Share

Tiga belas

Ini malam ketujuh tahlil untuk almarhum Agus. Maka besok Ratih harus pergi dari rumahku. Terserah bagaimana cara mas Aryo, yang jelas aku gak mau tinggal serumah dengannya.

"Dek." Suamiku itu mendekat ketika aku sudah bersiap untuk kerja.

"Oiya, nanti saat aku pulang kerja. Pastikan dia sudah tidak ada di sini." Keputusanku sudah bulat dan dia harus mematuhinya.

"Dek, rumah ini kan cukup besar, biar Ratih tinggal di sini ya? Aku dan kamu pergi kerja, sampai rumah sudah ada yang masak untuk kita." Seperti anak kecil, dia membujukku hanya karena ada yang menyiapkan makanan.

"Kenapa dia gak mau pergi dari sini? Apa karena dia gak mau pisah sama kamu? Kalau memang itu alasannya, kamu boleh kok pergi bersamanya," sahutku. Aku berani taruhan mas Aryo gak akan mau meninggalkanku.

"Apa maksudmu, Dek. Kita akan selalu bersama, aku dan kamu," sahutnya cepat. Tuh kan.

"Kamu pikir gampang? Enak di kamu, tapi gak di aku. Aku gak mau tahu, pokoknya ketika aku sampai rumah, wanita itu sudah tid
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status