta maaf maupun rasa malu pada kelakuan putranya. Justru dia berbalik menyalahkan menantu yang dengan ikhlas membantu suami mencari nafkah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU   Bab 37

    "Kamu libur hari ini, Wi?" tanya Bayu yang tengah duduk sembari menyisir rambut Nathan."Iya, Mas. Kebetulan libur tiga hari. Tanggal merah, nanti Dewi ikut ke pasar ya?""Arum gimana?""Biar Arum sama Ibu di rumah. Sudah, kalian pergi saja!""Assalamualaikum." Terdengar salam dari luar rumah. Dewi bergegas keluar, berniat mencari tahu siapa yang datang."Waalaikumsalam, siapa ya?" tanya Dewi spontan. Setelah melihat seseorang yang tak ia kenal. "Saya Udin teman Bayu. Bayu nya ada, Mbak?" tanya lelaki itu dengan sopan.Bayu yang mendengar suara Udin, segera bergegas keluar. Menyapa lelaki yang pernah ia tolong hingga membuatnya menjadi sekarang ini."Udin? Kemana aja kamu?" tanya Bayu segera menjabat tangan teman semasa sekolah itu."Maaf, ada beberapa masalah jadi nggak sempet ngabari!""Iya, waktu itu aku sempat ke rumahmu tapi malah di usir sama pembantu?""Pembantu? Rumah yang dulu itu sudah aku jual! Mungkin itu penghuni barunya.""Ow, ya sudah silahkan duduk dulu. Ada perlu apa

  • WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU   Bab 36

    "Apa yang aku takutkan terjadi, andai kamu mau jujur sama Dewi, Bu. Semua tidak akan seperti ini.' Dewi bermonolog dalam hati."Bu Romlah, ada apa? Apakah semuanya tidak bisa dibicarakan baik-baik? Maaf, bukan bermaksud lancang. Tetapi kami sedang ada tamu," ucap Dewi sembari mengalihkan pandangannya kepada keluarga Danu.Fatimah menunduk, dia tidak berani berkata banyak. Sedangkan Romlah menghela napas panjang. Lalu membuangnya perlahan. Ada sesuatu hal yang ingin dia sampaikan."Fatimah, kenapa kamu tidak membayar hutangmu!" Nada bicara Romlah sudah di bisa ditebak, marah luar biasa."Maaf, Bu. Saya belum ada uang!""Terus kalau kamu nggak ada uang, kamu nggak bayar begitu?! Ada uang atau tidak itu bukan urusanku. Yang penting kamu bayar hutangmu, sini mana uangnya!"Fatimah masih diam tak menjawab. Dewi hanya bisa menghela napas panjang. Dia tidak tahu harus bagaimana? Uang tabungannya sudah habis diberikan pada Bayu. Kini hanya tinggal beberapa lembar uang lima puluhan ribu. Itup

  • WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU   Bab 35

    "Punya, Wi. Ibu masih punya uang tabungan, meskipun sedikit. Tapi lumayan bisa buat nambah-nambah modal Bayu.""Kamu harus semangat, Mas. Memastikan kalau usahamu bakalan sukses. Lihat, Ibu sudah mengorbankan uang tabungannya untuk modal kamu!""Siap, Wi. Mas mu ini semangat banget. Karena sekitaran sini kan belum ada yang jualan bakso. Semoga kedepannya lancar, dan juga laris manis. Amin," tutur Bayu panjang lebar. Semua orang mengamini doa Bayu. Barang belanjaan dibawa ke dapur. Setelah gerobak datang, Bayu segera membereskan kursi yang ada di teras. Menggantinya dengan gerobak lalu menyiapkan segala sesuatu nya di dapur. Meracik bumbu dan juga membuat bulatan-bulatan bakso yang siap di jual. Bayu pandai meracik bumbu. Dengan telaten dia menghaluskan bawang putih, merica dan juga garam. Tak lupa ia berikan penyedap rasa. Ada beberapa bumbu rahasia lain supaya bakso milik Bayu berbeda dengan bakso yang di jual. Sebuah langkah besar yang diambil Bayu. Berharap ada kebahagiaan di uj

  • WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU   Bab 34

    "Iya, Ibumu pinjem duit sama Bu Romlah. Kamu tahu kan Bu Romlah? Kalau pinjem duit sama dia biasanya bunganya nyekek leher," tutur Riris panjang lebar. Dewi hanya diam saja. Menerawang jauh, memikirkan Fatimah, kenapa meminjam uang pada Romlah tidak memberi tahu Dewi? Apakah Fatimah tidak tahu bagaimana resikonya jika meminjam uang pada wanita itu.Wanita licik dan juga picik. Disaat memberikan uang, penuh dengan senyuman dan juga pujian. Andai terlambat membayar satu hari saja, lidahnya bak pisau yang tajam. Yang mampu membunuh tanpa menyentuh. "Wi, aku pulang dulu ya! Titip ini buat Arum," ucap Veri sembari menyerahkan amplop pada Dewi."Wah, duit itu?" tanya Riris yang melihat sekilas amplop berwarna putih itu.Tak ada seorang pun menjawab pertanyaan Riris. Veri yang cukup terganggu dengan kehadiran Riris pun langsung berpamitan. Meninggalkan Dewi yang masih diliputi rasa penasaran."Wi, berapa itu duitnya?" Riris kembali bertanya. Matanya tak lepas dari amplop. Dewi masih diam,

  • WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU   Bab 33

    "Bay, kamu bilang istrimu pulang kampung. Ada urusan, terus kata Riris kemarin apa?" tanya Fatimah dengan nada bicara sedikit menggebu."Maafkan, Bayu. Bayu nggak bermaksud buat berbohong sama Ibu. Hanya saja, Bayu bingung bagaimana ngomongnya sama Ibu, Bayu takut!""Astagfirullahaladzim, Bayu. Ibu ini Ibu kandungmu. Sudah sewajarnya kalau kamu cerita sama Ibu. Terus, apa yang dikatakan Bulek mu itu bener? Kalau Ika pergi sama pria?""Bayu nggak tahu, Bu. Andai saja benar adanya. Itu alasan yang masuk akal agar aku bisa berpisah dengannya.""Astagfirullahaladzim, Bayu. Kamu ini lelaki, Nak. Kamu ini kepala keluarga, jangan seperti itu. Kamu akan bertanggung jawab kelak di akhirat. Ibu lihat kamu nggak ada perjuangannya, merubah Ika?"Bayu menunduk. Fatimah memperhatikan anak lelakinya itu dengan seksama. "Apa perlu Ibu jual rumah ini buat kamu usaha lagi?""Jual rumah?" tanya Dewi yang tiba-tiba sudah diambang pintu. Entah kapan Dewi sudah pulang, hingga mereka tidak mendengar suara

  • WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU   Bab 32

    "Anis, hamil." Halimah menunduk begitu pula Veri. Ada rasa malu dan juga bersalah pastinya. Keluarga yang mereka bangga-banggakan dulu ternyata berujung kepahitan."Insyaallah, kami akan datang," jawab Fatimah dengan senyum mengembang.Tak ada tanggapan yang berarti mengenai kehamilan Anis. Bukan suatu hal yan perlu mereka urusi. "Wi, kamu belum menikah?" tanya Veri setelah cukup lama terdiam. Dewi hanya menggeleng. "Jika aku bercerai dengan Dian, maukah kau kembali kepadaku lagi?""Astagfirullahaladzim, jadi Mas Veri kesini mau minta saja balik lagi sama kamu?! Jangan harap, Mas. Aku nggak akan pernah kembali, biarkan masa lalu menjadi masa lalu. Tapi tak ada niat sedikitpun untuk mengulang.""Tapi, Wi.""Mas, kalau niatmu kesini minta aku kembali lagi, mending kamu pulang saja!" Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam. Tak berapa lama ada sebuah mobil Pajero berwarna putih berhenti di pekarangan rumah. Semua orang yang ada di ruangan itu sontak menoleh ke luar."Siapa itu, Ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status