WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU

WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU

Oleh:  Pena_Kinan  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
37Bab
11.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dewi mendapati suaminya tengah digerebek dengan seorang wanita tua yang masih menarik. Mendapati kenyataan yang pahit, tidak lantas membuat Dewi jatuh dan terpuruk. Dia pergi meninggalkan sang pengkhianat meskipun sang suami masih memintanya bertahan. Ditambah keluarga suami yang justru menutupi kebusukan sang suami. Apakah Dewi akan luluh dengan rayuan sang suami? Atau dia akan pergi bersama anak semata wayangnya?

Lihat lebih banyak
WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
37 Bab
Bab 1
Kring … kring ... kringPonsel Dewi sedari sore terus saja berdering. Namun sengaja tak ia jawab. Sebab ia masih menikmati berbincang dengan Ibu.Karena hari ini wanita itu datang ke rumah Ibunya. Berniat menginap dua hari dua malam.Karena kebetulan libur bekerja. Ya, namanya Dewi Arum Sari. Menikah Dengan Veri dua tahun lalu. Sekarang sudah dikaruniai satu putri."Nduk, teleponmu itu bunyi terus. Angkat saja, siapa tahu penting!" Ibu meminta Dewi mengangkat telepon. Segera diraih benda pipih yang tergeletak di meja. Ditatap layar pipih itu. Terpampang jelas nama Anis yang berkali-kali menghubungi sang kakak ipar. Anis adalah adik perempuan satu-satunya yang dimiliki Veri. "Halo, Nis. Ada apa?" jawab Dewi langsung pada intinya."Mbak Dewi, kamu disuruh pulang sekarang!""Lho kenapa tho, Nis? Aku kan rencana tidur dirumah Ibu. Kenapa disuruh pulang? Ada apa?""Anu, Mbak. Mas Veri.""Mas Veri kenapa? Sakit? Dia kan kerja shift malam.""Pokoknya Mbak Dewi pulang sekarang. Ditunggu
Baca selengkapnya
Bab 2
"Sebenarnya ini ada apa ya, Pak RT? Kok rame-rame begini?" tanya Dewi pada Pak RT sembari mengedarkan pandangan ke setiap tetangga yang tengah berada di rumahnya tepatnya, rumah mertua Dewi."Sing tenang Mbak Dewi. Anaknya dibawa masuk saja dulu. Agar kami bisa menjelaskan semua," jawab Pak RT. Meskipun pada kenyataannya hati wanita itu tak tenang. Mana mungkin ia bisa tenang sedangkan rumah sudah ada banyak warga yang tengah menunggu sesuatu.Apakah mereka sedang menunggu suami Dewi? Tapi kemana Mas Veri? Sedari tadi pandangannya tak ditemui sosoknya. Padahal hari ini dia bekerja shift malam.Seharusnya jam segini dia masih ada di rumah. Tapi kenapa saat ini tak ia dapati lelaki itu.Suami Dewi bernama Veri Irawan bekerja menjadi satpam di sebuah badan pemerintahan. Belum terlalu lama dia bekerja disana. Kurang lebih dua tahunan. Itupun karena ada salah satu tetangga yang merekomendasikan. Sebelumnya dia hanya bekerja serabutan. Segala macam pekerjaan ia lakukan selagi menghasilkan
Baca selengkapnya
Bab 3
"Kamu ini di kamar ngapain sih, Wi? Lama banget, semua orang nungguin kamu!" tutur mama mertua Dewi yang sedikit sewot. "Maaf, Ma. Dewi tadi coba menghubungi Mas Veri.""Terus?" tanya Anis dan juga Mama bersamaan. Kedua wanita itu benar-benar penasaran dengan keberadaan Veri. "Nggak dijawab, Ma. Dewi juga sudah kirim pesan. Namun juga nggak dibales. Sebenarnya ada apa sih, Pak?" Dewi berjalan menghampiri mereka bersama ibunya. Lalu menjatuhkan bobot tubuh mereka di sofa berdekatan dengan Mama Mertua. Ibu Dewi mencoba menyapa sang besan dengan senyum tipis lalu menunduk. Dan terlihat Mama mertuanya tidak membalas senyumannya, Mama justru terkesan tidak suka dengan keberadaan besan yang tengah duduk di sampingnya.Pandangan Dewi kini beralih dari Pak RT kemudian kepada Bapak mertuanya. Lagi-lagi beliau hanya diam. Justru terkesan menunduk, ada sesuatu yang Bapak sembunyikan. Tapi apa?"Pak Rt, kami berangkat dulu. Sudah banyak warga yang menunggu dan juga bersiap." Tiba-tiba salah sa
