Share

BAB 17. Fitnah.

“Kenapa? Bener, kan?”

“Iya, Mbak,”

“Maka dari itu jangan lagi kamu suruh-suruh aku dagang beginian.” Mbak Lili pergi membawa kembali daun singkong yang sudah dengan susah payah dipetiknya.

Jam 02.30 WIB aku sudah bangun untuk membuat adonan donat. Sambil menunggu adonan mengembang aku salat tahajud dua rakaat.

Kupandangi wajah kekasihku banyak guratan kesedihan di sana, wajahnya yang tampan kini semakin terlihat lebih tua dari umurnya. Kakinya yang terluka agak bengkok sedikit mangkinkah nantinya akan bisa berjalan normal lagi. Jika tidak sungguh kasihan suamiku akan cacat seumur hidup.

Wahai Zat pemilik jiwa ragaku tak banyak pintaku, cukupkan rezeki kami, lapangkan sabar kami, dan jadikan kami orang-orang yang pandai bersyukur dalam keadaan apa pun.

Jam 6 pagi aku mulai berkeliling kampung menjajakan donat perdanaku. Aku berharap donatnya habis karena hari ini Mas Danu harus ke sangkal putung lagi. Saat melewati rumah Mbak Desi lagi-lagi aku melihat Mas Eko baru ke luar dari rumahn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status