Baca selengkapnya
Bab 4
"Tunggu Ibu kalau begitu, Nduk. Ayo, Lek kamu juga harus ikut!""Iya, Yu." Akhirnya mereka berjalan menuju rumah Bu Dian. Lek Tarno dan juga Ibu terlihat gelisah. Sedangkan Dewi berjalan santai tanpa tahu sebenarnya apa yang akan mereka perlihatkan padanya. "Bukan siapa-siapa, Bu. Dia cuma tetangga yang rumahnya bercat kuning itu. Sebentar lagi kita juga sampai." Langkah mereka memang tidak terlalu cepat seperti Pak RT maupun warga lain. Dewi sengaja berjalan lambat karena memang sedikit capek setelah perjalanan pulang dari rumah Ibu.Beruntung besok masih libur. Jadi kesempatan untuk bangun agak siang.. "Masih muda ya, Nduk?""Ya nggak lah, Bu. Bu Dian itu sudah cukup umur. Ya kira-kira umurnya empat puluhan lebih. Empat puluh tigaan lah. Sudah tua, dia kan sudah punya cucu. Sudah dipanggil nenek.""Nenek? Kalau sama Ibu?""Ya beda lah, Bu. Ibu kan pakaiannya tertutup, badan ibu juga kecil. Kalau Bu Dian itu masih seksi, dia suka pake daster kalau di rumah. Pokoknya Bu Dian itu m
Baca selengkapnya
Bab 5
"Jawab Mas! Jangan diam saja seperti ini. Lawan mereka yang merendahkanmu!" ucap Dewi dengan berteriak lantang. Lagi-lagi Veri hanya diam saja. Dia menunduk. Lalu terdengar kata keluar dari mulutnya pelan."Maafkan aku, Wi." "Mas Veri nggak salah! Yang salah warga ini semua! Mereka nggak beradab!" ucap Dewi masih dengan pembelaan pada Veri."Dasar perempuan edyan, nggak waras. Selingkuh sama bocah ingusan. Eh, apa kamu nggak mikir Veri itu punya anak kecil. Bisa-bisanya kamu Embat dia! Astagfirullahaladzim!" ucap salah satu warga membuat netra Dewi beralih padanya.Apa maksudnya? Apa maksud ucapannya baru saja? Apakah Veri selingkuh dibelakang Dewi?Mata.Dewi membulat sempurna. Pendengarannya sengaja ia pertajam agar terdengar jelas semua ucapan para warga."Dewi … Dewi. Kamu itu beg* atau bod*h. Bisa-bisanya dikadali sama suamimu sendiri. Suamimu itu batu saja digerebek warga, sedang ninu-ninu sama Dian. Dan kamu masih membela dia?""Mbak Dewi suami model buaya buntung kok dibela.
Baca selengkapnya
Bab 6
"Sekarang sebaiknya bubar! Kita pulang ke rumah masing-masing! Kita akan sidang besok saja. Tidak mungkin kita sidang sekarang.""Huuu," sahut para warga. Semua tidak terima dengan keputusan Pak RT. Terlalu bertele-tele. "Sekarang saja Pak RT. Kalau besok keburu melahirkan! Hahaha." Semua warga tertawa bersamaan. "Sudah-sudah sebaiknya Bapak dan juga Ibu pulang ke rumah masing-masing. Karena takutnya anak-anak kita mendengarkan keributan ini. Tidak baik untuk mereka ke depannya. Saya harap kalian bisa mengerti!" pinta Pak RT kepada warga. Akhirnya dengan terpaksa semua warga membubarkan diri. Begitu juga dengan Dewi. Dia pergi begitu saja bersama Fatimah dan juga Lek Tarno yang entah kapan sudah berada di belakang mereka. Meninggalkan Veri sendiri tanpa ada yang membantunya berjalan. Veri berjalan sendiri dengan tergopoh-gopoh menuju rumah. Menunduk tak berani mengangkat wajahnya sedikitpun. Sedangkan Dewi terlihat tidak memperdulikan lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu. W
Baca selengkapnya
Bab 7
'Allahu Akbar, andai saja dia bukan Ibu mertuaku, mungkin sudah kusumpal mulutnya.' Dewi bermonolog dalam hati.Apakah Halimah tidak mempunyai hati nurani? Atau justru hatinya sudah tertutup oleh set*n? Anak menantu yang dikhianati justru disalahkan atas tingkah anak lelakinya. Andai Dewi bisa memilih, dia lebih memilih tinggal di rumah. Mengasuh Arum dan juga mengurus suami. Tapi ekonomi yang membuatnya harus tetap bekerja. Jika Dewi hanya mengandalkan gaji suaminya. Mana mungkin mereka sudah memiliki motor dan juga bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.Padahal semua kebutuhan bulanan sudah dicukupi oleh Dewi. Tak lupa dia juga membeli beras. Jika uang Veri habis, dia tak segan-segan meminjam uang pada Dewi dengan dalil membeli kuota. Lelaki macam apa itu, mengandalkan uang milik istri. Padahal jika dalam Islam uang suami adalah uang istri dan uang istri adalah uang istri itu sendiri. Kecuali jika si istri dengan ikhlas memberikannya. Berbeda lagi urusannya. Kehidupan Dewi dan Veri
Baca selengkapnya
Bab 8
Tok … tok … tok."Dewi, buka pintunya. Kita harus bicara." Dewi membuka matanya setelah mendengar seseorang mengetuk pintu dan memintanya membuka. Matanya mengerjap menjernihkan pandangan. Mata Dewi sembab karena semalam tak henti-hentinya menangis. Luka yang ditorehkan Veri begitu dalam. Entah apakah dia mampu bertahan setelah penggerebekan semalam.Beruntung hari ini Dewi libur. Sehingga dia tak perlu pergi meninggalkan Arum. Tapi jika nanti dia sudah bekerja, bagaimana dengan Arum. Halimah yang selama ini menjaga Arum terang-terangan membela Veri yang berbuat salah. Dewi sungguh malang nasibmu.Ceklek ….Dibuka pintu kamar dengan perlahan. Dewi berjalan gontai duduk di sisi ranjang."Wi, maafkan aku. Aku khilaf, aku janji tidak akan mengkhianatimu lagi."Dewi tersenyum getir. Semudah itu dia memohon. Sedangkan hati Dewi sudah terlanjur sakit hati."Sudahlah, Mas. Kita lihat saja nanti.""Dian itu merayuku, dia terus saja datang padaku. Percayalah, lelaki mana yang tidak tergoda ji
Baca selengkapnya
Bab 9
"Sayur …." Suara cempreng Mpok Indun terdengar dari luar. Memang jam pagi begini akan ada banyak tukang sayur yang berkeliling. Tapi kalau masih pagi seperti ini hanya Mpok Indunlah yang baru datang.Dewi tak kunjung keluar dari kamar. Mungkin dia masih malas dengan seluruh keluarga ini. Hingga akhirnya terlihat Halimah keluar dari pintu dapur berniat membeli sayur."Mpok, tahu sama tempe sepuluh ribu, cabe juga sama sayur ini." Rentetan sayur langsung dipilih Halimah tanpa memperdulikan bisikan para tetangga. Halimah memang seperti itu, dia mertua yang bermuka dua. Ketika anaknya belum digrebek warga dia selalu baik di depan Dewi meskipun pada kenyataannya Halimah selalu membicarakan menantunya itu dibelakang. Tapi saat ini sikapnya yang sebenarnya benar-benar terlihat jelas. Dengan menyalahkan Dewi sebagai pemicu Veri berselingkuh. Bukankah itu aneh? Atau justru tak wajar? Ah, memikirkan wanita satu ini benar-benar harus ekstra sabar. Padahal semua tetangga yang juga berada di s
Baca selengkapnya
Bab 10
Veri nampak tidak sabar akan menemui sang kekasih malam ini. Hari yang begitu cerah secerah senyum yang selalu mengembang di bibirnya."Wi, sebelum ke rumah Ibu, siapkan dulu ya seragam kerja Mas dan juga sepatu." ucap Veri sembari menyeruput kopi."Iya, Mas. Nanti Dewi nginep di rumah Ibu dua hari ya? Dewi sudah lama Ndak nginep di sana. Lagian besok Dewi juga libur, Mas.""Iya, terserah kamu saja.""Mas Veri Ndak mau nganter Dewi?""Eh, Anu. Mas mau pergi dulu. Ada acara, mau jenguk Imam. Dia kan habis operasi," jawab Veri gelagapan. Karena memang dia sedang menyembunyikan sesuatu pada sang Istri. Dewi tak menaruh curiga sedikitpun. Apapun yang diucapkan suaminya Dewi percaya begitu saja. Karena Dewi yakin Veri tidak akan berbuat macam-macam. Dewi memang istri yang baik. Di tengah kesibukannya bekerja dia tetap mengurus keperluan suaminya dan juga anaknya dengan baik. Dewi juga tidak pelit dengan penghasilan yang ia dapat. Dia membeli banyak perabot rumah tangga untuk membantu Ha
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status